XX. Awal Hidup yang Baru.
Bisakah dibayangkan aku menerima kembali seorang lelaki yang telah menyakitiku? Tidak usah dipikirkan. Dia sudah berubah kok, bahkan cara berpakaiannya saja berubah drastis. Dahulu ia memang sudah berpenampilan dewasa, namun kini ia memanjangkan rambut. Dan dia mirip dengan style ulzzang korea. Namun beberapa hal tetap mengusik pikiranku.
Fisik bisa berubah, wajah juga bisa berubah. Tapi… apakah sifat juga bisa berubah? Dalam waktu yang lumayan singkat apa bisa perubahan itu terjadi?.
Aku mulai sibuk lagi dengan smartphoneku, mengabaikan pelajaran menjadi pelarianku. Rey sepertinya agak geram dengan tingkah laku baruku. Mau bagaimana lagi? Semua juga dia yang menyusunnya. Jadi dia juga tidak ada hak marah bukan?.
Sekarang Jacob lebih penting dibandingkan apapun. Motto baru mulai kutanamkan “aku hidup hanya untuk menemani Jacob dan tak lupa ibuku juga”. Walau mencintai seorang lelaki, aku harus bersyukur karena ibu juga yang melahirkanku. Kalau tidak, mana mungkin aku bisa bertemu dengan Jacob sekarang.
Kasmaran yang aneh, ia sedang memenuhi semua isi hatiku. Bahkan merambat ke seluruh tubuhku. Aku gemetaran mendapat ucapan pagi dari Jacob. Ucapan yang biasa saja namun emotikon cium menghiasi ketikkan paginya. Ia mengirimkan foto kopi dengan pemandangan taman rumahnya.
Yang baru-baru ini kuketahui ialah, rumah kami berada dalam 1 kota. 1 daerah yang lumayan dekat, memakan waktu sekitar 15-30 menit saja. Tapi kami memang jarang bertemu, apalagi aku dilarang untuk memiliki “pacar”. Yah, walaupun kami belum pacaran.
Karena dia lumayan terkenal, apalagi reputasi keagamaannya luar biasa. Bahkan pernah ikut membawa bendera bagi Negara. Membanggakan bukan? Bukannya membangga-banggakan dirinya. Hanya saja aku juga harus bangga dong walau hubungan kami masih tidak jelas.
Kugigit bibirku, aku mempertimbangkan beberapa hal sesaat. Kemudian menghela napas panjang. Yang kupikirkan adalah bagaimana caranya meyakinkan ibu tentang hal ini. Dan yang kedua adalah meminta restu orang tuanya mungkin?.
Aku lupa mengirim pesan balasan ke dirinya. Aku bergegas mengetik “selamat pagi juga” tentunya tak lupa emotikon di belakangnya. Menumpuk beberapa cinta dan mengekspresikannya lewat emoji, sangat menggemaskan bukan?.
Kemudian aku mematikan data internet, dan melanjutkan kegiatan lainnya. Kemarin dosen memberikan beberapa tugas kelompok seperti rancangan usaha yang ingin dibangun. Masih semester 1 saja sudah sulit tugasnya, apalagi saat skripsi nanti. Kepalaku sakit hanya dengan memikirkannya.
“Rey, tugas ini bagaimana akhirnya?” aku langsung menelepon Rey untuk mendapatkan jalan keluar atau jalan akhir dari semua ketidakjelasan ini.
“jangan Tanya aku, aku saja masih sibuk mencari pasangan. Sulit sekali menggaet perempuan akhir-akhir ini. Emangnya sekarang ini musim perempuan jual mahal” Rey malah menjawabku dengan jawaban yang tak ingin kudengar. Seketika aku melempar telepon rumah itu hingga hampir terlepas dan mencabut kabel penghubungnya.
“masalah selesai! Lelaki tak berguna!” eluhku. Saat seperti inilah aku bingung bagaimana mengerjakannya. Manusia memanglah makhluk sosial, namun apa kata kalau aku dihindari oleh semua orang? Haruskan menyalahkan tuhan karena hidupku yang buruk?. Sebentar… hidupku tak buruk, bahkan makan dan membeli hal yang kuinginkan masih bisa.
Lebih baik mengatakan bahwa jalan hidup ini tidak benar. Ah sudahlah, topic pembahasan ini tak ada habisnya. Ujungnya saja masih diraba padahal sudah tau akan berujung pada kematian. Pertenggahan kehidupanlah yang dipermasalahkan sekarang bukan ujungnya. Otak sialan ini malah sibuk mengasihani hidupku ketimbang bekerja sama menyelesaikan tugas dosen.
XXI. Keinginan Kami.
Jacob tidak ingin kisah cinta mengenaskan seperti cerita romeo dan Juliet, begitupun sebaliknya. Kami sama-sama ingin menjalin hubungan cinta yang manis, indah dan elok bak pasangan yang terpampang di cerita n****+ lainnya.
Dan tanpa kami sadari, kami sama-sama memiliki rasa yang aneh. Bukan sebatas kakak beradik, namun lebih dari itu kiranya. Aku bersyukur atas semuanya, meskipun aku tau ibu belum tentu menyetujuinya. Walau kenyataan memang tak seindah sebuah kisah di n****+. Namun Jacob tetap kukuh bilang bahwa semua akan baik-baik saja.
Kebanyakan kisah cinta memang berakhir menyedihkan, tak dapat dipungkiri kisah ibu dan ayah juga begitu. Awalnya mereka memang menikmati tentang arti kata “cinta” itu sendiri. Namun mereka jugalah yang menyatakan cinta itu tidak ada.
Kadang aku mendengar ibu mengeluh tentang seberapa sulitnya ia membesarkanku tanpa ayah. Mengharuskannya bekerja sekaligus memenuhi kebutuhanku yang amat banyak. Aku tak berhak mengatakan lelah akan hidup yang bahkan keluhan ibuku bukan tentang hidup ini. Ia hanya mengeluh tentang sakitnya menahan semua cobaan sekaligus.
Aku mengerti mengapa lelaki berbuat seperti itu, namun Jacob berbeda dengan apa yang ibu bicarakan. Ia bukan sejenis serigala pemangsa seperti yang sering ibu katakan. Memang hal pertama dahulu hanyalah kesalahan yang tak sengaja ia lakukan. Tentang bagaimana ia melakukannya, sudah kumaafkan dari dahulu. Rasa cinta lebih besar ketimbang dendam tentang suatu hal yang kecil.
Bagaimana menjelaskannya, ia benar-benar berbeda! Tidak seperti lelaki lain yang mengingkari janjinya. Ataupun seperti ayah yang suka berselingkuh. Maaf, dahulu ia bukan berselingkuh, aku yang salah karena kegatelanku sendiri, karena keegoisanku yang luar biasa besar.
Dari cerita ini harusnya akulah yang salah, aku rela salah walaupun aku benar. Bahkan aku rela salah walau dia yang salah. Semuanya, aku rela mengorbankan semuanya untuk dirinya. Hanya tentang dirinya. Tidak usah mendengarkan kata orang kalau aku memang benar. Daan aku yakin seyakin-yakinnya kalau aku benar.
Aku tak ingin berpikir buruk terhadap Jacob, apalagi aku mencintainya dan dia mencintaiku. Karena hati kecilku tau kebenaran yang seharusnya. Dan hati kecil kami tersambung tanpa sebuah kekusutan.
Ia menginginkan aku dalam hidupnya, setidaknya menemaninya sampai tua. Begitulah kata-katanya kemarin yang berhasil membuaiku. Hubungan kami sudah sampai pada awalannya.
Dia menembakku tanpa ragu, memberikan janji tentang traumaku. Aku pun memberikan apa yang kularang, tidak ada minum-minuman memabukkan, tidak ada kata merokok ataupun mempraktikkannya. Yah hanya 2 itu yang perlu ia tekankan sampai kami tua nanti. Jikalau ia berhasil maka semua berjalan lancar. Kalau tato, itu tak terlalu menjadi masalah untukku. Tato hanyalah sebuah seni menggambar, hanya saja medianya di tubuh bukan di atas kertas putih.
Dia mengiyakan dengan cepat, hanya lewat ruang chat. Dan aku menemui jodohku yang sebenarnya. Lalu kami mulai dengan hari pertama pacaran kami. Resmi di tanggal 20 oktober, ia berulang tahun serta diperingati sebagai hari kami berpacaran. Aku lumayan senang setiap tahun bisa merayakan ulang tahunnya bersamaan dengan hari anniversary hubungan kami.
Menikah nanti juga harus ditanggal ini, aku tak bisa menyangkal betapa senangnya aku hari itu. Rasanya seperti bunga-bunga bertebaran di tempat aku berjalan. Red karpet digelar dengan panjang sampai aku melihat sebuah cahaya dan masuk ke dalamnya. Sungguh indah! Namun perasaan ini akankah tetap ada?.