X. Ketenaran Yang Luar Biasa.
Aku mulai memfokuskan diriku dalam sosial media, terbuai dengan berbagai macam isi yang menarik di dalamnya. Dan aku mulai tertarik dengan game, sebuah game music dengan avatar yang menyenangkan.
Di umurku yang ke-16 ini, ibuku masih melarangku kuat untuk berkenalan dengan orang asing. Banyak isu beredar bahkan berita di televisi menjadi sebuah fakta. Pembunuhan yang dilakukan setelah berkenalan lewat sosial media. Apalagi aku yang masih labil gampang terbuai dengan kata-kata orang
Waktuku bermain smarthphone juga dibatasi, sekitar 2 jam perharinya. Aku mulai membuat beberapa akun media sosial, seperti facebo*k, instagr*m bahkan whatsa*p. Setiap harinya aku bertemu dengan orang baru, laki-laki ataupun perempuan. Dan aku mempercayai mereka 100 persen.
Bagaimana mereka memperlakukanku, memberikan perhatian lebih membuatku benar-benar nyaman dalam lingkup orang-orang dunia maya. Nyatanya mereka tak begitu penting untukku, ada atau tidak adanya mereka dalam dunia ini hanyalah sebuah konspirasi dunia.
Saat semua orang sibuk dengan kehidupan nyata mereka, bersenang-senang di luar sana. Berjalan beriringan dengan teman nyata mereka, atau sekedar pergi ke karaoke dan bernyanyi beberapa lagu. Aku malah lebih sibuk memperhatikan orang lain di dunia maya. Bagaimana suara mereka, bagaimana fisik mereka, atau bagaimana keluarga bahkan orang tua mereka,. Tidak ada satupun yang kuketahui banyak.
Kadang mereka menceritakan beberapa masalah yang cukup rumit, atau aku yang akan berbagi cerita yang rumit kepada mereka. Apalagi umurku dengan mereka terpaut jauh, terkadang kedewasaan mereka yang membuatku nyaman. Seperti punya kakak walau tak kandung.
Di sini juga aku bertemu dengan laki-laki kedua yang datang di hidupku. Ricky namanya, laki-laki yang memainkan permainan yang sama denganku. 1 hobi yang sama membuat kami bisa memiliki komunikasi yang sejalan. Aku tak sengaja menemukannya saat mencari pasangan bermain. Apalagi game ini membutuhkan pacar dunia maya, begitulah sebutannya.
Dalam waktu dekat kami sering dianggap berpacaran oleh teman game yang lain. Memang kedekatan kami agak berbeda, kami mengkhawatirkan satu sama lain. Namun agak berbeda, aku tak mengetahui wajahnya. Dia hanya mengatakan bahwa wajahnya ialah sebuah privasi yang harus dijaga.
Jalan 1 bulan hubungan dunia maya kami di game, aku mulai merasakan hal yang sama saat pertama kali melihat Jacob. Aku mencoba untuk menahan diri dan perasaanku, menarik semua kata suka dalam pikiranku. Aku lebih nyaman dengan lingkaran pertemanan yang disuguhkan dirinya.
Cinta bisa merusak apa yang kami bangun dari awal, merusak lingkaran pertemanan yang sering kami sebut. Hanya dengan kata suka, sayang, dan nyaman. Aku benar-benar tak bisa membayangkannya. Aku tak tau betul wajahnya, keluarganya, apa yang ia sukai. Ah.. tidak, aku tau ia suka bermain game, tapi hanya itu saja. Sebuah kebanggaan baru apa ini?.
“sebentar….” Gumamku dalam diam. Benar! Aku bahkan tak tau betul wajahnya, ia tau wajahku. Namun tidak sebaliknya, aku mengerti wajah adalah privasi dan cinta di mulai dari rasa suka dengan sikap dan sifatnya. Tapi…tapi… aku juga penasaran dengan dirinya. Aku ingin mengenalnya lebih dalam.
Entah apa yang kupikirkan tadi, aku malah menanyakan pertanyaan lain.
“apakah kau bermaksud meninggalkan game setelah membuatku nyaman?...” itu yang ku kirimkan kepadanya.
“tidak tentunya, aku hanya ingin meninggalkan dunia anak-anak dan memasuki masa dewasaku” balasanya dengan cepat. Walau umur kami terpaut 2 tahun, tapi pemikiran dia sangat dewasa. Berbeda denganku yang lebih tertarik dengan permainan di smartphone.
“ah, aku mengerti…”
“entah mengapa aku membacanya dengan aksen sedih”
“aku tak yakin bagaimana mengatakannya, aku juga tak yakin tentang apa yang kurasakan”
“kenapa?”
“mungkin ini agak menyakitiku”
“sebentar, aku sepertinya mengerti apa yang ingin kau katakan” Ricky Nampak meyakinkan sekarang.
“aku menyukaimu, aku menyukaimu di luar hubungan game kita. Aku hanya ingin jujur sekarang, apa yang akan kau katakan selanjutnya adalah pilihanmu” lanjutnya tanpa menunggu jawabanku atas pernyataannya di atas.
“sebentar… aku sudah mengatakannya padamu. Walau benar aku juga merasakan hal yang sama, tapi aku tak yakin… aku belum bisa membuka hatiku”
“bisakah kau pikirkan lagi untuk kesekian kalinya?” ia mungkin memelas sekarang, aku membayangkan mata sedihnya dan jarinya yang bergetar mengetik pesan selanjutnya.
“aku akan memikirkannya.. mungkin. Tapi jangan berharap banyak padaku” elakku kuat.
Untuk hal ini jujur, aku juga memiliki perasaan yang sama layaknya dia yang menyukaiku. Untuk kali ini aku merasakan perasaan itu, perasaan cinta yang ku impikan.
XI. Kejujuran yang di Utarakan.
Bagaimana cara bohong tapi terlihat seperti kejujuran yang nyata? Atau bagaimana agar ia bisa mempercayai sebuah kebohongan belaka yang dibuat oleh anak-anak?. Setidaknya satu cara yang bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Atau hal yang membuatnya sembuh dari sakit hati??
Arghhh.. aku memerlukan semuanya, segala jenis cara yang bisa kugunakan untuk mengatakan yang sebenarnya. Setidaknya hal yang bisa kulakukan agar ia tak sakit hati dan aku juga tidak terluka.
Ricky mengirimkan beberapa foto, itu pertama kalinya aku melihat wajahnya. Tipikal lelaki tampan namun manis, seseorang dengan wajah yang enak dipandang. Aku semakin menarik diri mundur dari dirinya.. aku merasa dipukul jauh, mungkin aku kalah sebagai perempuan?, Anggaplah itu benar. Hingga kini saat melihat lelaki tampan, Aku malah down.
Memikirkan aku akan bersanding di sebelahnya nanti, malah menuai cibiran orang-orang. Bahkan otakku mencibir diriku sendiri. Sialan! Aku tertekan karena pemikiran sendiri.
Dan jalan akhir yang kulalui ialah, menolaknya dengan cara yang benar!. Kebalikan dari harapanku, ia malah menyakiti dirinya dengan perasaan cinta. Hingga kini kami masih menjalin komunikasi, namun tak terlalu sering. Bahkan kami memutuskan mengakhiri hubungan kami dalam dunia game. Menjalani hidup normal layaknya orang normal lainnya. Biasa saja hingga kami melupakan satu sama lain. Orang kedua yang ku sayangi juga hilang, sebatas sebuah keegoisan yang membuat hubungan rusak.
“aku mencoba menemukan setiap kaitan yang tepat, tapi itu tidak mudah. Kau mengikari dunia mayaku, dan menuju sisi dunia nyataku dalam kelebatan. Seperti arwah tanpa tuan yang datang meminta majikannya dihidupkan kembali. Aku sama sekali tak menantikan tentang beberapa hal soal perasaanmu, kebalikannya ini melebihi sesuatu yang kuharapkan selama ini.
Waktu yang kita tarik ulur dengan sempurna kini menguntai jadi sebuah benang kusut. Dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang kita susun mejadi sebuah cerita. Kapankah benang itu lepas dari kekusutan? Jawabannya tidak akan pernah. Aku tak ragu dalam mengatakannya, sudah kumantapkan diriku yang takut pada hal apapun. Sebelum aku disakiti 2 kali, maka harus ku akhiri sampai sini.
- Valeria Sutanto”