XII. Awal Dari Hidup.
Hal pertama mengenai kehidupan yang harus diketahui, harus bernafas!. Eh sebentar? Semua manusia bernafas,kan?. Ada sedikit kesalahan, maksudku jikalau manusia tak bernapas itu artinya dia meninggal. Jadi hal pertama yang harus diyakini ialah manusia bernapas, Maka dia hidup!.
Pembahasan yang agak absurd di pagi hari, entah mengapa aku terus-terusan memikirkannya. Setidaknya sebulan sekali aku selalu memikirkan tentang hal terbesar yang membuatku masih hidup sekarang. Hal pertama yang tak akan pernah hilang ialah keluarga, aku hidup untuk ibuku. Tak ada alas an khusu lain yang membuatku masih bisa menginjakkan kaki di dunia.
Terkadang aku membayangkan jikalau ia pergi dari dunia, maka aku harus ikut juga?. Terkadang kata orang dewasa begini “masih anak-anak jangan berpikir terlalu banyak”. Dan sat kita bertumbuh menjadi seorang yang dewasa maka kata-kata akan dibolak-balikkan, “udah besar masih santai aja? Apa gunanya kamu hidup?”
Saat seseorang melontarkan kata itu, aku juga ingin menjawabnya sesuai apa yang kupikirkan.
“bahkan aku saja tidak meminta untuk dilahirkan, lalu kenapa kalian melahirkanku? Bahkan aku tak pernah bertanya-tanya pada tuhan mengapa aku hidup. Kalau bisa juga dunia ini tidak ada, jadi orang munafik seperti kalian tidak pernah ada” kalau saja aku lontarkan 1 kata, maka 1 tamparan yang melayang. Bukan ibu yang berkata begitu, tapi sepupu lain. Cukup sakit saat pertama kali mendengarnya. Tapi waktu jalan beriringan dengan kerikil kerikil penggangu, aku mulai terbiasa dengan semua kata yang dilontarkan. Terkadang keluarga terlalu keras, tapi untuk apa mengikuti sesuai dengan apa yang mereka mau?. Bahkan menjadi diri sendiri ialah cita-cita yang harus dikejar.
Jujur, dulu mungkin aku bisa berpikiran positif seperti itu. Tak memikirkan terlalu banyak masalah yang datang dan pergi. Seketika semua berubah, bagaimana hidup itu berjalan, bagaimana masalah itu datang. Semua berubah caranya, bahkan penyelesaiannya juga ikut berubah.
Kadang kuyakinkan diriku sendiri, tapi malah hal lain yang datang. Kecewa dengan kehidupan sudah makanan sehari-hari. Pemikiran untuk mati sudah seperti teka-teki yang tak terpecahkan, apalagi pilihannya antara takut, mati dan tetap hidup.
Menyerah dalam segalanya merupakan materi baru yang dihadapi. Penjabarannya seperti belajar yah? Namun sedari kecil kita sudah belajar banyak tentang ini. Hanya saja belum waktunya mendalaminya.
Saat seseorang dewasa dan bisa menghirup bau bebasnya dunia. Di sanalah kejadian aneh beruntun datang. Beberapa hari kemarin aku pergi ke sebuah kelenteng untuk meminta jalan dan melihat peruntunganku di tahun ini. Namun ia malah menyumpahiku, ia mengatakan aku akan mengalami kesialan yang lumayan banyak. Sialan! Harusnya tak perlu kutanyakan, tapi aku malah semakin penasaran. Dan ia pintar memperburuk keadaan yang sudah buruk. Ia mengatakan spesifik kesialanku, tentang bagaimana aku akan ditabrak mobil. Atau tentang aku yang akan dihina besar-besaran sampai akhir tahun ini.
Untungnya ia selingi dengan beberapa hal yang membuatku lega. Ia mengatakan kedepannya hartaku tak akan habis 7 turunan!. Aku agak terkejut mendengarnya, apalagi dipikiranku sudah kutepis semua tentang lelaki sialan. Ia juga bilang beberapa waktu kedepan aku akan mendapat jodohku hingga aku mati nanti. Bagus! Sekarang aku akan setia dengan lelaki yang bahkan aku tak tau dirinya. Apakah ia masih di rahasiakan tuhan? Lucu sekali peramalannya.
XIII. Ramalan Tarot Yang Menguntungkan
Setelah ramalan pertama yang katanya benar namun tak nyata itu, aku mulai tertarik dengan ramalan lain. Bagaimana dengan bermain tarot? Sekarang bermain tarot bisa online. Aku mencoba-coba peruntunganku, manatau ramalan dengan cara lain lebih baik daripada yang kemarin.
Ah setidaknya aku tetap berhati-hati tentang kecelakaan, aku tidak mau kepalaku mengeluarkan banyak darah di jalanan. Apalagi ditatap oleh orang orang di jalanan. Belum lagi di seret kedalam ICU dengan diirngi backsound jeritan yang aduhai. Jangan dibayangkan! Jangan sampai dibayangkan. Betapa malunya aku nanti, bisa bisa satu rumah sakit heboh!. Memang benar ia mengatakan aku akan kecelakaan, tapi ia tak mengatakan aku akan mati. Syukurlah, tapi harus kupastikan!.
Aku mulai dengan sebuah pertanyaan remeh,”apakah aku akan mendapat jodoh?” . aku tak begitu yakin ini ialah hal remeh, tapi lupakanlah. Kulanjutkan dengan memilih satu kartu dari beberapa yang ia berikan. Lalu menunggu beberapa saat dan muncul 1 kartu yang cocok.
“FIVE OF CUPS, situasi tengah antara memberi dan menerima secara emosional. Antara memberi tanpa pamrih dan mengharap untuk memperoleh empati emosional dalam kadar yang sama. Akibatnya adalah rasa kecewa dalam perhitungan utang-rugi hubungan antara pribadi , setiap orang selalu merasa bahwa dirinyalah pihak yang memberi lebih dibandingkan pihak lainnya”
Kemudian aku menyadari bahwa beberapa hal yang dilontarkan kartu tarot ini mirip dengan yang sudah kulalui. Aku bengong, bingung bagaimana caranya merespon kata-kata yang menusuk ini. Apakah untuk kedua kalinya aku akan terjatuh di lubang yang sama? Sialan! Aku sudah sekuat mungkin menghindarinya. Memang terkadang beberapa hal yang datang tak lain adalah sesuatu yang tidak ada dipikiran kita sejak awal. Hidup berada di jalur berbeda, sehingga yang datang juga di luar keinginan kita.
Kumantapkan hatiku untuk mengetes beberapa hal lain tentang kecelakaan itu misalnya. Dari sini aku tau, kalau nasib tetaplah nasib. Kartu tarot yang muncul seakan-akan mengiyakan kejadian yang akan menimpaku. Aku ingin menanyakan yang lebih detail seperti kapan, di mana bagaimana. Tapi batasan sebuah kartu tarot hanya pada menyatakan iya atau tidak. Pikirkan, jika kutanyakan kapan kejadiannya dan dia menjawab iya. Mungkin aku akan membenturkan kepalaku ke dinding karena tak tau maksud dari kata “iya” itu.
Jadi kuurungkan niatku yang kedua, sambil menantikan kecelakaanku. Aku mulai memainkan game yang sama seperti kemarin. Game yang mempertemukanku dengan Ricky. Tapi pikiranku tak karuan memikirkan cara aku mengalami kecelakaan. Setidaknya beri tau aku, misalnya saat menyebrang jalan dan tidak hati-hati. Sehingga aku bisa memperhatikan langkahku dan menghindar dari nasib sial. Atau mungkin aku akan menjadi pahlwan kesiangan dan menyelamatkan anak kecil layaknya wonder woman? Setidaknya aku terluka dengan hebat kalau begini ceritanya. Bisa-bisa aku direkrut menjadi aktris di jalan. Pikiranku jadi aneh, menyeleweng dari ketakutan yang seharusnya. Akibat dari terlalu banyak masalah, hingga otakku mengajakku bercanda dengan kematian dan kesialan.
Sedetik kemudian aku berpikir kembali tentang hal-hal yang memugkinkan, lalu cerita itu menyeleweng lagi layaknya sebuah sinetron yang tak ada habisnya. Lalu ketakutan menghampiri lagi dan lelucon kembali muncul. Terus-terusan berulang sampai lupa semuanya hingga dunia mimpi yang datang berikutnya. Membawaku ke cerita lain yang kuinginkan, dongeng tanpa sebuah putrid ataupun pemeran utama yang pasti. Cerita yang menggantung tanpa sebuah ending yang nyata.