Sesal Tiada Guna

1028 Kata
Damian dan Mala saling pandang. Keduanya terdiam ketika merasakan puncak kenikmatan berhubungan badan secara bersamaan. Tampak keduanya menahan diri untuk mengucapkan kata-kata. "I miss you," ucap Damian dengan suara bass seksinya. Dia usap wajah Mala perlahan dengan tangannya yang gemetar. Mala tersenyum. "Kathleen," lanjut Damian lirih. Senyum Mala langsung surut. Ternyata ada perempuan lain yang ada di benak Damian. Mala kecewa mendengarnya. Tapi dia tidak tunjukkan kekecewaannya. Dia tidak mempedulikannya. Sadar milik Damian menegang kembali menyentuh pahanya, Mala mendorong tubuh Damian pelan dan beranjak dari sofa. Awalnya Damian bingung dengan sikap Mala. Dia mengira Mala akan bergegas pergi. Namun ternyata Mala dorong tubuhnya agar rebah di atas sofa. Damian menghela lega ketika melihat Mala siap-siap menindihnya. Kini Mala duduk berlutut di atas tubuh besar Damian nan seksi. Dia gesek-gesekkan miliknya yang masih basah di atas perut Damian dengan bergerak maju mundur. Damian menggigit bibirnya sambil menatap kagum wajah dan tubuh Mala. Mala tampak menikmati perannya. Sesekali Mala mainkan rambut tebalnya dan menatap genit ke wajah Damian. Puas membalur perut Damian dengan lendir yang ke luar dari miliknya. Mala perlahan mundurkan tubuhnya sambil mengatur posisi tubuhnya agar milik Damian kembali masuk ke dalam tubuhnya. "Oooh," keduanya melenguh secara bersamaan saat kembali bersatu. Mala mulai bergerak dengan memutar-mutar bokongnya di atas perut Damian. Mala semangat bergerak. Kadang naik turun, kadang berputar. Gerakannya sangat teratur. Milik Damian memang sangat nikmat dengan posisi seperti ini. Ini beda, puji Mala dalam hati, Ini lebih terasa, gumamnya lagi sambil terus bergerak. Mala mengerang-ngerang kala senjata Damian sudah menyentuh titik nikmat di dinding miliknya. Tubuhnya meliuk-liuk bak gadis penunggang kuda telanjang yang menari-nari di atas pacuannya. Ingin Mala benar-benar menyelesaikan hasratnya secara sempurna malam ini, Damian remas b****g Mala dengan kedua tangannya, lalu dia angkat tubuh Mala dan menghujamkannya ke atas tubuhnya berulang-ulang. Mala bertambah semangat. Dia berteriak-teriak keras karena apa yang dilakukan Damian menggetarkan sekujur tubuhnya. "Please, jangan berhenti. Please ... pleassse, Jangan. Jangaaaan, pleeeassee," mohon Mala. Peluh mulai membasahi sekujur tubuh Mala. Mala belum menyerah. Juga Damian. Tak lama kemudian, Mala mulai merasakan kejang di seputar selangkangannya. Dia pun lemas setelahnya. Giliran Damian yang menuntaskan gilirannya. Masih gerakan yang sama, menghujamkan tubuh Mala berkali-kali di atas tubuhnya. Tubuh Mala pun ambruk di atas tubuh Damian ketika Damian meraih puncaknya. "You're sweating," ucap Damian sambil mengusap punggung Mala perlahan yang penuh dengan keringat. "You too," balas Mala pelan. Mala yang lelah, meletakkan kepalanya di atas d**a Damian. Dia biarkan Damian membelai rambutnya hingga dia terlelap. *** Mala terbangun. Cepat dia lirik jam dinding di ruang kantor Damian. Jam menunjukkan pukul dua belas malam. Mala terkesiap dan baru menyadari apa yang sudah dia lalui bersama Damian. Cepat-cepat dia turun dari tubuh Damian yang masih tertidur lelap. Dia langsung meraih pakaiannya yang tersebar di atas lantai kantor dan lekas memakainya. Dengan perasaan tidak karu-karuan, Mala melangkah ke luar dari kantor Damian. Mala tidak langsung menuju lift, tapi berjalan cepat memasuki toilet yang ada di sisi pintu lift. Perasaan Mala sangat cemas ketika duduk di atas toilet. Dengan sekuat tenaga dia dorong tubuhnya agar semua cairan yang masuk ke dalam tubuhnya ke luar. Dia tarik tisu toilet sebanyak-banyaknya dan memasukkannya ke dalam miliknya, berharap tidak ada yang membuahi sel telurnya. Barulah Mala menangis tergugu. Menyesali apa yang sudah terjadi. Sepertinya penderitaannya belum berakhir. Namun lebih menyakitkan. Mala kemudian dengan cepat menenangkan dirinya. Dia rapikan pakaiannya seadanya, dan ke luar dari toilet. Untunglah malam itu masih berpihak kepada Mala. Ada seorang sekuriti yang mau mengantarnya pulang di malam larut itu. Mala mengaku ketiduran setelah lelah bekerja. *** Keesokan paginya. Mala tetap memutuskan untuk bekerja seperti biasanya pagi ini. Beberapa waktu saat sebelum tidur, Mala sempat memikirkan perbuatannya yang tidak pantas bersama Damian Rubiantara. Mala menyesal tidak berontak atau berteriak berharap tidak terjadi apa-apa. Ingin sekali rasanya memundurkan waktu dan merubah segalanya, tapi hanya penyesalan yang muncul di pikirannya. Apalagi mengingat Damian menyebut nama perempuan lain selain dirinya saat berhubungan badan. Mala yakin Damian hanya memanfaatkannya saja. Sepertinya rumor tentang Damian dari teman-temannya benar adanya. Dia sosok pengumbar napsu belaka. Di sepanjang perjalanannya menuju tempat kerja Mala terus menyalahkan dirinya. Sambil menghujat dirinya, Mala juga sibuk mencari informasi mengenai cara-cara agar tidak ada pembuahan di dalam tubuhnya melalui ponsel pintarnya. Mala pejamkan matanya dengan perasaan sesal tiada tara mengingat hangatnya semburan dari milik Damian di dalam tubuhnya. Dia sangat berharap tidak hamil. Entah kenapa semalam dia mau saja menuruti kehendak Damian dan kehendak hawa napsunya. Dia akui Damian memang memesona. Wangi tubuh dan tatapan hangat pria gagah itu mampu meluluhkan jiwa raganya, sehingga dia bisa melupakan semua masalah beratnya yang baru saja dia lalui. Mala tumpahkan semua sesal dan perasaan kacaunya di atas tubuh Damian. Dari masalahnya dengan keluarga, dengan mantan suami, hingga harus kehilangan dua anaknya. Begitu puas, Mala bahagia, tapi setelah itu penyesalan dan ketakutan berdatangan silih berganti. Dan sejak tiba di tempat kerja, Mala melakukan rutinitasnya seperti biasa. Mengikuti briefing dari team leader, mempersiapkan alat-alat kebersihan dan merapikan tempat kerjanya, juga menyapa rekan-rekan kerjanya dengan wajah riang. Tidak ketinggalan juga menghabiskan waktu tea time bersama dua sahabatnya Risa dan Usi. Karena hari ini Pak Damian kedatangan tamu-tamu penting, lagi-lagi Bu Ajeng meminta bantuan Mala untuk membereskan sisa-sisa makanan dan minuman di sebuah ruang rapat khusus. Risa dan Usi juga ikut membatu. Saat membersihkan ruangan, Mala menyempatkan melirik Damian yang duduk-duduk bersama para tamu di salah satu sudut ruangan rapat. Terdengar bahasa asing yang Mala sedikit banyak mengerti. Mereka tengah membahas tentang kerjasama yang sudah terjalin hampir lima tahun, dan kini mereka ingin memperpanjang kontrak kerjasama dengan perusahaan milik Damian, karena puas dengan hasil kerjasama selama ini. Sepertinya Damian tidak mengacuhkan lirikan Mala. Dia sempat melihat Mala sekilas, tapi setelah itu dia kembali fokus berbicara dengan para tamunya. Mala lega. Dia yakin Damian sudah melupakan peristiwa semalam dan tidak mengenali dirinya. Dan Mala pun semangat meneruskan pekerjaannya. Tapi, saat Mala sedang khusyuk bekerja, ternyata Risa mengamati Damian yang sesekali melirik-lirik Mala. Damian terlihat gelisah. Beberapa kali dia tampak pura-pura memperbaiki letak duduknya dengan mata yang terus melirik-lirik sebentar ke arah Mala. Risa heran sekaligus bertanya-tanya, ekspresi Damian saat melirik Mala tidak bisa dia tebak, apakah marah, suka, atau malah tidak suka? Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN