Fatal

1190 Kata
Mala terperangah. Damian mencekal keras tangannya, menarik tubuhnya, lalu mendekapnya dengan gerak cepat. Mala terdiam. Tiba-Tiba napasnya terasa sangat sesak karena sepasang mata tajam Damian menatapnya lekat-lekat dengan jarak yang sangat dekat. Mala melirik pintu lift yang tertutup kembali dengan pasrah. Ingin berteriak, tapi kerongkongannya terasa tercekat. Tidak ada yang bisa Mala lakukan selain membiarkan Damian memeluk tubuhnya. Meraba-raba pinggangnya pelan-pelan. Entah kenapa, Mala terbuai dengan tatapan tajam Mata Damian dan belaian tangannya yang lembut di pinggangnya. Mala pejamkan matanya sambil membasahi bibirnya dengan lidahnya. Mala mendesah ketika Damian mengecup bibirnya lembut. Tak lama kemudian, lift terasa bergerak lagi menuju lantai atas. Mala balas kecupan bibir Damian dengan melumat bibirnya. Merasa disambut baik, Damian eratkan pelukannya sambil memainkan lidahnya ke dalam rongga mulut Mala hendak mencari lidah Mala. "Ennghh..." Mala mengerang saat Damian menghisap lidah sekaligus bibirnya. Dia terus memejamkan matanya menikmati permainan lidah dan bibir Damian di bibirnya sambil memeluk tubuh besar Damian erat. Puas berciuman, Damian beralih ke leher Mala. Dia kecup-kecup lembut sambil sesekali menghisap dalam-dalam leher Mala. Sentuhan Damian luar biasa memabukkan Mala, hingga Mala terangsang hebat dan lupa akan segala hal. Damian dengan santai melepas kancing baju seragam Mala. Matanya tajam tertuju ke buah d**a Mala yang ranum mengkilat dan menantang. Perlahan Damian memasukkan tangannya ke balik baju Mala, meremas lembut buah d**a Mala, sambil memainkan ujungnya. "Ohhh...," desis Mala yang menikmati sentuhan jari-jari halus Damian yang memainkan p****g susunya. Mala eratkan pelukannya sambil menghirup wangi aroma tubuh Damian, seolah merindukan sosoknya. "Aaahh..." Mala mendesah saat Damian menyelipkan tangannya ke balik celana seragamnya, meremas lembut miliknya yang sudah basah. Bunyi dentingan lift menghentikan aksi Damian. Damian mundurkan tubuhnya dari tubuh Mala sambil menarik tangannya yang terselip di celana dalam Mala, dan berdiri tegap menunggu pintu lift terbuka. Mala melakukan hal yang sama. Sambil memperbaiki kancing baju dan celananya yang sedikit terbuka, Mala tegapkan tubuhnya menghadap lift yang berhenti di lantai 43. Damian genggam tangannya. Pintu lift pun terbuka, Damian melangkah ke luar sambil menarik tangan Mala agar mengikutinya ke luar, melangkah menuju ruang kantor yang berada di tengah-tengah koridor gedung. Damian kecup-kecup lagi bibir Mala dengan tatapan lembutnya ketika berada di depan pintu kantornya. Sementara jari-jari tangannya sibuk memencet-mencet tombol di handel pintu. Entah kenapa Mala merasa hangat dan nyaman berada di dekat pria itu. Dia seakan tersihir oleh pesona dan sikap Damian. Damian terus menatapnya sambil membawanya masuk ke ruangannya. Keduanya kini berdiri di tengah-tengah ruangan. Saling tatap. Tanpa sepatah katapun yang terucap. Namun perlahan Damian sentuh kedua tangan Mala dengan dua tangannya, menggenggamnya erat-erat. "I miss you..." desah Damian dengan wajah sedihnya. Mala diam tidak membalas. Dia hanya menatap wajah murung Damian yang terus menatapnya. Damian melepaskan jas kerjanya dan melemparnya ke atas lantai. Sejurus kemudian, dia lepaskan juga kemeja dan kaus tipis putihnya dan melemparnya begitu saja. Mala terkesiap saat melihat lekuk tubuh si pemilik gedung dan beberapa perusahaan keuangan yang tersebar di Jakarta dan pulai Kalimantan ini. Indah dan seksi. Ingin sekali dia dekap tubuh itu selama yang dia mau. Tak lama kemudian, Damian tarik sabuk celananya, dan melepasnya dari pinggangnya. Dengan gerak cepat dia turunkan seluruh bawahannya. Damian benar-benar telanjang sekarang. Di depan Mala. Mala tidak bisa mengontrol matanya yang langsung tertuju ke milik Damian yang mengacung ke arahnya. Tak sadar air liurnya terteguk berkali-kali saat mengamati sekujur tubuh Damian yang polos berdiri tenang di depannya. Mala biarkan tas selempangnya terjatuh begitu saja. Kemudian dia lepas kancing bajunya cepat-cepat dengan tetap menatap tajam wajah tanpa ekspresi Damian. Melihat Mala yang semangat, Damian bergegas memburu Mala yang sedang melepas bawahannya. Damian bantu Mala melepas branya. Kini hanya celana dalam biru muda berenda yang satu-satunya melekat di tubuh Mala. Damian peluk tubuh Mala dan mengecup pundak polos Mala berulang-ulang. Mala balas perlakuan lembut Damian dengan meremas-remas rambut Damian. "Oh, Sayang," ucap Mala mendesah sambil mengecup telinga Damian dan menggigitnya pelan. Dia hembuskan napas hangatnya di sana. Damian mulai bereaksi. Dia angkat tubuh Mala dan memboyongnya menuju sofa. Lalu kemudian merebahkan tubuh indah Mala perlahan sambil terus menatap tajam wajah Mala dengan penuh kelembutan. "Cantik," gumam Damian tanpa senyuman, seraya memperbaiki posisi tubuhnya agar nyaman saat menindih tubuh Mala. Lagi-lagi Mala meneguk ludahnya ketika menatap wajah tampan tanpa senyum Damian yang ada di atas wajahnya. Damian terus menatap tajam wajah Mala sambil meremas-remas lembut buah d**a Mala dengan kedua tangannya. Tampaknya dia sangat menyukai wajah Mala yang meringis menikmati remasan tangannya. Mala juga tidak berhenti mendesah-desah. Mala yang menyukai sentuhan Damian, mulai berani meraba-raba wajah Damian. Dia sentuh dahi, mata, hidung dan bibir Damian dengan kedua tangannya. Sempurna, gumamnya dalam hati. Pantas banyak perempuan berkelas menginginkannya. Barulah wajah Damian berubah hangat dan tidak sedingin sebelumnya. Ketika ujung jari-jari tangan Mala menyentuh bibir Damian, Damian hisap jari-jari Mala. Dan Mala pun mulai berani tersenyum ke arah Damian. Tidak ingin menunggu lama. Damian menurunkan tubuhnya sambil mengecup-ngecup perut Mala hingga ke pangkal paha Mala. Tahu apa yang diinginkan Damian, Mala angkat bokongnya agar Damian dengan mudah melepas celana dalam Mala. Sesak napas Mala saat Damian kembali mencium-cium tubuhnya dari pangkal pahanya hingga ke wajahnya. Mala benar-benar sudah tidak sanggup menahan gejolak napsu birahinya. Sudah lama sekali dia tidak merasakan nikmat sentuhan hangat pria dalam waktu hampir setahun lebih. Sebelum resmi bercerai enam bulan lalu, Agung sudah tidak mau lagi bersetubuh dengannya. Agung hanya memeluknya saja ketika tidur. Jika ditanya, selalu lelah jawabannya. Kini Mala seolah mendapatkan malam keberuntungan. Ada tubuh sempurna yang menindihnya sekarang. Mala tidak akan menyia-nyiakannya. Mala buka kakinya lebar-lebar sambil memperbaiki posisi yang nyaman untuk Damian masuki miliknya dengan mudah. "Ooohhh," desah Mala saat Damian perlahan memasukkan miliknya yang tegang panjang dan berurat. Mala dekap tubuh Damian erat-erat, menunjukkan bahwa dia sangat menikmati milik Damian yang terasa penuh di dalam lubang nikmat miliknya. "Oooohhh, Masku Sayaaaaang..., ooooh," racau Mala. Damian mulai memainkan pinggulnya naik turun di atas tubuh Mala yang kakinya menekuk mengangkang lebar. Mala dan Damian saling tatap. Tatapan yang menyiratkan kerinduan mendalam. Kerinduan akan sentuhan kasih sayang dan cinta yang memuncak. Damian tampak sangat menikmati tubuh Mala. Dia tidak berhenti melenguh nikmat di setiap saat mengayunkan pinggulnya ke tubuh Mala dengan mantap. Pun Mala. Dia sangat menikmati gesekan-gesekan senjata Damian di seputar liang miliknya. Mala yang keenakan, ikut menggerakkan bokongnya ke atas agar merasakan hentakan pinggul Damian lebih dalam, sambil menyempitkan miliknya. "Ooooh," lenguh Damian. Dia mulai tersenyum ke arah Mala saat merasakan miliknya dikepit sempit milik Mala. Dia kemudian menggeleng karena sudah tidak kuat bertahan. "Oooh. Oooh, gila kamu..., gilaaaa," racau Damian. Padahal biasanya dia bisa bertahan lebih lama. Tapi tampaknya malam ini dia akan kalah. Mala terlalu kuat mengepit miliknya. Damian menyerah. Tapi dia ingin tuntas secara sempurna. Dia hentakkan pinggulnya ke tubuh Mala dengan cepat dan kuat sehingga Mala tidak bisa menyempitkan miliknya lagi. Mala keenakan dengan gerakan kencang pinggul Damian. Dia biarkan Damian mendorong tubuhnya dengan gerakan menghentak. Semakin Damian menghentak, Mala semakin merintih-rintih. "Itu dia, Mas. Itu dia. Iiiih. Aaaaaah, aaaaackh, enaaaaaakkkhhh," Tubuh Mala mengerjang hebat. Tak sadar dia cakar punggung Damian dengan kuku-kuku panjangnya. Beberapa saat kemudian, barulah Damian melenguh panjang. "Ooooh..., oooh ....," lenguh Damian yang merasakan nikmat tiada bandingan. Dia biarkan ujung miliknya berkedut-kedut hebat di dalam milik Mala. ________
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN