"Ketika kita sedang memikirkan cara yang tepat."
****
Angelina berjalan bersama Steven menyusuri hutan dengan anaknya yang berada di gendongannya. Dia juga tidak tahu sampai kapan Dan ke mana mereka. Tidak ada suami di sampingnya.
"Mi biar Eveline aku aja yang gendong kayaknya, Mami capek banget."
"Enggak papa?" tanya Angelina.
"Enggak papa kok, Mi. Kalau perlu kita istirahat aja dulu di sini," ucap Steven lagi. Sejak mereka jalan dari pagi belum sama sekali mereka berhenti. Mereka berjalan dengan sangat tenang, belum ada tanda-tanda manusia kanibal ataupun monster.
"Mami, kalau mau tidur enggak papa tidur aja dulu biar Steven yang jagain adek. Perjalanan kita masih jauh soalnya, Mi," ucap Steven. Angelina pun mengangguk, rasanya matanya pun mengantuk ingin tidur sejenak.
"Kamu jangan tidur ya jagain adek kamu dulu nanti kalau kamu ngantuk bilang aja sama Mami biar kita tidur gantian harus ada yang berjaga." Steven setuju lagian dia juga tidak mengantuk. Angelina memejamkan Matanya sejenak mungkin setelah nanti dia tertidur akan sedikit enak setelah bangun Dan tenaganya terkumpul lagi.
...
Di tempat lama Harry, apa yang dikatakan Kakek Tono benar. Manusia-manusia kanibal itu datang ke rumah lama Harry mereka maasuk ke dalam. Untung saja Harry yang lainnya sudah pergi dari sana, kalau sampai belum pasti keluarga Harry sudah habis di kepung manusia kanibal itu.
Manusia Kanibal-kanibal itu menyusuri rumah sampai dalam tapi tidak menemukan apapun. Kemudian dia ke luar lagi berbicara dengan manusia kanibal yang lain tanpa tahu apa yang mereka bicarakan. Mereka berjalan lagi ke rumah besar yang tidak jauh dari rumah bawah tanah itu. Mereka masuk dengan mendorong menggunakan kaki mereka. Setelah itu masuk ke dalam, di dalam manusia kanibal yang tidak tahu apa-apa itu mencari sesuatu tapi tetap saja tidak di temukan apapun.
Mereka lalu ke luar lagi, setelah apa yang dicari tidak ada mereka pulang. Manusia-manusia kanibal itu tanpak kesal karena kehilangan jejak manusia. Padahal, mereka sudah membayangkan akan pesta dengan daging-daging manusia itu. Tapi, mereka malah tidak ada satupun.
....
Di tempat keberadaan Harry dan Tono. Anak-anak mereka tertidur pulas sedangkan Harry dan Tono masih berjaga, melihat ke arah tempat tinggap manusia kanibal itu.
"Kek, apa benar akan ada acara perkumpulan manusia kanibal itu? Kalau tidak kita bisa lancarkan saja rencana kita. Dari pada nanti, malah semua sia-sia."
"Tidak. Saya yakin, sudah sering saya mengamati mereka. Saya malah berfikir untuk membawa mereka seperti manusia lagi tapi sayang. Saya tidak pernah bisa melancarkan Aksi itu."
"Biasanya kakek melakukan apa?"
"Saya biasanya mendekati manusia kanibal yang saya tahu. Lalu saya ajak mereka untuk kembali makan daging hewan atau tumbuhan tapi sayang rencana itu harus gagal. Dan saya juga harus pindah rumah berkali-kali karena mereka datang selalu membawa pasukan."
"Pasukan apa?" tanya Harry tidak mengerti.
"Pasukan mereka setelah mereka tahu keberadaan manusia. Pasti dia akan melapor ke kepala suku lalu kepala suku memerintahkan untuk mencari manusia-manusia itu untuk dijadikan makanan seperti sup, ataupun manusia panggang." Penjelasan Tono seketika membuat bulu-bulu di tangannya berdiri. Bisa-bisanya mereka memperlakukan manusia seperti makanan sedangkan mereka sendiri juga makanan.
"Lalu, apakah tidak ada penyesalan dihati mereka saat sudah memakan manusia?"
"Tidak. Manusia kanibal tidak akan pernah merasa menyesal malah akan semakin menjadi, menurut mereka jika mereka makan manusia kekuatan mereka akan bertambah. Itu yang dulu dibawa oleh orang asing ke wilayah kita. Orang asing itu menyuruh kita untuk makan manusia."
"Jadi, mereka itu tidak sepenuhnya manusia kanibal sejak dulu 'kan?"
"Ya saya sudah mengatakannya berkali-kali. Kenapa kamu selalu lupa," ucap Kakek itu dengan kesal. Harry hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Memang Tono sudah mengatakan tapi tidak sedetail itu.
"Sini, lihat yang berbadan kecil itu?" kata Tono saat melihat kepala suku yang bertubuh kecil sama seperti tinggi anaknya Steven.
"Iya, Kek? Kenapa orang-orang pada menunduk saat dia lewat?"
"Dia kepala sukunya."
"Hah. Anak kecil kayak gitu kepala sukunya? Itu mah tinggal pukul kepalanya aja," ucap Harry ngasal.
"Jangan kamu fikir dia cuma anak biasa. Dia sudah tua hanya saja tinggi Dan rupanya seperti manusia. Tapi, kekuatannya jangan anda ragukan bahkan dia bisa melumpuhkan musuhnya hanya dengan matanya yang tajam."
"Hah kok bisa? Itu artinya dia pake ilmu hitam atau hipnotis mungkin."
"Saya tidak tahu maksud kamu hipnotis apa yang saya tahu kemungkinan memang benar ilmu hitam. Dengan itu mereka berfikir kalau mereka akan kuat dengan makan manusia." Harry mengangguk mengerti. Rasanya tidak percaya dia harus menghadapi hidup seperti ini.
"Nah mereka semua sudah hampir berkumpul mengeliling Batu kayu yang ada di tengah itu. Lebih baik kita segera bersiap." Harry melihat ke arah mereka dari semak-semak berada dengan keadaan tenang.
"Oke saya akan bangunkan anak-anak lebih dulu. Kakek perhatikan mereka ya kalau mereka sudah kumpul semua kita akan langsung melancarkan Aksi." Toni mengangguk setuju dia tetap berada di tempatnya menunggu, sedangkan Harry mencoba membangunkan anaknya.
"Estel ayo bangun nak. Jeromy ayo kamu juga bangun. Kita lancarkan Aksi kita sekarang."
"Ehmm...." Estel malah molet saja sedangkan Jeromy masih berusaha untuk membuka matanya tapi rasa kantuk masih terasa.
"Ayo kalian bangun mereka sudah hampir berkumpul," ucap Harry lagi memaksa mereka untuk bangun. Sedangkan Estel langsung saja digendong Harry agar anaknya cepat bangun. Membangunkan Jeromy dengan paksa membuat Jeromy mau tidak mau pun membuka matanya sambil mengucek-ngucek matanya.
"Ayo buruan kalian bangun. Kita harus menyebarkan ini ke sekeliling rumah mereka ingat jangan sampai ketahuan. Mereka sudah.mulai berupacara mengelilingi Batu Dan kayu yang ada di tengah. Waktu kita tidak banyak telat sedikit kita akan jadi mangsa. Kalian enggak mau 'kan kita jadi mangsa?" jelas Tono mengatakan kepada mereka semua. Estel Dan Jeromy langsung membuka matanya segar. Melihat ke arah manusia kanibal yang sedang berkumpul itu.
Harry menurunkan Estel dari gendongannya, "Estel kamu harus hati-hati ya. Kita akan kumpul lagi di sini semoga cara ini berhasil," ucap Jeromy kepada mereka semua.
"Jadi kita sendiri-sendiri berpencarnya?" tanya Jeromy.
"Ya, Jeromy. Ayo kita jalan sekarang sebelum nanti mereka selesai." Tono berjalan lebih dulu mendahului mereka. Harry mengecup seluruh wajah anaknya lebih dulu baru mereka menjalankan misinya.
Perasaan mereka sangat Berkecamuk takut sekali kalau salah satu dari mereka ketahuan. Estel, Jeromy, Tono Dan Harry pun mulai menyebarkan dahan-dan ranting itu mengelilingi mereka. Dengan sangat hati-hati agar tidak ada yang ketahuan. Harry juga membantu. Tapi, setelah dia menaruh dahan-dahan Dan ranting itu dia mulai menyebarkan api yang dibawanya.
Lima menita kemudian mereka berkumpul lagi. Api sudah semakin besar tapi manusia kanibal itu masih dengan upacaranya mengelilingi Batu itu.
"Kita harus mundur karena api semakin besar," ucap Tono. Mereka Semua mengangguk, mereka mundur sehingga sulit untuk melihat keadaan di sana.
Seketika suara manusia kanibal itu mulai berteriak saat api semakin besar. Entah apa yang dilakukan mereka tapi, sepertinya rencana mereka mulai berhasil, suara monster itu terdengar karena teriakan manusia kanibal itu.
Beberapa detik kemudian monster itu datang ke arah mereka. Harry memeluk Estel sedangkan Toni pun melakukan Hal yang sama.
"Pi, apa rencana kita akan berhasil?" tanya Estel lagi.
"Seharusnya bisa berhasil tapi Papi juga ragu apakah iya atau tidak."
"Tidak perlu ragu yakin saja apa yang kita lakukan sudah benar. Toh, kita sudah menutup akses mereka untuk kabur jadi mungkin mereka tidak akan ada yang kabur."
"Tidak, juga, Kek. Bisa saja salah satu atau salah dua atau salah tiga atau seterusnya ada yang lolos atau banyak yang lolos."
"Hush, sudah Jeromy jangan berfikiran seperti itu yakin saja apa yang kita lakukan sudah benar."
"Pi takut," ucap Estel memeluk Harry lebih erat. Monster besar itu terlihat dari tempat mereka berada.
Harry pun juga harus melihat jumlah mosnter itu yang ada Lima atau enam. Itu mungkin baru separuhnya muncul. "Sabar ya, nak semoga ini semua segera berlalu Dan kita bisa kembali hidup dengan tenang."
"Iya, Pi." Estel mengangguk dan kembali menoleh ke belakang monster itu mencabik-cabik semua manusia itu tanpa ampun. Seakan satu persatu rencana mereka berhasil.
...
Malam sudah tiba, Harry dan Tono masih berada di sana. Mereka masih harus memastikan semua manusia itu mati, jadi mereka akan kembali pergi untuk memikirkan cara selanjutnya menghancurkan monster tersebut.
"Kek, api sudah semakin padam apa kita tidak Cek dulu."
"Nanti saja, kita pastikan mereka mati semua dulu dalam tiga jam ini."
"Kok lama sekali?" tanya Harry. Padahal sudah tidak ada apapun, sudah tenang. Tapi, soal manusia kanibal itu mungkin memang Tono yang lebih tahu jadi Harry menuruti apa kata Tono.
"Kek, pertanyaan yang tadi siang saya masih bingung kenapa anak sekecil itu bisa jadi kepala sukunya. Padahal pengikutnya bertubuh besar semua," ucap Harry agar keadaan tidak terlalu hening.
"Karena anak itu pernah membunuh satu kampung hanya karena satu kampung itu tidak ada yang menuruti keinginannya. Anak itu membunuh hampir Lima puluh jiwa dalam kampung itu. Semua orang sudah melawannya tapi tidak ada satupun manusia yang berhasil yang ada malah semua manusia itu hancur satu persatu. Setelah semua manusia itu mati, salah satu manusia ada yang hidup mereka melihat anak itu dengan santainya makan daging-daging manusia itu tanpa berdosa," jelas Tono panjang lebar.
"Lalu, dari mana asal anak itu? Kenapa dengan teganya membunuh sesama semua manusia itu bahkan memakannya."
"Entahlah masih misteri dari mana anak itu muncul yang pasti anak itu mempunyai kekuatan di luar nalar manusia. Makanya semua manusia itu mati di tangannya." Harry mengangguk.
"Terus manusia yang melihat itu gimana, Kek?"
"Langsung memberitahu kampung saya. Semua orang tidak percaya sampai akhirnya dengan cepat anak itu datang ke kampung kami padahal jaraknya lumayan jauh tapi dia lebih dulu sampai ucap seseorang yang mata-mata itu."
"Pasti semua orang di kampung itu mati lagi 'kan, Kek? Habis di makan oleh manusia aneh itu."
"Tidak. Manusia aneh itu berbicara layaknya manusia biasa Dan memberikan pilihan. Jika mereka ikut dengan anak itu mereka akan aman dan tidak di makan, sedangkan kalau mereka membangkan manusia kanibal itu akan membunuhnya," jelas Tono lagi. Harry mengerutkan keningnya. Tidak sadar Estel Dan Jono sudah bangun lagi Dari tidurnya Dan mendengarkan kakeknya itu sedang bercerita.
"Aneh sekali, kenapa malah anak kecil itu berkuasa."
"Karena kekuatan ilmu hitamnya itu mungkin, Stel," jawab Harry.
"Ya benar. Setelah itu mereka semua tentu tidak percaya sampai akhirnya manusia kanibal itu mengambil salah satu manusia yang ada di dekatnya Dan memakannya hidup-hidup layaknya memakan hewan." Estel meneguk ludahnya, bisa-bisanya manusia dimakan seperti itu walaupun Estel tidak melihat mendengarnya saja membuat bulu kuduknya merinding.
"Manusia kanibal itu memotek kepala manusia dengan entengnya. Manusia itu memberontak tapi tenaganya sia-sia kalah hanya dengan tenaga seorang anak kecil yang ternyata dia sudah dewasa hanya saja tubuhnya kecil. Beberapa orang mulai melawan tapi gagal Dan berakhir dengan kepala, tangan atau kaki yang terpisah dari tubuh. Akhirnya, mereka semua takut, beberapa dari mereka yang masih hidup memilih menyerah Dan masuk menjadi bagian manusia aneh itu dari pada harus berakhir mati sia-sia," jelas Tono panjang lebar. Harry hanya menggelengkan kepalanya saja masih merasa tidak percaya tapi nyatanya memang seperti itu.
"Kenapa Kakek bisa lolos?" tanya Estel lagi.
"Karena setelah melihat itu semua saya tidak mau menjadi bagian dari manusia itu jadilah saya memilih untuk langsung membawa kabur keluarga saya dari sana."
"Keadaan waktu itu sangat berisik 'kan, Kek?" tanya Estel lagi.
"Ya sangat berisik teriakan-teriakan saling bersautan."
"Lalu, kenapa monster itu tidak muncul?" tanya Estel lagi.
"Dulu monster itu belum ada. Monster itu datang tidak lama setelah mereka menjadi sebuah kelompok. Waktu itu dengan normal mereka masih makan hewan ataupun sayuran. Tapi, seiring berjalannya waktu Dan monster itu muncul mereka malah makan manusia," jelas Tono.
"Kok bisa?" tanya Harry lagi.
"Karena monster itu muncul satu persatu dari mereka yang berisik pasti akan mati secara sia-sia. Jadi, manusia kanibal itu pun menyusun rencana baru Karena semakin sulitnya mencari makan, mereka memakan manusia."
"Kenapa enggak dari awal makan manusia aja sedangkan anak itu saja Dari awal makan daging manusia." Toni menggelengkan kepalanya tidak tahu. "Sejak saat itu kita pindah jauh tidak lagi tahu info selanjutnya. Anak saya yang mencari info saja harus mati karena ketahuan oleh manusia kanibal itu rasanya sangat membuat hati saya hancur saat anak saya Harus jadi korban. Semua satu persatu jadi korban Dan hanya saya Dan Jeromy yang bertahan," jelas Kakek Tono menceritakan semua itu dengan perasaan sedih. Air Matanya menggenang di sudut matanya. Harry pun mengelus punggung kakek Tono merasa kasihan harus kehilangan keluarganya. Dia paham sekali perasaan kakek Tono karena dia pernah kehilangan anaknya Violine.
....
Tbc ... Jangan lupa tinggalkan komenan kalian untuk menbuatku semangatt menulis. Sampai jumpa di next chapter... bye ... Bye....