bc

Don't Breath

book_age18+
26
IKUTI
1K
BACA
killer
dark
dominant
tragedy
scary
loser
city
regency
cruel
wild
like
intro-logo
Uraian

Bagaimana jadinya saat di mana sebuah Kota terancam karena adanya makhluk mengerikan. Kota di mana lingkungan itu dulunya penuh dengan keindahan berubah menjadi menyeramkan saat munculnya monster jahat.

Monster itu tidak bisa melihat dia hanya bisa merasakan hembusan nafas dan suara makhluk hidup apapun itu. Ketika makhluk itu merasakan ada hembusan nafas dan suara dia akan menerkam mangsanya dan mencabik-cabiknya hingga beberapa bagian. Banyak orang berusaha untuk mencari tempat aman tapi tetap saja makhluk itu berada di mana-mana.

chap-preview
Pratinjau gratis
Kehidupan Yang Tenang
"Kota yang tadinya damai kini berubah drastis dan hampir menjadi kota mati." *** Kehidupan kota yang ditinggali James dan keluarganya adalah kota yang tenang, tidak ada masalah apapun saat ini, mereka melakukan aktifitas layaknya kota-kota di daerah lain. Mayoritas penduduk sana adalah seorang penjual, James yang bekerja sebagai pemilik toko obat-obatan menjalani usahanya dengan baik. Toko James jugalah toko yang paling diminati orang-orang karena hanya ada toko James lah yang menjual obat-obatan di sekitar mereka. Sisanya ada namun jauh keberadaannya. "Pi, Mi sebentar lagi akan ada acara di sekolah kita. Kita akan mengadakan pentas seni dan harus mengajak keluarga untuk serta hadir di sana," ucap Violine anak keduanya. "Ya mi, aku akan muncul untuk menari ballet minggu depan," ucap Violine antusias "Dan aku akan muncul untuk bermain akting, Mi." Begitupun dengan Steven yang juga antusias memberitahu kedua orang tuanya. Kedua orang tuanya saling pandang dan tersenyum, "Really? Ah Mami sangat senang mendengarnya. Papi dan Mami pasti akan datang untuk melihat kalian." "Tentu Papa pasti akan datang untuk melihat anak Papa tampil." "Lalu, toko kita gimana kalau kalia datang semua?" tanya Steven. "Ya kita tutup saja. Lagian acara seperti ini 'kan tidak ada setiap hari jadi Papa dan Mama akan sempatkan untuk datang melihat kalian." Steven dan Violine tersenyum senang mereka lalu saling bertos riang karena Papa dan Mamanya akan melihat mereka. Steven dan Violine ini memang satu sekolah, mereka hanya berbeda kelas dua tingkat tapi Masih satu sekolahan yang sama. "Mami kapan aku sekolah juga kayak Kak Steven dan Kak Violine aku juga mau ke sekolah, Mi," ucap Estel anak Ketiga mereka yang cenderung manja dan lebih rewel hingga harus diberikan perhatian lebih karena selalu iri dengan Kakak-kakaknya dan adiknya. "Kamu 'kan masih kecil nanti kalau sudah waktunya kamu pasti sekolah kok bersama kakak-kakak kalian." "Tapi, aku juga mau tampil di atas panggung untuk menari ballet seperti Kak Violine dan bisa akting juga seperti Putri salju yang Mami selalu ceritakan setiap Estel mau bobo." Maminya tersenyum dan mengelus kepala anaknya. "Iya nanti kamu pasti sekolah kok, nanti," ucap Maminya memberikan pengertian kepada anaknya. "Iya nanti kamu pasti sekolah kok. Sekarang kalau mau ballet, Estel bisa belajar sama, Kakak," kata Violine yang sangat menyayangi adik-adiknya walaupun Estel sering kali membuat onar. "Benarkah? Tapi aku juga mau bisa akting." "Oke kalau akting, Estel bisa belajar sama Kak Steven nanti Kakak ajarin buat Estel akting okey?" Steven menunduk dan tersenyum kepada adik ketiganya itu. "Bener?" tanya Estel lagi. "Iya sayang...." Steven dan Violine mengecup pipi Estel bersamaan di pipi kanan-kiri Estel. James dan Angeline tersenyum melihat mereka, sambil menggedong bayinya, James memeluk pinggang istrinya. *** Menjelang pentas itu yang tinggal beberapa hari lagi, Violine dan Steven berlatih keras untuk menampilkan yang terbaik. Apalagi orang tua mereka akan hadir untuk melihat pertunjukkan mereka. "Violin ayo makan dulu latihannya nanti lagi." "Nanggung, Mi aku masih agak sering lupa sama gerakannya soalnya. Aku enggak mau nanti pas di atas panggung malu-maluin." "Kalau Mami lihat dari tadi udah bagus kok." "Mami lihatin aku latihan?" "Iya, Mami tadi udah lihat dan bagus kok menurut, Mami." "Iiiih, Mami akukan malu. Yah enggak surprise lagi deh nanti kalau aku pentas." Maminya tersenyum dan mendekat ke arah anaknya. "Enggak semua Mami lihat kok, cuma sedikit dan Mami yakin Violine pasti selalu bisa memberikan yang terbaik 'kan Violine sudah berusaha keras juga." "Makasih, Mami...." "Sama-sama sayang. Udah yuk kita makan adek-adek kamu udah nungguin juga di meja makan." "Iya, Mi sebentar lagi aku nyusul ya. Soalnya aku keringatan mau ganti baju dulu." Memang benar terlihat basah baju yang dipakai anaknya karena sedari tadi latihan. "Yaudah, Mami tunggu di bawah ya. Jangan lama-lama loh adek kamu Estel udah uring-uringan di bawah." "Hahaha ... Oke, Mi." Setelah itu Maminya turun lebih dulu, Violine segera mengganti pakaiannya untuk bersiap makan malam bersama keluarganya. *** Estel di bawah sudah merengek karena laper menunggu Kakak-kakaknya yang lama sekali. Papinya yang selalu sabar pun memberi pengertian kepada Estel. "Kakak lama banget sih, Pi. Mami juga sampernya enggak dateng-dateng aku udah laper ini," ucap Estel merengek. "Sabar sayang, mungkin Kakak-Kakak lagi sibuk sama tugas sekolahnya atau sedang latihan untuk pentas seni ya 'kan." "Tapi aku laper 'kan, Pi." Maminya dateng menghampiri mereka sambil mendorong troller bayi anak terakhirnya. "Kakak mana, Mi?" tanya Estel ke Maminya. "Sabar ya sayang, Kak Violine lagi ganti baju, Kak Steven sebentar lagi turun kok, nah itu udah, turun kan," ucap Maminya menunjuk Steven di belakangnya. Violine masih belum muncul juga. "Kenapa, Dek nyari kakak?" "Kakak lama tahu aku udah laper. Masih nunggu Kak Lin lagi." Steven terkekeh dan duduk di samping adiknya lalu mencium pipi Estel walaupun adiknya cerewet tapi Steven sangat menyayangi adiknya. Beberapa saat pun Violine menghampiri meja makan, berdiri di samping Mamanya bersebrangan dengan Steven dan Estel. Estel meggerutu dia sudah lapar tapi kakaknya baru datang. "Kakak aku udah laper tahu." "Hehe ... Maafin, Kakak ya soalnya tadi kakak ganti baju dulu, kalau enggak ganti nanti kamu enggak nyaman bau keringet kakak." "Udah yuk kita makan, Violine ayo buruan duduk kasihan adek kamu udah laper." "Baik, Pi." Violine pun duduk di samping Mamanya. Mereka mengawali makan mereka dengan berdoa terlebih dahulu. Setelah itu mereka baru selesai makan dengan tenang. *** Selesai makan Violine dan Steven membereskan piring setelah makan. Maminya menidurkan adik bayinya yang tiba-tiba rewel meminta s**u dan Papinya menidurkan Estel karena Maminya harus mengurus adik bayinya. Violine bertugas mencuci piring sedangkan Steven membereskan meja makan mereka. Setelah selesai membereskan meja makan, Steven membantu sang adik mengelap piring yang habis dicuci dan meletakkanya ke rak piring. "Gimana, Dek latihan kamu udah sempurna 'kan?" tanya Steven untuk memecah keheningan di antara mereka. "Lumayan sih, Kak cuma kadang masih suka lupa gerakan jadi takut pas pentas jadi gugup di depan orang banyak dan malah jadi malu-maluin." "Enggak kok. Kamu yakin aja kalau kamu bisa anggep aja di depan kamu enggak ada orang sama seperti waktu kamu latihan. Kakak yakin tarian ballet kamu pasti sempurna kok." Violine tersenyum lantas mengangguk kemudian dia gantian menanyakan kepada sang kakak, "Kalau Kakak sendiri gimana?" "Kakak ya sama kayak kamu gugup tapi kakak nanti anggep aja enggak ada orang di depan kakak jadi kakak bisa akting maksimal." "Semangat, Kakak." Violine menyemangati kakaknya, dia yakin kakaknya pasti bisa menampilkan yang terbaik. "Semangat juga kamu, dek." Violine tersenyum dan mengangguk. ***

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Time Travel Wedding

read
6.6K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
122.9K
bc

Romantic Ghost

read
164.3K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
148.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
10.5K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
7.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
91.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook