Berpencar

3005 Kata
"Setelah ini mungkin dengan berbagi Tugas akan baik-baik saja." *****      Angelina memikirkan apa langkah yang harus mereka tapaki. Memilih menghancurkan monster itu atau membunuh manusia kanibal itu. Karena semuanya sangat beresiko juga.   "Jadi apa yang harus kita lakukan sekarang, Pi?" tanya anak sulungnya. Mereka duduk dengan melingkar untuk bermusyawarah mencari jalan keluarnya.   Harry masih diam, dia juga tidak tahu harus bagaimana. Keadaan semakin berbahaya. Kalau dilanjutkan bisa membahayakan masing-masing. Kemudian Harry terpikir untuk membawa istri dan anak-anaknya untuk ke tempat yang lebih aman saja. Biarkan dia sendiri yang menghadapi ini semua.   "Mi, lebih baik kita pindah tempat lagi. Manusia Kanibal itu kemungkinan besar sudah tahu tempat ini. Aku enggak mau terjadi sesuatu apapun sama kalian. Jadi, aku akan bawa kalian ke tempat yang aman lagi. Mungkin besok aku akan mulai survey mencari Tempat aman." Angelina mengerutkan keningnya, "Terus kamu gimana?" tanya Angelina lagi.   "Aku yang akan mengurusnya semua. Asalkan kalian baik-baik aja," ucap Harry lagi.   "Aku enggak setuju, Har. Kenapa enggak kita bagi tugas aja. Kita selesain ini sama-sama. Kita atur rencana."   "Enggak, Mi ini terlalu berbahaya. Kita bukan sedang melawan penjahat yang dengan mudahnya kita lemahkan, tapi musuh kita ini sangat membahayakan."   "Tapi, Pi. Apa kata Mami benar. Aku juga enggak mau kalau Papi ngorbanin diri sendiri Dan Papi enggak balik lagi."   "Nak, Papi cuma enggak mau buat kamu dalam bahaya jadi kamu denger kata Papi aja ya. Mi ayolah aku pasti enggak papa kok. Kalian enggak usah ikut aku ya. Aku yang akan cari Cara ini sendiri."   "Enggak, Harry. Aku bakal tetap bantu kamu. Steven kamu ajak adik-adik kamu saja nanti kamu jaga mereka dengan benar."   Estel langsung menggelengkan kepalanya, "Enggak Mami aku mau ikut sama kalian aku enggak mau ditinggal kalian." Estel menolak kalau mereka tidak ikut.    Suara Estel yang sedikit keras ternyata mengundang monster itu datang. Sial mereka harus buru-buru pergi. Tapi, sayang monster itu sudah menghancurkan bagian depan rumah dengan cepat. Sepertinya monster itu sedang ada di sekeliling mereka kemudian mendengar suara Estel.   "Ayo buruan pergi."    "Ah...." Monster itu mencakar tangan Steven karena Steven yang paling pinggir.     Harry mengkode Steven untuk tenang. Menutup mulutnya Dan menahan napas. Pelan-pelan Harry mengambil Estel Dan menariknya. Menyerahkan Estel kepada Maminya.   Harry menyuruh istri dan anak-anaknya untuk pergi segera tapi lagi-lagi di belakang mereka ada monster yang sama. Harry lalu melihat sebuah lorong entah lorong itu ke arah mana. Dia mendorong istrinya untuk masuk ke sana bersama Estel Dan bayinya. Sedangkan dia harus menyelamatkan Steven.     Di sisi lain Steven sudah tidak kuat menahan napasnya. Tangan juga sudah pergi. Baru saja dia ingin bernapas seseorang menutup hidungnya lagi Dan menariknya.     Harry melihat ada Tono di sana. Tono yang membantu Steven. Harry pun langsung mengarahkan mereka untuk berjalan ke lorong yang dimasuki istri dan anaknya.   Mereka berjalan pelan melalui bawah mosnter itu yang besarnya hampir sama dengan dinosaurus. Entahlah apa makhluk itu benar-benar titisan dinosaurus atau bukan.    Setelah semua masuk ke dalam lorong itu, Harry paling terakhir. Dia lebih dulu mengambil jam yang tadi terjatuh. Tapi, malah menimbulkan suara. Lagi-lagi dengan cepat Tono langsung menariknya masuk.     Monster itu sudah ingin menghancurkan lorong besi itu tapi tetap saja tidak bisa. Besi itu memang terlalu kuat hanya terasa guncangan saja. Di bawah Harry melihat monster itu masih saja mencarinya.    Dia melihat ke atas. "Kalian tenang ya." Mereka Semua mengangguk mendengar arahan Harry. Sekuat tenang Steven pun menahan rasa perihnya itu. Kalau dia berteriak sudah pasti akan terdengar. Darah terus mengalir dari tangannya.    Sedangkan Harry sedang menyeting peluit yang tadi dia bawa. Peluit itu dia otak-atik untuk menghasilkan suara Dan melemparnya ke sana.       Beberapa saat itu peluit yang berisi seperti suara ledakan kecil itu membuat monster itu berlarian ke arah sana. Harry langsung turun Dan diikuti semuanya. Mereka berjalan ke arah sana dan mulai berjalan ke luar rumah tersebut. .....     Angelina sedang menyiapkan minum untuk Tono Dan cucunya. Sedangkan Steven mengobati Luka monster itu.   "Kakek kok bisa tahu rumah saya di sini?" tanya Steven lagi.   "Saya tadi sedang mencari makan pula ke sungai seperti biasa. Lalu, manusia kanibal itu muncul jadi saya lari ke arah sini bersama Jeromy."   "Iya, Paman tadi kita dikejar oleh manusia.kanibal itu jadi kita lari ke sini."    "Tapi kamu baik-baik aja 'kan? Enggak ada  Luka."   "Enggak kok."    "Ini rumah kalian? Terus tadi apa?" tanya Kakeknya Tono.   "Iya benar ini rumah kami. Bukan rumah sebenarnya hanya tempat berlindung dari makhluk menyeramkan itu. Sejujurnya kami juga mau pindah ke tempat lain karena merasa semakin lama. Tempat ini tidak aman." Tono mengangguk. Tapi, tadi saya lihat banyak sekali peralatan.   "Diminum dulu, kek," ucap Angelina mempersilahkan minuman ke mereka.   "Ya saya sedang mengumpulkan informasi Dan juga cara untuk menghancurkan monster itu." Tono mengangguk.    "Lalu sudah dapat caranya?"    "Belum. Niatnya saya ingin mengamankan anak-anak saya lebih dulu tapi mereka malah ingin ikut dengan saya. Saat kami sedang berdiskusi monster Itu datang Dan Steven yang kena lebih dulu cakaran monster itu."    "Apakah rasanya sakit?" tanya Jeromy dengan polos.   "Sudah tentu sakit. Lihatlah darahnya saja banyak seperti ini." Steven menahan perihnya. Dia belum pernah kena cakarannya.    "Maaf aku hanya bertanya." Harris tersenyum kecil Dan menggelengkan kepalanya. Dia memberikan sebuah daun lalu memutar daun ini di tangan anaknya.   "Sudah mungkin akan beberapa hari sembuh karena cakarannya dalam," ucap Harry.   "Apa ini bakal sembuh, Pi? Rasanya perih sekali."   "Ya, Papi tahu. Setidaknya sudah Papi bersihkan dan mencegah infeksi."     "Terimakasih, Pi."    "Sama-sama sayang," jawab Harry mengelus kepala anaknya.   "Kek. Tadinya saya ingin ke rumah Kakek untuk membahas tentang manusia kanibal itu. Apa kakek bersedia?"    "Maksudnya?" tanya Tono tidak mengerti.   "Ya saya ingin tahu lebih jauh manusia kanibal itu kapan munculnya Dan apa kelemahannya. Apa kakek juga mengenal Werd?"    "Werd?"   "Iya, Paman Werd. Dia kehilangan istri dan juga anaknya karena manusia itu. Dan dia juga menyelamatkan aku karena manusia kanibal itu ingin memakanku." Tono mencoba mengingat-ngingat nama Werd sepertinya tidak asing. Setelah beberapa detik kemudian dia langsung ingat.    "Oh ya saya ingat, pernah bertemu dia beberapa kali.cuma tidak terlalu tahu."   "Kenapa?" tanya Tono lagi.    Harry menyerahkan jam tangan tadi ke Tono. Tono melihat itu dengan fokus. Dengan di sampingnya Jeromy yang juga melihatnya. .....    Keputusan tadi siang pun sudah disepakati bersama. Kini mereka waktunya istirahat setelah makan malam. Tono memilih menginap di rumah Harry sampai besok mereka mulai melancarkan rencana mereka.    Saat semua sudah tertidur, Harry masih belum bisa tertidur. Dia masih takut kalau rencana yang sudah mereka susun gagal.     "Pi kenapa belum tidur?" tanya Angelina yang saat bangun tadi tidak melihat ada suaminya.   "Kamu kok bangun bukannya tidur."   "Tadi, aku habis gantiin celana Eveline terus lihat kamu enggak ada yaudah aku cari Dan ternyata kamu di sini malem-malem. Nih minum dulu jahe anget." Angelina memberikan jahe tersebut ke suaminya.   "Kamu buatin ini malem-malem nyalain kayu bakar apa enggak asep?"   "Ada air di termos, Pi." Harry mengangguk dan nenyeruput minumannya.   "Makasih ya."      "Sama-sama, Pi." Setelah minum beberapa tegum Harry memberikan minumannya ke istrinya lagi.   "Kamu besok yakin mau ikut? Aku bisa aja nganter kamu ke tempat yang lebih aman, Angel."   "Enggak usah, Harry. Kamu paham 'kan kalau tadi udah kita rencanain udah kamu enggak perlu takut. Aku bakal jaga diri kok sama anak-anak juga."   "Ya aku cuma takut aja."   "Seharusnya aku yang takut, apalagi kamu sama Estel dia paling enggak bisa dibilangin juga."   "Kalau Estel sama aku nurut kok. Lagian ringanin beban kamu juga. Apalagi kalau Eveline rewel Dan aku lagi jauh sama kamu." Angelina tersenyum dia masuk ke pelukan suaminya. Bukan hanya Angelina yang takut kehilangan Harry. Harry pun sama takut kehilangan mereka.   "Har kamu baik-baik ya. Aku belum siap kalau kehilangan kamu, cukup Violine yang enggak bisa aku selamatkan semoga kamu bisa baik-baik saja ya." Harry mengelus kepala Angelina.   "Pasti, aku bakal berusaha keras untuk kembali ke kamu. Dan semoga aja kita bisa hidup normal ya."   "Heum, Har. Aku juga bakal berusaha buat kita kembali dan berkumpul tanpa rasa takut."   "Ya semoga aja." Angelina mengangguk. Dia pun menikmati pelukan suaminya takut kalau nantinya mereka tidak akan berkumpul lagi. Walaupun, jangan sampai Hal itu terjadi.   "Yaudah yuk masuk besok kita 'kan harus berusaha keras," ajak Angelina. Udara juga semakin Dingin nanti yang ada malah mereka masuk angin Dan tidak vit dalam merencanakan acara mereka.   "Tunggu, kamu pegang ini ya kalau ada sesuatu kamu bisa langsung hubungin aku pake ini. Ini alat udah aku setting tanpa mengeluarkan suara. Intinya alat ini untuk kita komunikasi. Dan juga kamu harus selalu hati-hati, peluit ini kamu simpen juga ya. Kamu bawa peluit ini kemanapun. Kalau keadaan mendesak pakai ini. Arahin langsung ke telinganya saja. Walaupun kelemahan monster ada di mata, telinga Dan Hidung. Kamu usahakan buat ke telinga saja karena aku sudah membuktikan lewat telinga Dan monster itu lari. Nanti aku berikan kamu pistol panjang juga tepatkan ke matanya," jelas Harry panjang lebar. Angelina mengangguk paham.    "Ada yang mau kamu tanyain lagi?" tanya Harry.   "Em enggak udah yuk masuk kamu butuh istirahat," jawab Angelina. Mereka pun masuk ke dalam lagi. Di dalam semua masih tertidur nyenyak entah jam berapa sekarang intinya bisa tertidur dengan tenang adalah dambaan mereka semua. Pernah waktu itu dia tidur tapi monster itu datang mengamuk rasa khawatir semua sudah Berkecamuk tapi untung saja mereka masih selamat dari monster itu. ......     Angelina menyiapkan makanan untuk mereka melakukan aksinya. Harry menyiapkan peralatan-peralatan untuk dibawa. Setelah itu memberikan kepada mereka satu persatu.    "Alat ini sudah aku berikan ke kalian untuk berjaga-jaga, saya harap kalian akan tetap aman nantinya." Harry memberikan pistol rancangan peluit Dan beberapa alat untuk mereka bertahan.   "Oke Harry," jawab Tono.   "Kita akan berpencar, mungkin bisa bertemu lagi seminggu atau dua minggu lagi tempat ini sudah terasa tidak aman. Kalau kalian menemukan sesuatu yang aman bisa saling hubungi dengan alat ini." Harris menunjuk sebuah alat semacam earphone tanpa kabel untuk mereka berkomunikasi.     "Papi, kenapa kita enggak bareng-bareng aja. Aku mau ikut sama Mami."    "Tidak bisa, Estel. Kamu sama Papi ya kita nanti kumpul lagi kok, kamu tenang aja. Kita semua akan baik-baik saja."   "Tunggu, Harry. Kita tidak bisa lagi setelah ini kembali ke sini. Manusia Kanibal itu sudah mengincar daerah sini."   "Kok kakek tahu?" tanya Harry balik.   "Tadi saya mau ke kamar mandi mendengar obrolan mereka akan menyerang tempat ini malem hari."   "Bukannya.mereka enggak bisa ngomong ya, Kek?" tanya Steven selama ini manusia kanibal itu tidak berbicara mungkin mengeluarkan suara tapi hanya seperti gumaman."   "Gumaman itulah yang dibuat mereka untuk berbicara, Kak Steven," saut Jaromy gantian.   "Benarkah? Tapi, kenapa aku enggak ngerti?" tanya Estel lagi.   "Ya karena mereka hanya bisa berbicara seperti itu. Mereka memutus setengah lidah mereka entah karena apa," ucap Jaromy lagi. Jaromy beralih melihat kakeknya, "Gimana, Kek? Kakek tahu?"   "Enggak kakek enggak tahu. Tapi, setahu kakek itu kepercayaan mereka agar tetap aman."    "Benar-benar kembali seperti jaman primitif," saut Steven. Mereka mengangguk memang benar mereka seperti kembali ke masa primitif. Hanya ada manusia purba Dan dinosaurus. Persis semacam itu hanya saja manusia aneh itu makan manusia Dan monster itu pun sama.    "Intinya kita kemasi semua barang kita saja. Kita tidak bisa tinggal di sini lagi." Harry mengangguk mengerti. Dia mengambil semua pakaian Dan beberapa perlengkapan yang memang dibutuhkan. Semua dibereskan tidak semua dibawa karena tidak mungkin akan semakin merepotkan.   "Itu artinya kita akan benar-benar berpisah?" tanya Estel lagi. Dia masih belum mau keluarganya berpisah. Dia hanya ingin selalu bersama-sama.   "Enggak, sayang. Kita pasti kumpul lagi kok setelah kita menghancurkan mereka satu persatu. Kamu enggak usah takut," ucap Harry mengelus kepala Estel yang sedari tadi rewel.   "Aku mau sama Mami tapi aku juga mau sama Papi. Aku maunya kita kumpul semua enggak mau pisah biasanya 'kan kita juga gitu."   "Estel dengerin Papi kalau kita hidup kayak gini mulu Estel enggak mau bisa sekolah kayak dulu? Estel enggak mau kehidupan kita jadi tenang kayak dulu? Enggak kan?! Jadi, Estel nurut sama kita. Ini udah keputusan sama-sama," jelas Harry mengelus kepala anaknya. Dia punya.keyakinan yang kuat kalau akan kembali bersama walaupun keyakinan itu sering dipatahkan dengan kejadian aslinya.      "Yaudah kita.sarapan dulu yuk. Ini Mami udah siapin sarapan dan makanan di dalam tas untuk kita berpencar nanti." Mendengar sautan Angelina mereka pun segera untuk makan bersama.     Mereka makan dalam hening, dengan perasaan yang bergejolak. Perasaan takut, khawatir semua jadi satu. Tapi, tidak ada pilihan lain. Semoga saja ini yang terbaik dan mereka bisa hidup normal lagi dengan merelakan untuk saling berpencar mencari cara untuk bisa membunuh monster-monster itu Dan juga manusia kanibal itu. ......    Setelah selesai makan, mereka semua berkumpul. Mereka sudah siap dengan barang bawaan mereka. Sudah siap dengan bawaannya masing-masing.    Sebelum berangkat mereka berdoa agar diberikan kemudahan selama berjuang menyelesaikan misi ini. Setelah selesai berdoa. Harry mendekat ke arah istrinya memeluk Dan mengecup kening istrinya.   "Angel jaga diri selama aku enggak ada. Rawat anak kita, kita akan berkumpul lagi nanti. Sementara kita akan berpisah demi kebaikan."   Angelina mengangguk, "Iya, Pi. Kamu juga hati-hati ya sama, Estel kita akan kumpul lagi kan nanti?"   "Pasti. Saling komunikasi aja lewat alat ditelinga ini. Walaupun enggak bisa terlihat setidaknya kita bisa saling berkomunikasi," ucap Harry memberikan masing-masing ke mereka. Alat yang sudah dirancangnya sendiri. Seperti earphone hanya saja alat itu sudah dibuat sedemikian rupa tanpa adanya ponsel yang terhubung ataupun alat yang lain agar tidak timbul suara bising yang malah memancing monster itu untuk datang.   "Iya, Harry."   "Jam tangan ini bakal aku yang bawa. Mungkin untuk beberapa hari ke depan aku bakal bersama dengan Kakek Tono Dan Jeromy untuk mencari tahu lebih detail kelemahan manusia kanibal itu," jawab Harry.   "Iya," jawab Angelina.   "Ayo kita berangkat sekarang saja nanti kalau semakin lama yang ada semakin sulit pencarian kita," ucap Kakek Tono. Dia pun mengangguk, setelah mereka saling berpamitan mereka berpencar untuk mencari Tempat yang aman. .....     Harry bersama dengan Estel serta Kakek Tono Dan Jeromy menelusuri arah yang memang mereka sudah tahu keberadaan manusia kanibal itu. Mereka berjalan ke sana walaupun jauh tetap ke sana.   "Kalian waktu itu tahu keberadaan mereka dari mana? Werd?" tanya Kakek Tono dengan pelan.    Mereka berdua menggelengkan kepalanya, "Tidak. Kami memutuskan untuk mengikutinya tapi sayang saat kami ingin kembali malah monster itu datang. Untung kalian membantu kita," ucap Harry menjelaskan awal Mula dia mengikuti tempat manusia kanibal itu.   "Oh gitu, kalian pemberani ya. Ke sana dengan tangan kosong untung tidak mati sia-sia," ucap Jeromy lagi.   "Memangnya kalian bawa apa?"   "Ini korek," ucap Jeromy. Harry dan Steven mengerutkan keningnya.   "Korek buat apa? Korek ini dibuat sendiri?" tanya Harry mengambil korek kayu dari tangan Jeromy.   "Ya. Manusia Kanibal sangat takut api. Jadi, Kakek membuat korek kayu ini untuk kita berjaga-jaga." Harry dan Steven mengangguk baru mengerti.   "Iya, saya pernah menyalakan Apu tapi mereka langsung saja pergi dari sana."    "Berarti saya punya rencana," ucap Harry memiliki ide cemerlang untuk membasmi manusia-manusia kanibal yang menyusahkan itu.   "Apa kalian punya ini banyak?" tanya Harry lagi.   "Tidak juga. Cuma cukup untuk bertahan hidup."   "Gini aja. Kalian tahu 'kan kalau.manusia kanibal itu takut dengan api. Kita hancurkan rumah mereka tapi kita harus menutup akses-akses untuk.mereka kabur." Mendengar penjelasan Harry hanya membuat mereka mengerutkan keningnya bingung. Tidak mengerti sama sekali dengan keputusan Harry.   Harry pun mencari sesuatu di kanan kirinya lalu dia menemukan sebuah kayu. Dia lantas menaruh semua perlengkapannya sambil menengok kanan kira Dan memastikan semua keadaan aman.   "Jadi gini, ini rumah manusia-manusia kanibal itu." Harry mengambarkan di tanah seolah-olah tanah itu adalah kumpulan rumah kanibal itu. Mereka pun fokus untuk mendengarkannya.   "Nah ini orang-orang kanibal itu. Saat mereka semua berkumpul di dalam semua kita menyelinap masuk ke sana."   "Pi, tapi beresiko," potong Estel langsung.   "Memang tapi kita tetap harus berkoban. Papi akan masuk ke sana. Papi akan melemparkan api ke sana jadi mereka semua akan panik saat terjadi kebakaran."   "Tunggu, Paman kita cuma bawa api dikit, apa bisa membakar semuanya. Kalau kita yang malah jadi diincer gimana?" tanya Jaromy lagi. Harry terdiam saat dia memikirkan cara Tono melihat ke sekelilingnya dan menemukan sebuah ide.   Mereka bertiga melihat ke arah Toni yang berjalan menjauh dari mereka entah ke mana. Masih melihat apa yang mau dilakukan Tono. Setelah itu Tono mengambil daun-daun ataupun pelepah yang sudah kering. Seketika Harry pun paham maksudnya Kakek Tono. Dia bangkit membantu mengambil semua dahan-dahan ataupun ranting yang kering Dan membawanya ke Steven dan juga Jaromy.   "Saya paham maksud dari Kakek Tono. Kira pakai semua dahan kering ini kita sebar di sekeliling tempat manusia kanibal itu setelah semuanya tersebar kita langsung buat pertahanan seperti susun semua dahan-dahan atau ranting yang lancip di semua sisinya agar mereka tidak bisa kabur jadi seperti penjara kalian paham enggak?" tanya Harry sambil menggambarkan rencananya itu di tanah.   "Kalau mereka tahu bukankah sama saja kita yang jadi terkaman mereka?" tanya Kakek Tono.    "Tenang saja saya akan memancing mereka Dan kalian yang membuat ini kalau memang ada manusia kanibal yang sadar. Tapi, selama dia tidak sadar kita akan tetap lanjut. Gimana kalian paham 'kan?" Mereka Semua mengangguk dengan aturan Harry.    "Oke sekarang kalau udah ngerti semua kita kumpulin dahan-dahan ranting ini kita lanjut ke sana pelan-pelan sambil memantau situasi kalian mengerti ya." Mereka Semua mengangguk lagi. Setelah itu berjalan mencari tumpukan dahan kering untung saja Harry sempat membawa sebuah karung untuk menaruh peralatan.    Setelah masing-masing mengumpulkan itu semua, mereka berjalan lagi dengan tenang. Bawaan mereka semakin banyak, tapi mereka tetap berjalan ke arah yang dituju. Walaupun rasa lelah, khawatirnya takut menyelimuti hati mereka. Keyakinan mereka lebih kuat untuk menghancurkan manusia kanibal itu Dan digantikan dengan Kehidupan yang aman lagi.   Beberapa saat kemudian mereka sampai di perkumpulan manusia kanibal itu. Hanya beberapa yang ada di sana. Dia pun mengatur rencana lagi. "Sepertinya belum kumpul semua masih ada yang berpencar lebih baik kita tunggu saja."   "Saya tahu saat matahari sedikit tenggelam mereka semua akan berkumpul lagi setelah malam baru mereka akan pergi mencari mangsa," ucap Kaket Tono. Harry mengerutkan keningnya lalu beralih ke Steven.   "Berarti masih cukup lama. Lebih baik kita makan dulu baru kita lancarkan Aksi kita. Makanan kita pun masih tadi," ucap Harry. Mereka Semua mengangguk mengeluarkan makanan dan minuman mereka. Mereka makan sedikit Dan minum secukupnya karena mereka tidak tahu sampai kapan mereka akan mencari cara untuk bisa pergi. Jadi, lebih baik-baik menyimpan persediaan makan agar makanan mereka tetap tersedia untuk ke depannya.   Ada beberapa umbi-umbian Dan kacang yang dibawa. Sedangkan air mereka bisa mengambil lagi di sungai. Walaupun, jalannya jauh. ..... Tbc ... Jangan lupa untuk tinggalkan komenan kalian see u gais ..   
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN