The truth for her

1258 Kata
Tidak ada yang lebih penting dari apapun di dunia ini kecuali pengakuan, begitu kira-kira yang Ratu pikirkan selama ini. semenjak dunianya hancur, ia selalu ingin menunjukan kepada dunia bahwa tanpa siapa-siapa pun dirinya bisa kuat atau bahkan lebih kuat. Selama ini Ratu hanya mengandalkan dirinya sendiri untuk hal apapun itu, walaupun papa nya bisa di bilang dapat membantunya di segala situasi dan kondisi, namun Ratu biasanya akan mengandalkan dirinya dulu hingga titik maksimalnya, dan baru akan menerima bantuan dari papanya jika ia benar-benar tidak bisa. Selama ini, sesalah apapun Hartawan di matanya, se sakit hati bagaimanapun Ratu terhadap Hartawan atas semua perbuatan yang pria itu lakukan kepadanya mama nya, Ratu selalu berusaha berbesar hati memaafkan Hartawan dengan dalih hanya Hartawan yang Ratu miliki namun semenjak kejadian kemarin, Ratu seakan di tampar habis-habisan oleh kenyataan bahwa Hartawan jauh lebih memilih Erika di banding dirinya, sebagai anak nya yang sah. Selama ini Ratu berkali-kali mendapati Melinda berselingkuh dengan pria lain, berkali-kali juga Ratu di hujat habis-habisan oleh papa nya setiap kali Ratu memberitahunya akan hal itu, semenjak Melinda hadir, Hartawan seperti sama sekali tidak lagi mempercayai apapun yang Ratu katakan. Di mata Hartawan Ratu berubah menjadi anak yang pembangkang dan penuh kebencian, berbeda dengan Erika, apapun yang Erika katakan pasti Hartawan berusaha menerima, sepahit apapun. Ratu selalu merasa sendiri, tidak ada yang bisa menjadi tempat pulangnya setelah ibunya meninggal, semua perasaan yang ia rasakan harus ia pendam sendiri, senang, sedih, semuanya ia telan habis sebab ia tidak lagi mempunyai seseorang yang bisa ia jadikan tempat untuk pulang. Itulah yang menyebabkan Ratu tumbuh menjadi sosok manusia egois dan penuh rasa benci, Ratu tumbuh menjadi manusia yang terkadang di cap sebagai manusia yang tidak berperikemanusiaan dia egois, tidak bisa berterimakasih, pemarah, bahkan terkadang sama sekali ia tidak memiliki belas kasih walau melihat orang lain kesusahan di dekatnya. Selama ini Ratu selalu berpikir bahwa, orang lain pun tak akan datang untuk membantunya jika kesusahan, lantas mengapa ia harus repot-repot membantu mereka jika sedang kesusahan? “Si Fero kapan mau lu balikin ke nyokapnya?” Tanya Ratu. Ia melihat Fero tertidur pulas di lantai dengan beralaskan tikar tipis yang entah milik siapa. Jika kalian bertanya kenapa Fero tidak tidur di atas kasur bersama dengan Ratu dan juga Sarah, jawabannya karena Ratu tidak membiarkan Fero untuk tidur satu kasur dengannya. Jahat bukan? “Nyokapnya aja udah lebih buruk daripada binatang, ninggalin anaknya sama gue. Gak tau ah, gak usah lo tanyain.” Balas Sarah dengan kesal. “Tapi ya masa dia di sini terus?” “Yaudah besok anter aja ke panti asuhan.” Ratu tercengang mendengar ucapan Sarah barusan. wah, bukankah saat ini Sarah terkesan lebih jahat daripada Ratu? “Yaudah.” Balas Ratu, mereka tenang sekali, padahal mereka sedang tidak bercanda. Sudah empat malam, Raja tak berada di rumah, ia masih betah di apartement nya menikmati sakitnya seorang diri, awalnya keadaannya sudah membaik namun entah kenapa dua hari terakhir keadaannya kembali memburuk, padahal dua hari yang lalu ia sudah bersiap untuk kembali ke rumah. Sementara Ratu sama sekali tidak pernah lagi menanyakan kabar Raja, bukan karena tidak penasaran dengan kabar pria itu, hanya saja Ratu merasa bahwa dirinya aneh kalau saja ia terlalu perhatian kepada Raja. Bukan Ratu sekali kalau sampai seperhatian itu kpada orang lain, bahkan kepada suaminya sendiri. **** Sudah tiga hari juga, Raina sama sekali tidak mendapat kabar dari Raja, tak satupun pesan atau teleponnya di balas oleh pria itu, hubungan mereka seakan berakhir begitu Ratu datang malam itu sementara Raina, Raina, perasaannya kepada Raja masih sama, tidak ada yang berubah bahkan setelah ia tahu bahwa Raja masih berstatus sebagai suami orang, terlebih ketika ia mendapat pengakuan dari Kaisar bahwa Raja dan Ratu sudah lama sekali pisah ranjang, Raina jadi berpikir bahwa berarti ia memiliki peluang yang besar untuk menjadi istri Raja yang kedua. Raina mengambil tas dan juga ponselnya, ia sudah tidak bisa lagi menahan dirinya lebih lama untuk tidak bertemu dengan Raja, walau pria itu sudah menunjukan bahwa ia menjauh dari Raina, namun Raina selalu berpikir, bahwa bukannya cinta itu seharusnya di perjuangkan? . Setelah bersiap-siap Raina langsung berangkat menuju apartement tempat dimana Raja berada, ia yakin bahwa Raja juga sebenarnya mencintainya hanya saja mereka terhalang karena Raja masih berstatus sebagai suami dari Ratu. Raina berhari-hari mengumpulkan keberanian untuk berkunjung kesana, ia harus memberanikan diri, entah pahit atau manis yang ia dapat, Raina harus kesana. Raja membuka pintu apartementnya dengan keadaan yang begitu lemas, ia cukup kaget melihat kedatangan Raina yang secara tiba-tiba, gadis itu berdiri di sana, dengan senyum yang sama yang ia tunjukan sebelum ia tahu bahwa Raja telah beristri, ya, Raina masih orang yang sama. Raja mempersilahkan gadis itu untuk masuk, cukup canggung bagi mereka berdua, namun Raina berusaha mencairkan suasana. “Aku bawain ayam bakar kecap kesukaan kamu mas.” Ucap Raina. ya, ia membawakan makanan yang sama yang di bawa oleh Ratu, sebab katanya makanan itu adalah makanan kesukaan Raja. “Terimakasih ya Rain.” Balas Raja. Suaranya masih serak, bahkan Raina bisa saja menganggap bahwa keadaan Raja saat ini jauh lebih parah dari terakhir kali mereka ketemu. “Mas kayaknya makin parah deh sakitnya.” Ucap Raina, ia mendekat ke arah Raja, kemudian berusaha menempelkan tangannya di dahi pria itu namun entah kenapa Raja reflek menghindar. Aturannya salah, seharusnya ia diam saja andai tidak mau membuat Raina semakin overthinking. “Mas…?” Ucap Raina dengan nada kecewa. “Maaf.” Balas Raja. “Maaf, saya sepertinya masih terlalu sakit Rain, mungkin kamu bisa jenguk saya lain kali saja. Saya masih perlu istirahat yang cukup, maaf ya.” Sambung Raja. Raut wajah kecewa dari gadis itu terlihat begitu jelas, bahkan matanya secara tiba-tiba berair, menunjukan betapa sedihnya ia saat ini. “Mas risih ya sama aku? mas kenapa gak mau di sentuh lagi sama aku? atau gara-gara mbak Ratu marah ya mas? Mbak Ratu ngelarang mas nyentuh aku ya? Maaf ya, aku kayak gini karena sudah terlanjur punya perasaan sama mas Raja, gak tahu kapan mulainya, gak tahu karena apa, tapi perasaan ini tiba-tiba muncul, aku selalu berpikir kalau mas juga punya rasa yang sama ke aku, tapi semua ekspektasiku di patahkan dengan fakta kalau mas Raja sudah punya istri.” Ucapan Raina barusan sukses membuat Raja yang tadinya hendak berdiri, kini tiba-tiba diam, mematung di tempatnya sembari menatap Raina dalam-dalam. “Saya gak risih Rain sama kamu. Ratu juga gak melarang saya untuk menyentuh kamu, saya juga tahu kalau kamu sudah suka sama saya sejak awal. Maaf kalau kamu harus kecewa dengan ekspektasi kamu, saya pikir sejak awal Kaisar sudah memberitahu kamu tentang hal itu, tapi ternyata saya salah, Kaisar belum memberitahu kamu fakta kalau saya sudah beristri. Sekarang kamu sudah tahu, terserah kamu saja, saya tidak akan melarang kamu untuk jatuh cinta dengan saya, sebab saya juga tertarik dengan kamu, tapi di satu sisi saya juga tidak akan menahan kamu kalau kamu mau mundur setalh tahu kalau saya adalah suami orang. Itu hak kamu Raina.” “Enggak, aku gak bakal mundur kok mas, aku bakal tetap di sini, sampai kita bisa bersatu.” Ucap Raina dengan penuh kesungguhan. “Saya gak bisa janjiin kamu apa-apa tentang hubungan Rain, saya bisa kasih kamu semuanya, tapi saya tidak bisa menjanjikan kamu kehidupan, maaf, saya memang sebrengsek ini.” Balas Raja. “Kenapa?” Suara Raina memelan, ia menatap Raja dengan tatapan kecewa. “Karena… perasaan saya kepada Ratu belum sepenuhnya hilang.” Ucapan itu bagaikan pisau tajam untuk Raina, pengakuan itu membuat hati Raina sakit bak tercabik-cabik, selama ini, Raja menarik diri kepadanya karena Raja masih cinta kepada Ratu?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN