“WHAT THE HELL ARE YOU DOING HERE?!” Ratu memekik kaget begitu melihat Sarah, teman masa kecil sekaligus sahabatnya yang tiba-tiba pulang tanpa mengabarinya. Kemarin Ratu sempat mendeklarasikan bahwa ia telah hidup sendirian setelah di khianati oleh orang tua, pacar, dan juga sahabatnya Karin, namun begitu melihat Sarah yang tiba-tiba muncul di hadapannya membuat secercah harapan bisa muncul di hidup Ratu kembali hadir.
“ Ratu, of course I’m worried about you! Lo tau gak berita tentang kebangkrutan keluarga lo udah sampai ke luar negeri, di tambah lagi kasus baru yang katanya bokap lo melakukan pencucian uang, like gosh! Masa gua gak pulang? Gua takut lo tiba-tiba bunuh diri.” Balasnya heboh.
“Terus lo kapan balik ke Jerman?” Tanya Ratu. Ayolah, tolong katakan nanti dalam jangka waktu yang lama, jangan secepat ini, Ratu sudah bersyukur akan kehadiran Sarah.
“Gua bakal stay di Indo for a long time kok, gua habis putus sama cowo gua di sana, dan sekarang gua lagi deket sama pengusaha batu bara, Cuma kita LDRan sih dia di tempat kerjanya, gua milih stay di sini aja, yang penting bulanan lancar.” Sekali lagi Ratu ingin berteriak kegirangan begitu mendengar hal tersebut dari mulut sahabatnya itu,oke sekali lagi Ratu benar-benar tidak sendirian lagi.
“Lo punya tempat tinggal gak di sini? Lo mau tinggal di sini aja?” Tawar Ratu.
“Heh, cowok gue kaya tau, lo ngeremehin gua ya? Dia bahkan ngasih gua apartement secara Cuma-Cuma, mobil, bahkan american express punya dia, tenang aja.” Ratu mengangguk senang. Setidaknya di tengah-tengah permasalahan yang tengah ia hadapi, masih ada orang yang bersedia berada di sisinya. Hari itu, Ratu tidak lagi bosan menghabiskan waktu di rumah, ia sudah tidak lagi peduli dengan puluhan wartawan yang berkumpul di depan pagar rumahnya, ia juga sudah mulai menikmati kesibukannya sebagai pengangguran di rumah, ia benar-benar di habisi oleh berita kurangajar yang melebih-lebihkan informsi tentang keluarganya sehingga bisnis nya juga ikut hancur, ia harus merumahkan delapan puluh persen karyawannya, dan tabungannya benar-benar hampir terkuras habis untuk membayar gaji mereka sebelum di rumahkan.
*****
Raja tiba di rumah, dan mendapati seseorang yang tak asing baginya, tentu saja orang itu adalah Sarah, Raja juga kenal dengan Sarah si wanita yang paling heboh di acara pernikahannya bersama Ratu, wanita yang menangis tersedu-sedu begitu Raja melafalkan ijab qobul untuk Ratu, Raja hendak berlalu begitu saja, namun mengingat pertengkarannya dengan Ratu akibat ia acuh kepada teman-teman wanita itu, Raja jadi mengurungkan niatnya.
“Hai Raja. Long time no see.” Ucap Sarah dengan santai, ia menikmati cemilan dan juga minuman dingin di depannya, menatap sang pemilik rumah dengan santai.
“Iya Sarah, saya ke atas dulu. Oh iya, Ratu di mana?” Tanya Raja.
“Di atas tuh.” Jawab nya. Raja mengangguk, ia kemudian berjalan ke atas untuk beristirahat di kamarnya, namun begitu ia hendak masuk ke dalam kamar, Ratu langsung menahan tangan pria itu, lengkap dengan tatapan mengerikan yang Ratu berikan.
“Aku udah nyapa Sarah, kamu gak usah cari gara-gara, aku lagi capek banget.” Balas Raja bersungguh-sungguh.
Ratu mendecih pelan “Kamu suka banget ya pengen nunjukin power kamu di depan aku? kamu pengen banget di akui kalau kamu lebih hebat daripada aku? please, gak bakal bisa, aku udah bener-bener muak sama kamu, aku udah berapa kali sih bilang ke kamu, kalau kamu gak usah berlebihan jadi orang, kamu gak bakal bisa lebih hebat daripada aku!” Ratu meledak begitu melihat Raja dan tampang polosnya, bagaimana mungkin pria itu bersikap biasa saja sementara ia sudah kehilangan akal sehatnya akibat ulah Raja.
“Apaan sih, kamu ini ngomongin apa?” Tanya Raja, bingung.
“Lah? Kok kamu malah sok polos kayak gini? Kamu pikir aku gak tahu kalau kamu yang beli kompleks Villa ibu aku? biar apa Raja? Kamu mau manfaatin aku pakai cara itu kan? Kamu tahu banget kelemahan aku, tapi kenapa? Kenapa harus villa ibu aku? gila ya kamu!” Ucap Ratu setengah berteriak.
“Kamu kenapa ikut campur sama urusan aku? kamu ingat peraturan yang kamu buat di awal pernikahan kita? Peraturan nomor dua belas poin a, bahwasannya kedua belah pihak tidak boleh mencampuri urusan keuangan satu sama lain. Dan soal membeli villa itu adalah urusan ku, aku mengeluarkan uangku secara sadar dan kamu gak berhak untuk mengatur itu.” balas Raja dengan kejam. Ratu sadar bahwa akhir-akhir ini Raja memang bertingkah aneh pada dirinya, Raja tak lagi sama dengan Raja yang ia kenal dulu, pria itu kini jauh lebih kasar dari yang Ratu tahu, apa Raja sudah yakin akan melepas Ratu?
Ratu menelan saliva nya dengan susah payah begitu mendengar ucapan Raja barusan, sekali lagi peraturan yang ia buat, membuatnya terlihat lemah. “Serahkan villa itu sama aku, aku beli, aku akan kasih semua sisa harta aku ke kamu, semuanya.” Ucap Ratu, namun di balik kekesalannya terhadap Raja, ia juga bersyukur karena villa itu tidak jatuh ke tangan orang lain, setidaknya dengan di ambil alih oleh Raja, Ratu masih punya kesempatan untuk mengembalikan villa itu ke tangannya.
“Serius?” Tanya Raja dengan senyum licik di wajahnya.
Ratu mengangguk.
“Seharusnya harganya sudah naik, toh sudah berpindah tangan juga. I was spent 16 trillion for that villa. Gimana kalau 32 Triliun? Deal? Ya kalau enggak, aku bisa aja sih jual ke orang lain, besok juga paling udah laku, lagian lokasinya strategis bisa jadi destinasi tempat wisata baru di sana.” Balas Raja dengan senyum menyebalkan di wajahnya. Mata Ratu membulat sempurna, bagaimana mungkin Raja menaikan harganya sebanyak seratus persen, andai saja Ratu tidak bangkrut mungkin bisa saja ia langsung mengiyakan tawaran Raja barusan, namun 32 Triliun terlalu banyak, dan bahkan uang tabungannya saat ini sudah tidak sampai dua triliun lagi.
“Ini pemerasan tahu gak!” Bentak Ratu.
“Ya ini namanya bisnis, bukannya kamu tahu sendiri bisnis itu seperti apa? ya kalau kamu tidak mau yasudah.” Balas Raja. Ia betul-betul mempernainkan Ratu kali ini, emosi Ratu sudah benar di ubun-ubun, masalahnya villa itu terlalu berharga untuk Ratu.
“Atau, aku bisa aja kasih kamu secara Cuma-Cuma.” Sambung Raja.
“Mana mungkin. Lagi pula, aku gak mau di kasih secara Cuma-Cuma, aku masih punya harga diri dan aku gak bakal mau menerima hal sebesar itu tanpa hasil kerja ku sendiri” Balas Ratu tak percaya. Bahkan di tengah-tengah kebangkrutannya ia masih mempertahankan harga dirinya yang ia jaga mati-matian, Ratu tidak mau kehilangan semua yang ia bangun selama ini hanya karena sesuatu hal yang masih bisa ia usahakan. Baginya di berikan sesuatu secara Cuma-Cuma adalah penghinaan luar biasa yang tidak bisa di toleransi oleh Ratu,
“Oke, kalau begitu kamu boleh mencicil dengan satu syarat.” Ucapan Raja menggantung, membuat Ratu menahan napasnya sepersekian detik, ia yakin pasti Raja akan menyulitkannya.
“You should be a good wife.”