WARNING 18+ !! (BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN)
“EMANG GILA YA TUH ORANG! EMANG ANJING BANGET, KOK BISA-BISANYA DIA MEMANFAATKAN KEADAAN BUAT BIKIN GUA MERASA GAK BERDAYA, DIA TAHU BANGET KAN SAR GIMANA GUA SAYANG BANGET SAMA SEMUA BARANG-BARANG PENINGGALAN NYOKAP, DENGAN KEBANGKRUTAN BOKAP DAN KEBANGKRUTAN GUA, DIA MALAH MEMANFAATKAN KEADAAN YANG ADA. GIMANA BISA JUGA DIA MINTA GUA JADI HIS GOOD WIFE?! ANEH BANGET! GAK MUNGKIN!” Ratu berteriak di dalam mobil sembari memukul-mukul setir di depannya, ia juga tidak segan-segan memencet klakson mobilnya dalam jangka waktu yang cukup lama yang dapat mengganggu pengguna jalan yang lain.
“Ya daripada dia jual ke orang lain, mending lo turutin aja sih, gak lama juga paling.” Jawab Sarah santai. Di banding dengan Kirana kemarin, Sarah justru lebih condong berpihak kepada Raja, ia tahu betul bagaimana Raja menyayangi Ratu, hanya saja Ratu terlalu keras menutup hatinya untuk Raja sehingga ia tidak bisa melihat ketulusan dari mata pria itu.
“Enggak Sar, enggak, gua gak bisa jadi istri yang baik.” Balas Ratu. Rasa traumanya, menjalani kehidupan rumah tangga begitu melihat kehancuran rumah tangga kedua orang tuanya membuat Ratu bersumpah tidak akan menjadi istri yang baik seperti ibunya, ia tidak mau suatu saat Raja menginjak-injak harga dirinya hanya demi wanita lain, mana mungkin pula ada pernikahan yang bahagia? Istri yang baik? Mana ada, yang ada hanya para istri yang mempertahankan pernikahan mereka, padahal sudah di sakiti oleh para lelaki.
“Terus lo mau biarin gitu aja, harta nyokap lo jatuh ke tangan orang lain?” Pertanyaan Sarah sukses membuat Ratu diam seribu bahasa, ia dalam keadaan yang sulit, matanya sibuk menatap jalanan di samping kiri kanannya, kenapa dunia hanya kejam kepadanya saja?
*****
Mas, jangan telat makan. Raja tersenyum begitu melihat pesan yang dikirimkan oleh Raina barusan. perasaannya menghangat begitu membaca pesan yang berisi perhatian oleh gadis itu, sudah lama ia tidak merasakan perasaan yang ia rasakan sekarang, kehadiran Raina tentu saja menjadi sesuatu yang menyenangkan untuknya.
“Pak, kita ke Royal sekarang.” Ucap Raja. Raja yang tadinya hendak pulang, kini berubah pikiran, setelah melihat pesan teks yang dikirimkan oleh Raina barusan membuat Raja menjadi tiba-tiba rindu kepada Raina, ia ingin melihat wajah gadis itu sebelum ia tidur, rasanya begitu hangat berada di dekat gadis itu, keceriaan yang di tunjukan oleh Raina, membuat Raja merasa di inginkan, bagaimana Raja melihat Raina berlari ke arahnya setiap kali ia datang, pelukan hangat dari Raina yang mampu membuatnya tenang membuat Raina seakan candu bagi Raja, seperti tempat pulang Raja yang sebenar-benar nya.
Raina berlari ke arah pintu menghampiri Raja begitu ia mendengar suara pintu terbuka, ya, malam ini Raina tidak akan membiarkan Raja untuk pulang, maka dari itu Raina sudah bersiap sejak tadi, lingerie super tipis sudah ia kenakan, ia juga tak segan-segan merias wajahnya untuk menambah kesan sexy nya, begitu Raja datang ia langsung mendekap pria itu lalu mendorong pria itu hingga jatuh ke atas sofa, lalu Raina naik ke paha pria itu, mengecup bibir pria itu dengan ganas.
“Girl… kamu bisa pelan-pelan.” Desis Raja yang sedikit agak kewalahan meladeni sikap ganas Raina.
“Mas…” Ucap Raina dengan suara yang memburu.
“Ya?” Balas Raja, kali ini pria itu membopong Raina menuju kasur, menjatuhkan tubuh mungil milik gadis itu ke atas Ranjang berukuran King Size, bersamaan dengan Raja yang membuang semua kain yang melekat pada diri Raina.
“I want to be yours.” Ucap Raina pelan, ia mendekat kepada Raja, hingga mereka bisa merasakan deru napas mereka masing-masing.
“But you already mine tonight.” Jawab Raja, tangannya sudah sibuk menjamah ke bagian-bagian tubuh tertentu milik Raina, sehingga membuat gadis itu kalang kabut sendiri.
“Nggak mas, not just for tonight, aku mau selamanya.” Ucap Raina, lagi. Raja tak membalas, ia belum bisa menjanjikan hal itu kepada Raina, ia masih belum yakin atas perasaannya kepada gadis itu sebab, di beberapa waktu Raja masih merasa terikat dengan Ratu, walau pasti wanita itu tidak merasakan hal yang sama dengannya.
*****
Raja terbangun dari tidurnya, dengan Raina yang berada di sisinya, sudah pukul tujuh pagi namun mereka masih berada di kasur, gadis itu terlihat begitu lelap berada di sebelah Raja, ia bahkan tak merubah posisi tidurnya sama sekali sejak semalam, ia memeluk Raja kuat-kuat seperti tidak ingin kehilangan pria itu. dengan pelan, Raja berusaha melepaskan pelukan Raina, ia ada meeting pagi hari ini dan ia harus segera berangkat ke kantor sesegera mungkin.
Tidak lama setelah Raja pergi, Raina juga terbangun, ia mendapati dirinya tengah bertelanjang bulat dan hanya di tutupi oleh sebuah selimut tebal. Matahari sudah masuk menyinari kamarnya dari celah-celah jendela apartement, ia melirik jam sudah pukul setengah delapan dan Raja sudah tidak berada di sisi nya. Raina sedikit kecewa, hingga akhirnya ia menemukan secarik sticky notes yang sengaja di tempelkan oleh Raja di meja rias gadis itu.
Good morning Rain.
I have to go, ada meeting pagi-pagi ini.
Btw thanks for last night.
It seems you are my addiction.
Your lips like honey and your kisses are like a wine.
Raina tersenyum senang membaca dua kalimat terakhir yang di tulis oleh pria itu, bekas merah di lehernya akibat keganasan permainan mereka tadi malam juga membuat Raina tak henti-hentinya tersenyum, ia merasa bahwa ia dan Raja sudah seperti pasangan suami istri, mungkin Raina hanya perlu menunggu waktu atau berusaha lebih lagi agar Raja bisa menjadikannya istri, Raina memang egois, ia merasa bahwa hanya ia yang bisa menikati tubuh pria itu.
Sementara itu, Ratu yang baru saja terbangun dari tidurnya, dengan Sarah beserta Molly kucing kesayangannya masih tertidur dengan lelap di sampingnya. Ratu berjalan keluar, mencari sesuatu yang bisa ia makan sebab perutnya begitu keroncongan pagi itu. Ratu sadar bahwa malam ini Raja tidak pulang, begitu ia sedang menunggu rotinya selesai di panggang, Raja muncul dengan keadaan tergesa-gesa, Ratu menatap pria itu yang begitu acak-acakan, sementara itu Raja mengabaikan Ratu dan berjalan cepat menuju kamarnya.
Raja tidak perlu waktu lama untuk menyelesaikan mandinya, sudah pukul tujuh lewat empat puluh menit, dan Raja harus menghadiri meeting penting pada pukul setengah sepuluh, perutnya juga keroncongan akibat hujan di pagi hari dan juga aktivitasnya bersama Raina semalam, setidaknya ia masih punya waktu satu setengah jam sebelum benar-benar beraktivitas. Pria itu menuruni satu per satu anak tangga menuju dapur, sementara Ratu masih berdiri di sana, di depan toaster sembari menunggu roti-rotinya selesai, bahkan dari belakang saja Ratu terlihat begitu sempurna, di balik kelakuannya, wajah dan tubuh Ratu justru seperti aset untuknya, ia sangat cantik bahkan ketika tidak menggunakan make up sekalipun, kulitnya putih halus, hidungnya mancung, tubuhnya sexy, bahkan orang-orang bisa menggodanya hanya dalam sekali bertemu, auranya memang tidak main-main.
“Do you want a toast?” tanya Ratu, begitu ia menyadari Raja berada di belakangnya. Bukan karena ia baik kepada Raja, hanya saja ia membuat toast terlalu banyak akibat melamun sembari membuat makanan itu, daripada terbuang percuma lebih bagus di sumbangkan kepada Raja.
“Of course, thanks.” Jawab Raja. Ratu membawa setumpuk toast yang tadi ia panggang menuju meja makan di mana ada Raja di sana, Raja menelan saliva nya kuat-kuat begitu melihat penampilan sexy Ratu pagi itu, tanktop tipis tanpa dalaman, dengan celana pendek yang dapat menunjukan lekuk tubuh wanita itu begitu ia menunduk. Sebagai suami Raja tentu saja tidak ikhlas terlebih di rumah mereka bukan hanya dirinya yang berjenis kelamin laki-laki.
Raja berdiri, menarik Ratu, mendorong wanita itu ke ruang bacanya yang terletak tak jauh dari meja makan, Ratu tentu saja berusaha memberontak, namun Raja sudah terlanjur menyergapnya, menghujaminya dengan ciuman-ciuman ganas. Tubuhnya di tindih oleh Raja, bersamaan dengan tangan pria yang menjamah tubuh Ratu sesuka hati. Ratu berusaha memukul, menjambak bahkan menendang Raja untuk melepaskan diri dari pria itu, namun apa boleh buat, Raja jauh lebih kuat di bandingkan dirinya.