Raina tidak pernah menyangka bahwa, hari itu ia akan bertemu dengan Ratu di acara peresmian pabrik salah satu anak perusahaan milik Raja. Ya sebenarnya ia juga tidak di undang oleh Raja untuk menghadiri acara tersebut, ia datang karena ikut bersama Angga yang di utus oleh perusahaan untuk menghadiri acara tersebut, tentu saja tanpa sepengetahuan Pinka, ya kalau saja Pnka tahu pasti akan di persulit oleh wanita itu. saat melihat Ratu, Raina tentu saja merasa tidak percaya diri, bagaimana ia menjelekan Ratu di luar sana namun Ratu tetap saja menjadi pusat perhatian orang-orang dan di sukai oleh banyak orang seakan dunia memang selalu berpihak kepadanya.
Raina melihat bagaimana Ratu memperlakukan Raja di acara itu, jujur saja memang mereka berdua nampak sangat serasi, tapi di satu sisi Raina juga tidak mau mengakui itu sebab Raja terlihat lebih baik apabila bersama dengan dirinya. Walau cemburu, Raina tetap memaksa dirinya untuk tetap berada di sana hingga acara selesai, ia juga tidak peduli ia di tempatkan di kursi mana oleh wanita itu, prinsipnya selagi ia masih bisa menatap Raja, berarti ia masih baik-baik saja. Walaupun beberapa minggu belakangan ini hubungan mereka berdua nampak merenggang, namun Raina bisa memastikan bahwa semua itu tak akan lama. Ratu menatap Raina dengan tatapan remeh begitu mereka bertemu di toilet, dengan santai, wanita itu memandang Raina seolah-olah Raina memang tidak ada apa-apanya di bandingkan dirinya. Yang di tatap tentu saja sedikit merasa takut dan juga risih, takut karena beberapa minggu belakangan ini ia secara terang-terangan menjelek-jelekan Ratu di hadapan publik dan sudah pasti Ratu akan menyimpan dendam kepada dirinya.
“Mbak ngapain datang ke sini?” Tanya nya kepada Ratu di saat mereka tengah sama-sama mencuci tangan di westafel toilet.
Ratu lagi-lagi menatapnya dengan remeh di cermin “Lucu juga, sopan dikit deh. Saya ISTRI boss kamu. Segala nanya ngapain saya datang? Saya mendampingi suami saya. Raja Sabian Mahendra.”
“Percuma juga mbak mau memperbaiki citra mbak di depan orang-orang, semua orang sudah tahu gimana kehidupan rumah tangga kalian berdua. percuma, mbak massang gimmick nggak akan mempan, orang-orang juga pasti mikir kalau kalian cuma settingan, toh di rumah juga kalian gak ada akur-akur nya.” Balas Raina, panas.
“Hmm, tahu apa sih kamu tentang rumah tangga kami? Kamu se pengen itu ya jadi istrinya dia? Gak bisa. Nama kamu Raina, bukan Ratu. Yang pantas jadi istrinya Raja itu Ratu bukan Raina.” mendengar hal itu tentu saja membuat emosi Raina tersulut, ia memandang wajah Ratu dengan tatapan penuh kebencian, andai saja ia bisa memukul Ratu, sudah pasti tangannya akan mendarat di wajah wanita itu.
“Saya gak tahu kalau mbak se-enggak tahu malu ini, nama mbak sudah rusak di depan semua orang. Mbak sadar kalau mbak sekarang lebih buruk daripada sampah yang ada di jalanan? Keluarga yang berantakan, suami yang selingkuh, kehidupan rumah tangga yang kacau, kehilangan pekerjaan dan di benci sama banyak orang. Dan mbak masih berani-beraninya muncul di depan banyak orang seolah-olah mbak ini gak punya rasa malu, kenapa mbak? Inikah cara mbak untuk bertahan hidup?” Raina melipat kedua tangannya di depan d**a, lalu menatap Ratu dengan tatapan meremehkan, ucapannya barusan sukses membuat Ratu sempat diam selama beberapa saat sebelum Ratu membalas ucapan gadis itu.
Ratu tersenyum dan menatap Raina dengan santai “Oh ayolah Raina, orang-orang gak bakal bisa benci sama saya, kamu mau jungkir balik bikin orang lain benci sama saya juga gak akan bisa, kamu bisa lihat sekarang, gimana mereka ngelihat aku dengan tatapan kagum? See? Aku se cantik dan se menarik itu! bahkan tanpa perlu konfirmasi apa-apa perlahan-lahan gosip yang kamu buat juga menghilang. Lagipula, mau keluargaku berantakan, rumah tangga ku berantakan. Heyy, I’m a Queen! Lupa ya? aku ini Ratu, ada atau enggaknya orang di dekat aku, aku bakal tetap hidup, gak seperti kamu yang lahir dari keluarga kelas bawah yang harus ngangkah dulu baru makan. Btw, kamu di bayar Cuma pakai apartement ya? dasar murahan.” Ratu terus menindas Raina, membuat harga diri gadis itu jatuh se jatuh-jatuhnya di hadapannya, Raina sudah terang-terangan menghina Ratu dan Ratu tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi, mumpung ada kesempatan, Ratu mending membuat Raina sakit hati saja sekalian.
“Semua orang benci kamu mbak.” Desis nya menahan air mata.
“Terus kenapa? I love my self enough kok, aku gak butuh cinta dari orang lain lagi gimana dong?” Balas nya sengit. Sudah di bilang, Ratu tidak akan pernah membiarkan lawan bicaranya menang, bahkan sekalipun.
“Mbak bersikap kayak gini, padahal mbak udah di titik terendah mbak sekarang, karena ada mas Raja kan? Karena mas Raja selalu ada buat mbak, gak pernah nolak setiap kali mbak minta dia buat datang, iya kan? Tapi mbak harus tahu kalau dia udah berpikir buat menceraikan mbak dari jauh-jauh hari, bahkan dia sudah bilang ke aku jauh sebelum kami punya hubungan!”
“Ratal dulu deh tuh, hubungan katanya, Raja aja gak pernah ngaku punya hubungan sama orang kayak kamu. Lagi pula lucu juga, hubungan – hubungan, udah di bilang gak bakal bisa! Ya ampun gemes! Kamu gak bakal bisa memasuki keluarga Mahendra, kecuali jadi pembantunya.” Jawab Ratu santai.
“I know how much you hate me, tapi b***h, kamu gak bisa maksa diri kamu buat terlihat jauh lebih baik daripada aku. tanpa Raja pun aku masih bisa hidup, I have my self, and it’s pretty enough for me, gak kayak kamu, kalau gak ada Raja mungkin sekarang kamu masih tinggal di kontarakan kamu itu, kerja banting tulang hahah! kamu sadar kan kalau kamu dan Raja, kamu dan aku itu dari kalangan yang berbeda? Jangan mimpi terlalu tinggi, jangan berharap lebih, what’s mine it’s gonna be always be mine. Catat ya.” Raina terdiam seribu bahasa di toilet mendengar ucapan terakhir dari Ratu. Pertemuan mereka kali ini seakan menampar Raina lebih sakit dari kemarin-kemarin, mulut Ratu memang berbisa, terbukti ia hanya beberapa menit berdiri di depan wanita itu, ia sudah seperti terkena racunnya sendiri, rasanya sakit sekali hingga membuat Raina tidak lagi bisa fokus jika bertemu dengan orang-orang.
*****
Acara peresmian tadi berjalan lancar, kali ini Raja dan Ratu sudah berada di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah, rasanya mereka sudah kelelahan sekali setelah seharian penuh bertemu dengan orang-orang, Ratu sendiri sudah merasa lelah, badannya sangat pegal, sementara Raja juga sama namun Raja tidak mengeluh saja, ia sudah cukup mendengar Ratu yang sejak tadi mengeluh dan itu saja sudah membuat Raja semakin pusing.
“Gimana kalau jalan-jalan sebentar?” Tawar Raja.
Ratu menggeleng “aku capek banget, betis aku pegal.”
“Biar capeknya hilang.”
“Enggak ngaruh.”
“Kalau kamu mau ikut aku pijetin deh.” Tawar Raja dengan jurus terbaiknya. Di detik itu juga Ratu langsung mengangguk, mengingat suaminya sangat andal dalam hal pijat memijat, lumayan, daripada harus ke salon, dan mendapat tatapan aneh dari orang-orang.