“Emang anjing itu orang!” Ucap Ratu sembari menutupi kemerahan pada lehernya dengan Concealer, berharap concealer itu dapat menutupi semua perbuatan Raja kepadanya. Insiden pagi tadi yang dilakukan oleh Raja di ruang bacanya membuat Ratu begitu berapi-api terlebih Raja menggantungnya begitu ia hampir mencapai puncak, pria itu bahkan tidak menuntaskan dirinya sendiri akibat telepon dari sekretarisnya, Raja sampai-sampai membuat Ratu merasa seperti seorang p*****r yang di tinggal oleh pelanggannya sebelum mencapai puncaknya sendiri.
Ratu tidak bisa memungkiri bahwa badan suaminya itu memang jauh jauh jauh lebih bagus daripada badan Rio, mantan kekasihnya yang b******k, Ratu bahkan sampai di buat ampun-ampunan oleh Raja dalam menit-menit pertama pertempuran mereka. Namun Ratu tentu saja enggan mengakui itu, ia tidak mau membuat Raja besar kepala, walau memang pria itu begitu ahli dalam memuaskannya, sialnya permainan mereka tadi tidak sampai selesai, padahal Ratu sedikit lagi mencapai puncaknya.
“Tapi lo puas kan? Udah deh aneh banget lo marah-marah di sentuh sama suami sendiri.” Ucap Sarah yang justru merasa lucu ketika Ratu mencak-mencak tidak jelas, dan marah karena Raja menyentuhnya tanpa permisi.
“Heh! Itu namanya pemerkosaan, emang gila tuh orang, gua bakal laporin dia ke polisi!” Sekali lagi Ratu berhasil membuat Sarah tertawa terbahak-bahak, bagaimana mungkin laporan Ratu bisa di terima sementara Ratu juga sempat menikmati permainan pria itu.
“Terus dengan lo ngelapor ke polisi, lo pikir polisinya bakal percaya? Nggak sayang, enggak, udah deh terima aja emang udah tugas lo sebagai istri juga kok.”
“Dia ngejambak gue, dia nampar gue. Gue bisa laporin itu ke polisi atas kasus kekerasan.”
“Itu namanya b**m, polisi bisa aja nganggap itu fantasi kalian berdua. lagian buang-buang duit, buang-buang waktu juga.”
“Emang b*****t tuh orang.” Berbeda dengan Ratu, Raja yang sekarang dalam perjalanan menuju kantor tentu saja sedang tersenyum-senyum sendiri, ia tidak bisa memungkiri bagaimana perbedaan ketika ia menyentuh Ratu dan Raina, ada perasaan tersendiri yang muncul ketika ia berhasil membuat Ratu mendesah sembari menyebut namanya, atau bahkan hanya sekedar menatap sayu mata wanita itu ketika mereka sedang berhubungan. Raja tak bisa berhenti tersenyum terlebih ketika ia mengingat bagaimana wajah Ratu yang nampak memohon ketika ia menghentikan permainan mereka secara sepihak di saat Ratu sedang berada pada puncak kenikmatannya. Raja tentu saja menyesali hal itu, ia tidak sengaja, karena ada urusan lain yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar menyelesaikan permainan mereka berdua.
“Pak, bapak sehat?” Tanya Darto yang sejak tadi merasa bingung melihat tingkah Raja pagi ini, sepulangnya dari Royal raut wajahnya begitu kusut dan ketika ia berangkat bekerja pria itu bahkan tak henti-hentinya tersenyum, oh iya, Darto adalah sopir yang membawanya ke kantor hari ini.
“Ya sehat, nanti saya kasih kamu tip ya.” Ucap Raja, sangking senangnya ia merasa bahwa ia harus memberitahu dunia bagaimana ia begitu senang hari ini, walau nanti ia juga tidak akan tahu bagaimana Ratu ketika ia pulang nanti. Raja bahkan sudah bisa menebak pasti Ratu akan mencecarnya habis-habisan malam ini.
Begitu senangnya Raja, sehingga ia tidak sadar bahwa ia terlalu banyak menunjukan senyumnya kepada orang-orang, bahkan karyawan-karyawan di kantornya sempat merasa bingung begitu melihat Raja tidak menunjukan wajah datarnya, hampir semua orang yang ia lewati menatap Raja yang sedang tersenyum tak berhenti, tentu saja banyak orang yang heran akibat tingkah Raja pagi itu, beberapa di antaranya menebak bahwa Raja sedang jatuh cinta. Sementara itu, Raina yang melihat Raja tersenyum manis ke semua orang merasa bangga sendiri, ia berpikir mungkin karena kejadian yang semalam membuat mood Raja begitu bagus hari ini.
*****
Ratu yang masih kesal kepada Raja tentu saja menunggu Raja pulang ke rumah, ia bahkan bertekad untuk tidak tidur hanya untuk meluapkan emosinya kepada Raja, Ratu menunggu Raja hingga pukul delapan malam hingga akhirnya pria itu muncul di hadapannya, namun bukannya marah saat Raja datang, Ratu justru terkejut melihat tumpukan dokumen yang di bawa oleh Raja lalu di lemparkan oleh Raja, surat-surat yang berhubungan tentang aset ibu nya.
“You… crazy.” Desis Ratu.
“Tenang, itu Cuma copyan nya. Aku gak mungkin ngasih yang asli ke ular kayak kamu.” Ucap Raja.
“Aku bakal nyicil.” Ucap Ratu.
“So you agree to be a good wife?” Tanya Raja, senyum liciknya merekah menatap Ratu dengan tatapan yang sulit di artikan.
“Nggak lah, ada syarat lain gak?” Balas Ratu.
“Nggak.”
“Segitu pengennya kamu, aku jadi your goodwife?”
“Yasudah kalau kamu gak mau.”
“I really don’t want to be your good wife”
Raja terdiam cukup lama “Ok, bisa di sesuaikan tapi kontraknya segera di kirim ke email kamu silahkan baca, kalau kamu setuju ya sudah, aset ini bisa kamu cicil.” Raja melangkah meninggalkan Ratu yang kini masih terdiam, menimang-nimang ucapan Raja barusan, setidaknya asal tidak di minta menjadi istri yang baik, mungkin Ratu bisa saja menyanggupi.
Dua jam setelahnya, Ratu membelak kaget begitu membaca setiap aturan yang ada dalam kontrak yang di kirimkan oleh Raja barusan, apakah pria itu gila? Apakah pria itu bodoh? Bagaimana mungkin ia membuat kontrak bersama Ratu dengan aturan-aturan yang bisa di bilang tidak terlalu menguntungkannya.
“Apa katanya? Bacain dong.” Tanya Sarah penasaran, sebenarnya ia bisa saja membaca sendiri, namun ia sedang sibuk menggunting kuku Molly yang sudah mulai panjang.
“1. Pihak kedua bersedia menerima uang bulanan selayaknya istri yang di berikan oleh pihak pertama, 2. Pihak kedua harus selalu bersedia melayani kebutuhan biologis pihak pertama selayaknya seorang istri kepada suaminya, 3. Pihak kedua tidak boleh menolak atas pemberian hadiah, 4. Pihak pertama bebas menolak jika pihak kedua menginginkan sesuatu seperti di poin ke dua. 5. Pihak kedua menerima segala fasilitas dari pihak pertama, tanpa adanya bantahan, dan kontrak ini akan brakhir begitu pihak kedua berhasil melunasi cicilannya.” Di detik selanjutnya Sarah tertawa terbahak-bahak begitu mendengar apa yang di bacakan oleh Ratu barusan.
“Dia kebanyakan duit apa gimana?”
“Menurut lo, itu aturannya mengarah ke good wife gak?”
“Enggak. Malah lebih ke kayak pengen ngasih sesuatu ke lo secara Cuma-Cuma.”
“Terus gimana ini?”
“Yaudah tanda tangan aja, lumayan tuh, nguntungin lo juga.”
“Tapi masa gua harus gituan sama Raja?”
“Ya emang kenapa? Raja juga cakep kok, lu aneh nolak suami lu sendiri, padahal gua yakin banget tuh di luar sana banyak yang mau sama Raja, lagian kenapa sih? Namanya juga bersimbiosis mutualisme, menurut lo aja dah, tawarannya langka tuh, ambil kali daripada nyesel di kemudian hari.”
“Yaudah, kalau sampai kenapa-kenapa gua ngamuk ya Sar ke lo.”
“Iya Ratu iyaaa.”