Desas desus tentang kehamilan Raina ternyata sudah sampai di telinga kedua orang tua Raja, Rika yang saat itu tengah berada di jepang menemani suaminya dalam perjalanan dinas langsung pulang hari itu juga. Sementara itu, lucunya Raina bahkan belum sempat untuk test kandungan sebab ada satu dan lain hal yang membuat mereka batal untuk melakukan hal itu, hingga akhirnya mereka kembali lagi ke Jakarta. Sementara itu, Raja pulang dua hari lebih lambat dari yang ia janjikan kepada Ratu, tidak masalah, Ratu juga tidak mencari Raja selama dua hari itu, terakhir ia mencari Raja sebelum ia tahu tentang apa yang sebenarnya Raja lakukan di luar negeri, namun setelahnya, Ratu kembali menjadi sosok Ratu yang dulu, yang enggan untuk peduli apapun yang pria itu lakukan.
Di sinilah mereka, di kediaman orang tua Raja dengan Rika yang semakin berapi-api melihat putra sulungnya, datang bersama wanita yang merupakan selingkuhannya. Sementara di hadapan mereka juga ada Ratu, yang duduk dengan tatapan kosong. Ratu tidak sedih, Ratu juga tidak senang, hanya saja ada rasa sesak di d**a yang ia rasakan, namun seakan tidak bisa ia ungkapkan, perasaannya sesak namun cenderung kosong, Ratu sendiri tidak tahu apa yang ia rasakan saat ini.
“Mama lebih mau masuk neraka, daripada harus mempertahankan bayi dari perempuan tidak tahu malu yang mau tidur sama suami orang. Demi tuhan Ja, mama gak mau, mama gak sudi, dan mama gak akan pernah bisa terima kalau kamu punya anak dari perempuan macam dia! Mama gak masalah kalau dia lahir dari orang yang tidak berada, hanya saja yang mama sayangkan, kenapa, kenapa kamu harus selingkuh dari istri kamu? Kenapa kamu mengkhianati rumah tangga kamu sendiri?! Kenapa harus dengan perempuan yang tidak punya harga diri? Kenapa?!” Matanya berkaca-kaca, ia tidak pernah merasa sekecewa ini sebelumnya. Waktu kabar tentang perselingkuhan Raja dan Raina beredar di mana-mana, Rika memang kecewa, tetapi ia masih bisa menutup matanya, menjauh sedikit dari anaknya guna menghilangkan rasa kecewanya, namun kali ini sudah berbeda, ia tidak lagi bisa mentoleransi apa yang anaknya lakukan. Raja adalah harapan mama nya.
“Ma… mama jangan begitu!” Sebagai seorang anak yang tidak pernah mau membuat orang tua nya kecewa, mendengar ucapan mama nya barusan juga melukai hati Raja. Walau belum pasti Raina hamil, tetap saja selalu ada kemungkinan atas sesuatu yang sudah ada pemicunya. Raina sudah menunjukan testpack dua garis merah kepadanya, dan berarti kemungkinan bahwa Raina hamil memang ada.
“Kenapa kamu ngecewain mama? Mama gak pernah nuntut kamu macam-macam di saat orang lain di tuntut ini itu sama orang tua nya. Permintaan mama Cuma satu Ja, kamu baik sama istri kamu, kamu harus punya keluarga yang jauh lebih baik daripada papa sama mama, mama Cuma mau kamu bahagia dengan istri kamu, mama mau gendong cucu tapi bukan dari perempuan murahan seperti dia, demi tuhan ja.. kamu nyakitin mama .” Rika mulai terisak, ia sudah berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis, namun rasa sakit hatinya sudah lebih dari batas kemampuannya sendiri.
“Raja juga gak bisa…”
“Gak bisa apa? Kamu mau bilang gak bisa menolak apa yang tuhan kasih? Bisa, bisa seandainya kamu tidak memilih untuk mengotori pernikahan kamu sendiri, bisa kalau di setiap langkah yang mau kamu ambil, kamu ingat istri dan juga mama kamu, tapi enggak, kamu terlena dengan dunia kamu sendiri, mungkin perempuan itu bagus di mata kamu, tapi di mata mama, dia Cuma sampah yang bisa di buang kapan saja. Mama selalu mengajarkan kamu untuk memanusiakan manusia, mama selalu berusaha untuk memanusiakan manusia, tapi untuk sekarang, untuk pertama kalinya, mama memandang seorang manusia lebih buruk dari sampah.” Ratu tercekat mendengar ucapan mertuanya barusan, orang yang selama ini tidak pernah terlihat kasar, orang yang selalu lemah lembut terhadap orang lain kini dengan lantangnya memandang rendah orang lain di hadapannya sendiri, dengan kata lain, Ratu bahkan bisa melihat seberapa kecewa mertuanya itu saat ini.
“GIMANA AKU BISA INGAT ISTRI SEMENTARA ISTRI AKU AJA GAK MENGHARAPKAN AKU MA? GIMANA?! Bertahun-tahun menikah dengan Ratu, yang mama lihat, semuanya hanyalah kebohongan. Ratu gak pernah nerima aku jadi suaminya, Ratu bahkan terang-terangan bilang ke aku kalau dia gak mau punya anak dari aku. Bertahun-tahun mama minta kami buat program supaya kami punya anak, gak akan bisa, kami bahkan tidak berusaha sama sekali. Jahat kan ma? Iya, tapi Ratu tidak salah. Sejak awal memang dia yang selalu menolak pernikahan ini, sejak awal memang dia yang menolak untuk melanjutkan pernikahan ini, tapi mama… tapi mama yang memaksa kami sampai kami seperti ini. Kalau di tanya, am i love her or not? Jawabannya, iya. I was fall in love with her, bertahun-tahun aku cinta sendirian sama dia, bertahun-tahun aku menutup semuanya sendirian, and know I met with someone else, I meet with Raina. Semua yang aku gak dapat sama Ratu, ada di dalam diri Raina. Dan bukan mama yang ngerasain itu, tapi aku, aku mau menuruti semua yang mama mau, tanpa terkecuali, tapi soal perasaan gak bisa bohong ma. Sekalipun aku cinta sama Ratu tapi Ratu enggak, ya gimana? Nggak bakal bisa. She in love with her self, nggak ada yang bisa mengalahkan bagaimana cintanya Ratu terhadap dirinya sendiri.”
Ratu susah payah menelan saliva nya, tenggorokannya terasa tercekat begitu mendengar penuturan suaminya barusan, untuk pertama kalinya Ratu merasa takut, bukan takut kepada seseorang, melainkan ia takut, takut akan menambah luka mertuanya.
“Mama sudah tahu, dari awal. Mama tahu jelas bagaimana kehidupan rumah tangga kalian, kalian pikir mama bodoh sampai bisa di bodohi seperti itu? Mama tidak hanya datang sekali dua kali ke rumah kalian, mama datang berkali-kali di saat kalian tidak di rumah. Mama tahu jelas kalau kalian hanya berpura-pura di depan mama, kalian bahkan tidur terpisah sejak awal kalian menikah. Kalian pikir salah satu dari kalian adalah yang paling suci? Tidak, tapi setidaknya Ratu tidak melakukan hal yang lebih buruk? Raja, Raja tidak kah kamu merasa kalau kamu yang lebih jahat di sini? Kamu pikir mama tidak tahu kalau kamu menjadikan Ratu sebagai bahan taruhan di awal pernikahan kalian? Oh ayolah, mama yakin Ratu juga pasti tahu apa yang terjadi waktu itu, kalau jadi Ratu pun mama sudah pasti tidak akan percaya lagi sama kamu, kamu tidak lupa kan?” Ucapan Rika barusan sukses membuat Ratu mengingat kembali hal-hal yang sudah ia kubur dalam-dalam.