Pengakuan

1032 Kata
                Raja sampai tercengang sendiri begitu melihat Ratu menandatangani surat perjanjian mereka berdua secara online, walau mereka masih harus bertanda tangan secara resmi tapi tentu saja hal itu membuat Raja masih tidak percaya dengan apa yang terjadi di antara mereka berdua. setelah insiden tadi pagi, tentu saja ia merasa bahwa mungkin Ratu tidak akan pernah setuju dengan segala tawarannya, namun di luar ekspektasi, wanita itu malah langsung setuju tanpa adanya perdebatan panjang.                 Malam itu Raja memilih untuk tidur di rumah, entah apa yang membuatnya memilih tidur di sana padahal sejak tadi Raina terus meneleponnya, walau sedang senang-senangnya, Raja juga merasa bahwa akhir-akhir ini ia sedang lelah, atau bahkan bisa di bilang sangat lelah, aktivitasnya terlalu padat sampai-sampai ia sendiri sulit menjaga kesehatannya sendiri, di tambah dengan perdebatan-perdebatan kecil bersama Ratu setiap hari membuat semua beban di kepala Raja terasa semakin hari semakin bertambah. Untung saja ada Raina yang selalu siap sedia memberinya pelukan terhangat begitu ia merasa sangat lelah. Tapi di satu sisi juga Raja merasa bahwa ia terlalu egois kepada gadis itu, Raina tidak punya salah apa-apa, namun Raja seakan memberinya harapan di setiap kali pertemuan mereka, Raja jadi penasaran apakah Raina sudah tahu bahwa selama ini Raja adalah pria yang masih berstatus sebagai suami orang?                 Raja tahu bahwa malam ini Sarah sedang tidak menginap bersama Ratu di rumah, sehingga begitu Sarah pulang Ratu terlihat seperti manusia kesepian, entah efek menganggur atau memang dia benar-benar bosan karena terus di kejar-kejar oleh wartawan, bahkan kata para pelayan di rumah mereka, setiap kali Ratu ingin keluar bersama Sarah, ia harus mengumpat seperti pencuri, padahal ia sedang di rumahnya sendiri hanya demi menghindari wartawan. Di saat Raja hendak tidur, tiba-tiba pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang, cukup lama hingga akhirnya Raja bersedia meluangkan waktu untuk berjalan menuju pintu, menemui orang yang mengetuk pintunya di tengah malam buta seperti itu.                 “Aku lagi mau istirahat, aku gak mau berantem.” Ucap Raja, padahal Ratu belum mengatakan apa-apa.                 “Aku mau keluar.” Ucapnya.                 “Yaudah.” Tidak biasanya Ratu memberitahu Raja sebelum ia pergi kemana-mana, wanita itu bahkan hanya memakai legging selutut dengan kaos oversize miliknya. Setelah Raja menjawab Ratu kemudian perlahan menghilang dari pandangan Raja, entah mau kemana wanita itu, Raja ingin bertanya lebih namun entah kenapa ia malah lebih memilih untuk tidur, badannya terasa lelah sekali, ia butuh untuk beristirahat.                 Tanpa Raja tahu, malam itu Ratu datang ke kantor polisi sebagai saksi atas kasus yang di tuduhkan kepada papanya. Ratu hanya memberitahu Sarah, sebenarnya ia bisa saja memberitahu Raja namun setelah Ratu pikir-pikir lagi, ia akan terlihat sangat menyedihkan apa bila Raja tahu mau kemana ia malam itu. di sepanjang perjalanan, Ratu tak henti-hentinya mengumpat kesal ia bahkan sampai melanggar rambu-rambu lalu lintas hanya untuk meluapkan kekesalannya, memang gila, namun begitulah cara Ratu meredakan emosinya sendiri.                 “Pada tanggal delapan belas ada dana yang di transfer tuan Bennedict selaku orang kepercayaan tuan Hartawan sebesar delapan Milyar rupiah ke rekening anda, para penyidik meyakini bahwa uang trsebut adalah uang hasil penggelapan dana oleh tuan Hartawan yang diberikan kepada anda agar jejaknya hilang.” Laki-laki dengan tubuh tinggi tegap itu menatap Ratu dengan tatapan tajam. Ruangan gelap dan sesak itu hampir saja membuat Ratu kehabisan oksigen, namun Ratu tetaplah Ratu, ia tidak mau terlihat lemah hanya karena berada di ruangan seperti itu.                 “Duhh, bisa gak sih kalian kalau nyari bukti tuh yang bener-bener aja. I was sold my family’s useless car, dan emang harganya semahal itu. kalau kalian gak percaya, tanya aja sama pembelinya, cucu dari tuan Atmaja yang punya perusahaan batu bara. Lagian masa saya gak boleh jual mobil? Kan aneh. Bapak-bapak semua mau mengcover biaya rumah sakit papa saya yang hampir 1 Milyar itu? ahh bapak gak akan tahu sih, orang kalau sakit masih di cover sama pemerintah.” Balasnya. Di situasi seperti ini Ratu bahkan masih bisa menyombongkan diri, toh tidak ada salahnya, ia merasa benar.                 “Anda menjual mobil yang bukan merupakan atas nama anda? Apa itu masuk akal? Nyonya Ratu Elisa Hartawan, saya harap anda bisa berkoporatif dalam membantu penyidikan ini.”                 “Gosh! Bahkan bapak salah melafalkan nama saya. Ratu Elisha Hartawan dat Elisha not Elisa.” Balas Ratu dengan kesal. Ia memang kekanak-kanakan, bahkan penyidiknya bertambah menjadi tiga orang, dua lainnya baru saja masuk.                 “Tuan Hartawan tidak mungkin melakukan hal ini seorang diri tanpa adanya bantuan dari anda. Semua orang tahu bagaimana hebatnya kalian sebagai keluarga konglomerat, namun kali ini kalian tidak bisa kabur sebab kalian sudah merugikan negara.”                 “Ya terus saya harus apa bapak? Orang saya aja udah gak pernah lagi dapat transferan dari papa saya, udah lama semenjak papa saya nikah sama si jalang itu. bapak sih gak tau gimana keluarga saya, main tuduh-tuduh aja. Kalian tuh gak capek apa? aku capek banget ngehadapin kalian masa, tahu gak saya disini udah lima jam loh, nih pinggang saya udah capek banget kalian gak selesai-selesai, mana mutar-mutar lagi nanya nya. Kalian nyari apa sih? kalian mau apa? kalian mau pengakuan? Ya gak bakal bisa lah, orang saya aja gak tahu apa-apa, lagian ya my husband is richer than me, kalau mau ya saya bisa aja minta sama dia.” Jelas Ratu dengan emosi menggebu-gebu.                 Sayangnya para penyidik itu masih tidak puas dengan segala celotehan Ratu yang juga membuat emosi mereka terpancing, sementara itu Raja yang tiba-tiba terbangun di pukul tiga dini hari, memeriksa garasi rumah dan menanyakan keberadaan Ratu kepada satpam yang sedang berjaga malam itu, sudah pukul tiga dan Ratu masih belum ada di rumah, kemana lagi perginya wanita itu? dengan cepat Raja menghubungi Sarah, berharap Ratu berada bersama Sarah sekarang.                 “Loh, kan dia lagi di panggil sama penyidik. Di minta keterangan gitu, gua juga udah berusaha text dia daritadi tapi malah ga aktif, mending lo datang deh kesana, cariin dia.” Jawab Sarah dengan suara serak khas bangun tidur. Raja tentu saja kaget, Ratu memang mandiri, bahkan sangat mandiri, tetapi di saat seperti ini, di saat yang bisa saja membahayakan dirinya, ia masih saja terlalu gengsi untuk memberitahu Raja. Tanpa pikir Panjang, Raja segera berangkat untuk menghampiri Ratu, pemeriksaannya sudah tidak wajar sebab paling tidak mungkin saja Ratu hanya di panggil sebagai seorang saksi yang berarti Ratu tidak perlu selama itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN