Manusia

1194 Kata
Jelas sulit bagi Raja untuk mengabaikan Ratu begitu saja, bertahun-tahun menikah dengan wanita itu, se kurang ajar bagaimanapun Ratu kepadanya, semena-mena apapun Ratu, Raja selalu menempatkan Ratu sebagai prioritasnya. Kesenangan Ratu selalu ia dahulukan, ia selalu mengabaikan dirinya sendiri, melihat Ratu di perlakukan seperti itu oleh keluarganya sendiri membuat Raja jadi tidak tega, terlebih ketika dalam perjalanan pulang Ratu terlihat muram sekali. “Tidak usah terlalu di pikirkan.” Ucap Raja memecah keheningan di antara mereka berdua. “Don’t act like you care with me, I hate when you do that.” Desis Ratu. Suaranya hampir tak terdengar, Raja paham sekali bahwa itu adalah sikap Ratu setiap kali ia merasa sedih. “It means I care.” “Don’t disturb me Raja.” Kali ini Ratu benar-benar serius, ia mengalihkan pandangannya ke arah luar melalui kaca jendela mobil. Ratu berkali-kali menghela napas, sesekali ia melirik ke arah Raja yang nampak membosankan di matanya. “Pak, antar saya ke rumah Rio sekarang.” Ucap Ratu. Raja cukup terkejut, namun ia diam saja seakan tidak peduli dengan apa yang Ratu ucapkan baru saja. Sebagai seorang suami, normalnya mungkin Raja harusnya marah atau paling tidak mencegah sopir mereka untuk mengikuti perintah Ratu, namun Raja sudah terlalu lelah akan sikap Ratu dan ia juga tidak mau lagi untuk menghalang-halangi apa yang Ratu akan lakukan. Melihat ekspresi datar milik suaminya membuat Ratu jadi bertanya-tanya sendiri dalam hati, biasanya Raja akan menunjukan ekspresi tidak suka ketika Ratu menyebut nama Rio di depannya, namun kali ini berbeda, Raja diam saja, ekspresinya datar, bahkan ia hanya sibuk menatap ponselnya entah apa yang ia lihat di sana. “I hope you sleep with another girl.” Ucap Ratu. Raja tersenyum membalas ucapan Ratu “Should i?” Lagi-lagi Ratu di buat kaget oleh jawaban pria itu, entah sudah berapa kali Ratu mengucapkan kata-kata itu di hadapan sang suami, namun biasanya Raja akan membantah nya, atau memaki nya gila, atau paling tidak Raja akan mengabaikannya, namun kali ini entah kenapa sikap Raja kepada Ratu seakan berubah, ia bahkan tersenyum menjawab ucapan Ratu barusan, Ratu jadi heran, apa yang terjadi dengan suaminya hari ini? “Ya silahkan, aku gak pernah ngelarang kamu buat nyentuh perempuan lain selama kamu gak ngelarang aku buat di sentuh sama Rio.” Senyum licik terpancar dari wajah Ratu, rasanya menyenangkan untuk memancing Raja dengan ucapan seperti itu. ia memang secara terang-terangan mengatakan hal menjijikan itu di depan suaminya, namun hal paling jauh yang pernah ia lakukan bersama Rio tidak lebih dari hanya sekedar ciuman. “Oke Ratu.” Balas Raja. Raja merubah sedikit posisi duduknya, kemudian memejamkan mata tanpa menatap ekspresi terkejut dari wajah sang istri, ia sangat lelah setelah bekerja seharian penuh dan menutup malamnya dengan obrolan sengit pada pertemuan keluarga Ratu, andai saja Ratu tidak minta untuk di antar ke rumah Rio sekarang mungkin Raja sudah berada di atas kasur dan menyelimuti dirinya dengan selimut hangat. “Tunggu saya selesai pak, jangan pulang, saya mau bapak nunggu saya di sini.” Ucap Ratu ketika mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan salah satu gedung apartement. Raja membuka matanya, menatap tempat yang di tinggali oleh selingkuhan sang istri, Raja tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Her taste so bad.” Ucap nya dalam hati. “Tapi bagaimana dengan tuan Raja, Nyonya?” Tanya pria paruh baya yang usianya bahkan sudah menginjak kepala enam itu. “Gak peduli, terserah dia mau pulang naik apa yang penting bapak harus nunggu saya selesai, saya gak mau ya kalau bapak pergi sekarang, kalau sampai bapak gak nungguin saya selesai saya gak akan segan-segan untuk memecat bapak.” Ucap Ratu tanpa rasa belas kasihan. Pria paruh baya yang sedang duduk di kursi kemudi itu menghela napas, terlihat jelas pada raut wajah nya bahwa ia sudah sangat kelelahan, kantung matanya semakin menjadi sebab tak bisa tidur nyenyak. Namanya pak Darwanto, pria yang sudah bekerja dengan mereka semenjak mereka baru saja menikah, pak Darwanto adalah sopir di perusahaan Raja yang Raja rekrut untuk menjadi sopir pribadinya, pria itu berstatus duda beranak dua, istrinya meninggal tiga tahun silam, dan kedua anaknya masih bersekolah. Tinggal di ibu kota tidaklah mudah bagi Darwanto, ia harus bekerja banting tulang hanya untuk menafkahi kedua putri nya. “Kita pulang sekarang pak.” Jelas Raja saat Ratu sudah berjalan agak jauh dari mobil mereka. “Tapi tuan…” “Saya yang membayar gaji bapak, sejak awal bapak bekerja dengan saya, Ratu tidak punya hak untuk memecat bapak. Lagi pula ini sudah lewat dari jam kerja bapak, seharusnya bapak sudah pulang sejak maghrib tadi, bicarakan dengan manager saya untuk uang lembur nya.” Balas Raja. Setelahnya mobil mewah itu pun melesat, membelah jalanan ibu kota, Raja tidak peduli akan semarah apa Ratu nantinya, yang jelas Raja tetap pada prinsipnya untuk memanusiakan manusia. Dan benar saja, dua jam setelah Raja sampai di rumah, Ratu tiba-tiba datang sembari berusaha membuka pintu kamar Raja, Raja yang saat itu baru saja terlelap terpaksa harus bangun lagi agar Ratu bisa diam, jika ia tidak membukakan Ratu pintu saat itu Raja yakin bahwa Ratu akan membangunkan seisi rumah akibat ulah konyol nya. “Sudah pulang?” Tanya Raja dengan suara serak khas orang yang baru saja bangun tidur. “KAMU INI KENAPA SIH?! KAMU KAN YANG MINTA PAK DARWANTO BUAT PULANG TADI?! BUKANNYA AKU UDAH BILANG AKU MAU DI TUNGGUIN? BUKANNYA AKU UDAH BILANG KALAU AKU BAKAL MECAT PAK DARWANTO KALAU DIA BERANI PULANG TADI?!” Ratu berapi-api di depan Raja, tentu saja ia kesal, Raja secara terang-terangan membuat pekerja mereka melanggar titah Ratu begitu saja, Ratu bahkan merasa harga dirinya jatuh saat seperti itu. “Sudah marah nya?” Tanya Raja, santai. “KAMU INI APAAN SIH?! MULAI SEKARANG PAK DARWANTO GAK AKAN PERNAH KERJA LAGI DI RUMAH INI! MAU APA KAMU HAH? AKU BAHKAN GAK PEDULI KALAU DIA HARUS LUNTANG LANTUNG DI JALAN BUAT CARI NAFKAH, AKU GAK PEDULI! BUKAN URUSAN AKU!” Ratu semakin kesal terlebih lagi ia melihat ekspresi Raja yang terlihat begitu datar, Raja menghela napas, kemudian mengusap wajah nya kasar. “Ratu… aku tahu seberapa berkuasanya kamu, aku tahu kamu lahir dengan sendok perak di mulut kamu, berbicara tentang memecat seorang pekerja memang hobi kamu ya sejak dulu? Kamu selalu seenaknya, kenapa? Mungkin karena kamu gak pernah ngerasain tidur di jalan, susahnya cari uang, kamu gak pernah panas kepanasan, hujan kedinginan sampai-sampai kamu selalu tega untuk membuat orang lain kehilangan pekerjaannya. Kamu pikir, kamu bisa seenaknya? Pak Darwanto sudah tua, umurnya bahkan lebih tua dari papa kamu, jam kerja nya sudah lewat, anak-anaknya pasti nungguin dia di rumah, mungkin kamu tega tapi aku gak bisa ngeliat orang lain di perlakukan seperti itu, terlebih orang yang sudah bekerja dengan aku sejak awal, Ratu I know how super power you are but you have to learn how to memanusiakan manusia, gak semua hal yang kamu mau harus di turuti oleh orang lain, apalagi sampai gak masuk akal kayak gitu, jangan berlebihan Ratu.” Ucapan Raja sukses membuat Ratu terdiam selama beberapa saat, wanita itu diam seribu bahasa, menatap suaminya dengan tatapan kosong, entahlah tatapan itu bermakna apa, bisa saja Ratu kesal, atau bisa saja Ratu merasa bersalah, tidak ada yang bisa membaca pikiran wanita itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN