You are mine, right?

1036 Kata
                Kali ini adalah kali pertama Raja ingin mengotori tangannya hanya demi Ratu, Rio sudah habis di hajar oleh Raja bahkan bekas darahnya menempel di kemeja putih milik pria itu. Ratu menatap Raja tak percaya, Raja si manusia paling tenang yang pernah ia kenal, bahkan dalam keadaan paling mengenaskan pun Raja tidak akan pernah bisa marah, namun kali ini hanya karena tahu Ratu di sakiti oleh Rio, Raja rela mengotori tangan bersihnya hanya untuk memberi Rio pelajaran.                 “Kamu too much.” Ucap Ratu begitu Raja duduk tepat di sampingnya. Raja mengobati tangannya sendiri yang terluka akibat pukulannya kepada Rio, sementara Ratu hanya melipat kedua tangan di depan d**a sembari menatap televisi di hadapan mereka.                 “I know.” Balas Raja singkat. Ratu sedikit menoleh ke arah pria itu, bukannya merasa kasihan Ratu malah merasa kesal. Kalau saja Rio mati di depan karena Raja, hal itu bisa saja membuat mereka hancur, ya di samping itu juga Ratu merasa puas setelah melihat Rio berjalan tertatih-tatih di papah oleh Kirana dan satpam mereka untuk keluar dari area rumah dengan keadaan yang berdarah-darah, setidaknya Ratu bisa melihat Rio sakit di depan matanya sendiri.                 “Aku pergi.” Raja menarik jas dan juga meraih tas kerjanya begitu selesai mengobati tangannya sendiri, keadannya begitu acak-acakan, bahkan dasi nya sudah hilang entah kemana. Raja pasti tidak sadar akan hal itu, Ratu sadar, namun ia merasa ia tidak seharusnya membuang tenaga hanya untuk mengingatkan Raja mengenai hal itu. Ratu juga tidak berterimakasih sama sekali, menurutnya ia tidak berhutang kepada Raja, sama sekali tidak, toh memukul Rio adalah pilihan Raja sendiri, dan Ratu tidak pernah meminta Raja untuk melakukan hal gila itu kepada Rio. *****                 Semua mata tertuju kepada Raja begitu pria itu berjalan memasuki gedung kantornya, bagaimana tidak, kemeja yang ia kenakan ternodai oleh darah kotor milik Rio, walau sudah tertutupi oleh jas di sebagiannya, noda itu masih terlihat jelas, apa lagi ini adalah kali pertama Raja tampil secara tidak rapih untuk datang ke kantor, padahal biasanya ia adalah pemimpin yang selalu memberi contoh cara berpenampilan yang baik.                 “Bilang ke mereka kalau saya habis menghajar pecundang sekaligus pencuri yang tidak tahu malu.” Ucap Raja begitu ia dan anak buah nya masuk ke dalam lift.                 “Baik tuan.” Ucap salah seorang pria berbadan kekar yang berdiri di samping kiri Raja.                 Sementara itu tak lama setelah Raja tiba di ruangannya, pintu nya di ketuk oleh seseorang, dengan santai Raja mempersilahkan orang itu untuk masuk dan ternyata orang yang mengetuk pintu itu adalah Raina. gadis dan lanyard dengan warna yang berbeda itu masuk ke dalam ruangannya dengan ekspresi terkejut dan khawatir, padahal Raina sudah berusaha menyembunyikan ekspresi itu sebisa mungkin namun Raja masih bisa melihatnya.                 “Saya tidak apa-apa Rain.” Seakan tahu akan kekhawatiran gadis itu, Raja memberitahunya terlebih dahulu.                 “Nggak, mas lagi gak baik-baik aja. Lihat darah di baju mas? Parah banget. kenapa sampai harus berantem sih mas? Kalau mas yang luka gimana? Kalau mas yang kenapa-kenapa gimana? Di sini gak ada baju ganti? Sekalian sini aku juga mau obatin luka mas.” Raina terdengar begitu tulus kepada Raja. Darah pria itu terasa berdesir jatuh dari ujung kepala hingga ke lantai, untuk kali pertama setelah sekian lama, ia kembali merasakan debaran itu.                 “Mas?” Panggil Raina. kini jarak mereka terbilang sangat dekat, Raina secara tidak sadar sudah duduk di atas paha Raja, membuka satu per satu kancing kemeja pria itu secara tidak sadar, Raina menelan salivanya begitu menyentuh d**a bidang milik pria itu, sementara Raja, sama, sebagai laki-laki normal yang tidak pernah melepaskan hasratnya kepada siapapun kecuali mengandalkan tangannya sendiri, di sentuh seperti itu oleh gadis cantik tentu saja membuatnya bangun , apa lagi Raina seakan menekan tubuhnya kepada pria itu, rok pendek yang ia kenakan juga justru terangkat, hampir setengahnya, matanya menatap sendu ke arah Raja, seperti mengisyaratkan bahwa ia adalah milik Raja seutuhnya. Tangan Raja mulai bergerak nakal, ia melepaskan satu per satu kain yang menempel pada tubuh gadis itu, lalu mengambil sebuah remote untuk mengunci pintu ruangan itu, dengan cepat ia mendudukan Raina di atas meja, melepaskan semua yang gadis itu kenakan tanpa tersisa sedikit pun, kecuali heels yang ia kenakan. Raina nampak begitu pasrah di hadapan Raja yang bersiap melakukan sesuatu untuknya, Raja merogoh laci meja kerjanya, mengeluarkan sebuah alat bantu se*s yang entah kapan di belinya, niatnya dulu ia akan menggunakan alat itu pada Ratu, namun kali ini ia sudah tidak bisa menahan dirinya lagi.                 “Mas…” ucap Raina dengan ekspresi wajah yang berusaha menahan perasaannya, begitu alat yang di pegang oleh Raja, dengan licik Raja menarik Raina, mencium gadis sembari memainkan alat yang ia punya kepada Raina hingga Raina larut dalam permainan Raja. Setelah merasa cukup, Raja membuang benda itu ke sembarang tempat, lalu berbisik tepat di telinga Raina sebelum melangkah ke inti permainan.                 “Mas… please.” Raina sudah tidak bisa lagi mengontrol dirinya sendiri, sekarang ia bahkan terkesan seperti perempuan murahan yang mengemis kepada laki-laki untuk memuaskannya. Raja tersenyum licik, menggoda Raina ia sengaja mengulur waktu, ia ingin mendengar Raina memohon kepadanya “Tell me that you are mine.” Ucap Raja, suaranya terdengar begitu berat, juga menahan sesuatu yang tak bisa ia tahan lagi.                 “Yes… sir! I’m yours, mas beban ngapain aja, aku punya kamu.” *****                 Raja masih tak menyangka kejadian pagi tadi membuatnya segar sepanjang hari, apa lagi ketika ia melihat Raina terbaring di kamar yang ada di ruangannya, dengan keringat yang masih bercucuran, namun lucu nya, walaupun telah melakukan hal itu dengan Raina, perasaannya tetap hampa, seperti ada sesuatu yang kosong, padahal Raja berpikir, melakukan hal gila itu dengan Raina akan membuat satu tempat di hatinya itu terisi, namun ternyata ia salah, tempat itu masih kosong entah kapan hingga berpenghuni.                 Sementara itu, Raina tengah berdiri di depan cermin yang ada di kamarnya, menatap semua bekas-bekas yang di ciptakan oleh Raja, tak ada rasa penyesalan yang seharusnya ia rasakan, yang ia rasakan malah rasa bangga, membayangkan bagaimana hubungan mereka yang sudah semakin jauh membuat Raina semakin yakin bahwa Raja benar-benar serius kepadanya, buktinya tanpa menunggu waktu lama Raja telah membuatnya mengaku bahwa ia adalah milik Raja seutuhnya. Malam itu, menjadi malam yang panjang untuk Raina, sekali lagi ia benar-benar senang atas semua yang mereka lakukan hari ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN