Berdarah

1150 Kata
                “Jadi aku dulu pas masih kecil gitu mas, jadi ya sekarang aku udah terbiasa.” Raja sudah tidak fokus lagi mendengar cerita Raina begitu ia mendapat kabar dari orang kepercayaannya bahwa ia melihat Ratu tengah mabuk-mabukan sendirian di sebuah bar yang sering di kunjungi oleh Raja. Raja melirik jam di pergelangan tangan kirinya, sudah pukul setengah satu malam dan ia masih berada di tempat Raina sementara istrinya tengah berada di BAR sendirian.                 “Mas?” Panggil Raina begitu ia sadar bahwa Raja sama sekali tak mendengarkannya tadi.                 “Mas Raja.” Panggil Raina sekali lagi. kali ini Raja tersadar dari lamunannya, ia melirik jam kemudian segera berdiri dan menyambar jas nya, Raina yang melihat tingkah Raja barusan tentu bingung, ia mengikuti Raja hingga sampai ke depan pintu.                 “Mas mau kemana? Kok buru-buru banget? katanya mas mau ngobrol sama aku, aku belum selesai loh mas ceritanya.” Tentu saja Raina kesal, bagaimana tidak Raja baru duduk di sana kurang lebih setengah jam dan sekarang Raja sudah berniat untuk pergi lagi. ya memang Raina tidak punya hak untuk melarang Raja, hanya saja hatinya merasa tidak enak begitu melihat Raja hendak pergi dari sana saat itu juga.                 “Saya ada urusan penting Rain, maaf ya, lain kali kita ngobrol lagi.” Raja segera pergi dari tempat itu, sementara Raina mematung menatap punggung pria itu yang perlahan menghilang dari pandangannya. Perasaan yang Raina rasakan saat ini membuatnya bingung sendiri, Raja sebagai konglomerat tentu saja sulit sekali di dapatkan informasi pribadinya, padahal Raina hanya ingin mencari tahu apakah Raja sudah punya pawang atau tidak, tapi melihat sikap Raja kepadanya membuat Raina cukup yakin bahwa pria itu masih lajang.                 Sementara itu, Raja tengah berdiri berdesak-desakan sembari mencari dimana keberadaan Ratu. Tempat itu terlalu berbahaya untuk Ratu yang suka lupa diri ketika mabuk. Sembari mencari Ratu, Raja juga berusaha menghubungi orang suruhannya untuk ikut mencari dimana keberadaan Ratu, sebab dari tempat terakhir Ratu terlihat, wanita itu sudah tidak ada.                 “b******k! Saya sudah bilang sama kamu, jangan lengah! Mata kamu harus terus menjaga Ratu sampai saya datang, kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ratu saya pastikan kamu tidak akan pernah melihat dunia lagi.” Raja mengamuk begitu ia bertemu dengan orang suruhannya itu, matanya mencari kesana kemari dimana Ratu berada, tidak lupa ia juga memerintah beberapa orang lagi untuk turut mencari Ratu.                 “Maaf tuan.”                 “Cari Ratu sekarang!” Tegas Raja. Cukup lama Raja mencari Ratu hingga akhirnya ia menemukan istrinya itu, di dance floor tengah menari di tengah-tengah para lelaki hidung belang. Tanpa menunggu waktu lama, Raja segera menarik Ratu dari sana, tidak peduli dengan sorakan-sorakan orang-orang yang kesal karena Raja menarik Ratu dari mereka. Tanpa pikir panjang Raja segera membawa Ratu pulang ke rumah mereka, setidaknya Ratu harus beristirahat.                 Sesampainya mereka di rumah, Raja menyerahkan Ratu kepada para pelayan di rumah mereka, lalu setelahnya baru lah ia menghubungi Anna, ia penasaran dengan apa yang terjadi kepada Ratu, ada apa lagi dan kenapa Ratu tiba-tiba memilih untuk mabuk, padahal Raja berpikir bahwa masalah Ratu sudah selesai karena Raja sudah bersedia untuk menjadi investor di pembangunan aset milik ibu Ratu. Sayangnya, Anna menolak untuk memberitahu Raja, Ratu sudah mewanti-wantinya, agar tidak memberitahu Raja lagi perihal urusan pribadinya, jadi mau tidak mau Raja harus berusaha mengerti walau ia sudah terlanjur penasaran.                 Raja tahu bahwa ia lancang, ia masuk ke dalam kamar tidur milik Ratu tanpa seizin wanita itu, ia hanya ingin memastikan bahwa Ratu benar-benar sudah aman. Setelahnya, Raja keluar dari ruangan itu, ia masuk ke dalam ruangan kerjanya, duduk di sana selama berjam-jam, isi kepalanya sedang saling berkecamuk, ia menyadari bahwa sekuat apapun dirinya ingin menjauh dari Ratu, semau bagaimanapun dirinya untuk terlepas dari Ratu pasti ada satu dua hal yang seperti memaksanya untuk bertahan. Sementara di lain sisi juga ia sedang memikirkan Raina, gadis itu juga akhir-akhir ini memenuhi pikirannya, ya Raja senang berada di dekat Raina, namun saat bersama Raina ia masih memikirkan Ratu. Padahal jika Raja memang betul-betul teguh pada pendiriannya dan melihat respon baik dari Raina saat ini bisa saja ia melayangkan surat cerai kepada Ratu, namun lucunya Raja terus ada bersama Ratu di titik-titik tersulit hidup wanita itu. Raina                 Mas sudah sampai rumah?                 Raja hanya membaca sekilas pesan yang di kirim oleh Raina barusan, biasanya ia akan langsung membalas, namun kali ini ia memilih untuk tidak membalas pesan itu, entah kenapa ia merasa tidak bersemangat bahkan hanya untuk sekedar membalas pesan.                 Malam itu Raja habiskan dengan bergelas-gelas kopi pahit yang sengaja ia minum, ia bahkan tidak tidur sebelum berangkat bekerja. Sebelum berangkat ia memastikan keadaan Ratu terlebih dahulu, apakah Ratu sudah bangun atau belum, namun saat Raja hendak berangkat Ratu belum bangun sama sekali, bahkan posisi tidurnya pun masih sama dengan yang terakhir kali Raja lihat. Begitu Raja hendak keluar dari rumah, Rio dan Kirana datang mencari Ratu, Raja merasa cukup aneh, biasanya Rio tidak akan datang kecuali di telepon oleh Ratu secara langsung dan Kirana adalah orang yang paling malas untuk datang ke rumah mereka, namun anehnya sekarang, mereka berdua malah datang di saat yang sama di saat Ratu belum sadar.                 “Sorry but kami mau ketemu sama Ratu. Ratu belum berangkat kan?” Tanya Kirana pada Raja yang berdiri di depan pintu guna menghalangi mereka berdua untuk masuk. Gelagat mereka sangat aneh tak seperti biasanya, maka dari itu Raja tak mempersilahkan mereka untuk masuk. Dan lagi pula Raja memang pada dasarnya tidak suka kepada Rio, jadi ia memiliki alasan untuk melarang pria lain masuk ke dalam rumahnya tanpa seizinnya. Tidak peduli jika Ratu akan marah kepadanya jika tahu.                 “It means kalian berdua belum bikin janji sama Ratu, benar?” Kirana mengangguk ragu.                 “Biasanya saya juga gak bikin janji sama Ratu. Ayolah bro, I’m her boyfriend, gak perlu segala janj-janji Cuma buat ketemu.” Balas Rio, dengan emosi.                 “I’m her husband btw, and I am the owner of this hous, So?”                 “Ya kita berdua mau ketemu sama Ratu.”                 “She is still sleep, kalau belum bikin janji sama dia, kalian berdua tunggu di depan pagar.”                 “Bro…” Rio memelas kepada Raja, namun Raja masih menunjukan ekspresi yang sama. Tetap datar.                 “Silahkan pergi.” Balas Raja.                 “Ratu.” Rio berusaha menggeser tubuh Raja ketika melihat Ratu muncul di belakang Raja. Namun berbeda dari biasanya Ratu malah menggait tangan Raja lalu menarik pria itu masuk ke dalam rumah, dan menutup pintu rumah mereka.                 “Ratu… sayang! Please aku sama Kirana bisa jelasin, sayang! Sayang dengerin aku!” Ratu mencengkram kuat lengan Raja yang ia sentuh, air matanya tak terasa jatuh begitu saja bersamaan dengan pintu yang sejak tadi terus berusaha di buka oleh Rio.                 “Is he hurt you?” Tanya Raja khawatir. Ratu mengangguk. Tanpa pikir panjang Raja membuka pintu kemudian menghantam habis wajah Rio tanpa memberi kesempatan pria itu untuk membalas, andai saja Raja tidak di tahan oleh satpam di rumahnya, mungkin bisa saja Rio habis di sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN