Senin pagi, Ratu yang beberapa bulan terakhir ini biasanya tidak akan bangun pagi kecuali ada agenda-agenda sendiri yang ia buat untuk hari itu. namun senin ini berbeda, Ratu sejak tadi sudah mondar mandir di ruang ganti nya untuk mencoba baju mana yang cocok untuk ia kenakan di peresmian pabrik pusat anak perusahaan milik suaminya itu. Ratu melirik jam, ia sudah berdiri di sana selama dua jam lebih, di temani oleh lima orang pelayan yang siap membantunya kapan saja ia butuh.
“Emang bapak belum bangun?” Tanya nya kepada para pelayan yang berdiri di dekatnya.
“Barusan sudah bangun bu, saya lihat bapak lagi ngasih makan ikan.”
“Dia belum mandi? Panggil kesini coba.” Ucapnya kerepotan sendiri. Pelayan itu mengangguk, kemudian ia keluar untuk memanggil Raja hingga akhirnya ia kembali dan datang bersama pria itu. Raja menatap Ratu yang masih memakai handuk tipis yang hanya menutupi seperempat bagian paha nya itu dengan tatapan datar, bisa-bisanya wanita itu berpakaian seperti itu di depan banyak orang.
“Baju kamu warna apa sih?” Tanya nya, sibuk.
“Belum tahu, Afika yang pilih.” Jawabnya.
“Aku mau baju kita senada warna nya.”
“Iya udah, terus?”
“Bajunya warna apa?”
“Belum tahu. Afika belum datang, lagian kamu bangun jam berapa sih? ini baru jam enam, kamu udah heboh banget.”
“Empat. Yah, ja, gimana dong? Apa aku gak usah ikut aja?”
“Ngaco kamu. Yaudah sini, pilihin aja sekalian.” Raja menarik tangan istrinya menuju kamarnya di lantai atas, tentu saja Raja melepas dulu kimono tidurnya untuk Ratu sebelum keluar dari ruangan baju milik istrinya itu. Ratu yang saat itu langsung di tarik oleh Raja hanya bisa mengikut walau penuh dengan ocehan kesal karena menurutnya Raja menariknya terlalu kencang.
Raja membuka seisi ruangan bajunya dengan sebuah remote yang seketika membuat semuanya nampak terlihat di depan mata Ratu. Wanita itu berdecak kesal begitu melihat penempatan warna baju suaminya yang nampak acak-acakan, rasanya ia ingin sekali mengomel kepada asisten suaminya itu agar lebih memperhatikan Raja dengan baik, kalau seperti ini ia akan kesulitan memilihkan baju untuk Raja dan tentu saja mungkin bisa saja mereka datang terlambat.
“Berantakan banget sih.” Ucapnya kesal.
“Terserah mau pilih yang mana.” Balas Raja. Ia mundur beberapa langkah, duduk di salah satu kursi di dekat mereka, sembari menunggu Ratu selesai memilihkan baju untuknya.
“Nih yang ini aja, kamu hampir tiap hari pakai jas hitam, udah kayak mau melayat aja. Hari ini pakai jas biru ya, celananya yang ini, dasi kamu… yang ini aja. Sepatu bebas deh. Udah ya, mandi sana.” Ratu meninggalkan pakaian Raja di atas meja, lalu beranjak keluar dari ruangan itu.
“Aku selesai sejam lagi.” ucapnya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan Raja. Pria itu tidak menggubris, ia kemudian mulai bersiap-siap walau tahu pasti Ratu pasti akan lebih lama.
Dan benar saja, sudah pukul setengah delapan pagi, namun Ratu belum juga siap, wanita itu masih berpakaian sama dengan handuk yang melilit di badannya, namun kali ini wajah cantiknya sudah di rias sehingga nampak lebih cantik lagi, sejak tadi ia terus mondar-mandir dari kamarnya ke ruang ganti bajunya, di ikuti dengan beberapa orang pelayan tadi yang terus mengekor di belakangnya untuk membawakan barang-barang yang Ratu anggap penting.
“Kita Cuma ke acara peresmian astaga, kamu kenapa lama banget sih?” ucap Raja yang sudah mulai bosan menunggu Ratu yang bersiap-siap sejak pukul empat subuh namun belum juga selesai.
“Ya sabar sih, kalau aku cantik kan yang bangga kamu juga. Kamu gak inget apa how Mr Hendry looking at me, dia udah kayak iri banget, soalnya aku terlalu cantik.” Ucapnya penuh rasa percaya diri. Tanpa malu ia menjatuhkan handuknya di depan Raja guna memakai gaun yang berada di sampingnya. Raja menatap istrinya itu dengan tatapan heran.
“Kok kamu ngeliatin aku kayak gitu? Risih ya kamu?” Tanya Ratu, sarkas.
“Nggak. Ayo cepat, peresmiannya satu jam lagi.”
“Aku cantik gak?” Tanya nya tanpa merespon ucapan Raja barusan.
Raja mengangguk malas. “Udah kayak mau kondangan.”
“Biarin.” Jawabnya. Ia kemudian menyambar tas nya di atas meja kemudian berjalan mendahului Raja menuju halaman depan.
“Ayo!”
*****
Ratu tidak menyangka bahwa pencapaian suaminya sudah lebih jauh daripada dirinya. Sebuah pabrik yang didirikan untuk salah satu anak perusahaan Raja yang bergerak di bidang makanan membuat Ratu cukup kagum akan kerja keras pria itu. pabrik yang cukup modern, desain dan juga lingkungannya cukup menipu Ratu yang dari awal tidak menyangka bahwa mereka telah masuk ke dalam kawasan pabrik andai saja tidak ada papan bunga di sepanjang jalan yang menandakan akan ada peresmian hari itu.
Ratu turun dari mobil, ia dengan bangga menggandeng tangan suaminya melewati orang-orang yang ia ketahui juga turut memberinya komentar negatif di kasus papa nya kemarin. Ratu tersenyum sombong menatap mereka satu per satu seakan mengisyaratkan bahwa mereka tidak akan baik-baik saja sebab mereka telah menghina istri dari Raja Sabian Mahendra yaitu boss dari suami mereka.
“Kan aku juga bilang apa, you look so handsome with blue. Cakep banget suami aku.” Ucapnya sembari merapihkan dasi Raja yang nampak sedikit miring. Mereka berdua nampak sangat serasi. Ratu dengan dress biru selutut nya yang senada dengan jas yang dikenakan oleh Raja membuat mereka berdua menjadi pusat perhatian orang-orang. Mereka tentu saja tidak menyangka bahwa istri dari Raja Sabian Mahendra adalah seseorang yang menyandang nama belakang Hartawan, anak dari salah satu orang terkaya di negara ini.
“Kamu jangan kemana-mana ya, ini bentar lagi di mulai.” Ucap Raja, ia mewanti-wanti Ratu agar tidak memana-mana dan membuat kekacauan, Raja jadi khawatir, takut-takut istrinya itu tiba-tiba membuat masalah.
“Katanya di tunda setengah jam, nunggu pak menteri, aku mau ambil minum dulu di sana, nih jagain tas ku.” Ratu berdiri, berjalan menuju salah satu meja bundar tempat di mana ada banyak sekali makanan dan minuman khusus untuk para tamu. Ratu mengenal sebagian dari mereka yang datang, ada beberapa orang yang pernah datang ke rumah untuk mencari Raja, dan ada beberapa orang yang seringkali ia lihat berfoto bersama Raja di laman i********: milik pria itu.
Ratu tidak peduli dengan tatapan orang-orang yang pasti tengah membicarakannya, dengan penuh percaya diri, Ratu mengangkat tinggi-tinggi dagu nya, wajahnya yang cantik, tubuhnya yang indah, serta status sosialnya yang jauh lebih tinggi di banding orang-orang yang membicarakannya membuat Ratu semakin percaya diri dan tidak punya alasan untuk merasa rendah . bahkan dengan santainya Ratu menunjukan senyum terbaiknya setiap kali ia bertatapan dengan orang-orang yang menatapnya dengan tatapan aneh.
“Queen?” Pundak Ratu di tepuk oleh seseorang, Ratu segera berbalik dan mendapati istri sah tuan Hendry yang juga kebetulan kenal dengannya. Ratu menatap wanita yang umurnya sepuluh tahun lebih tua daripada Ratu. Mata Ratu melirik ke arah jarum jam sembilan dan juga mendapati Maya di sana, tengah mengobrol dengan santai bersama para ibu-ibu pejabat yang turut hadir. Ratu tersenyum, sepertinya akan ada hal yang menyenangkan di sini.