“Aku gak pacaran sama dia.” Ucap Raja yang terkesan seperti klarifikasi.
“I don’t care, pacaran juga gak apa-apa, tapi jangan bikin aku malu juga dong, pacaran kek sama model atau artis, masa kamu pacaran sama modelan babu kayak dia. Kalau di bandingin sama mbak-mbak yang kerja di rumah, ya jauh kali.” Balas Ratu. Ia merasa sakit hati sebab Raja berselingkuh dengan orang yang menurutnya sangat jelek , harga dirinya terasa di injak-injak, rasanya ia begitu kesal, padahal Raja bisa saja memacari orang yang lebih cantik daripada Raina.
“How can I date an ugly person when my wife is so beautiful?” Balas Raja cuek, namun di selipi gombalan yang membuat Ratu sedikit tersanjung. His wife, is beautiful.
“She’s ugly but you like her. Don’t you?” Ucapan Ratu saat itu membuat Raja diam. Pertanyaan itu juga masih bersarang di kepalanya. Apakah ia mencintai Raina atau tidak? Apakah ia hanya sekedar melampiaskan nafsunya yang sudah tak terbendung lagi? ataukah ia hanya haus perhatian? Sebab mendapat perhatian oleh Ratu di beberapa hari terakhir ini berhasil membuat Raja menemukan alasan mengapa ia harus bertahan dengan Ratu, wanita itu punya seribu satu cara untuk menyenangkannya, bahkan tanpa tubuhnya pun, Raja sudah senang.
Raja bermain bersama Hendry, sehingga ia dengan wanita simpanan milik rekan kerja suaminya itu melipir sebentar ke pinggiran yang tak jauh dari mereka untuk sekedar menyesap segelas the dan menikmati beberapa macam cemilan. Sejak tadi wanita bernama Maya itu terlihat tidak nyaman dengan adanya Ratu di dekatnya, bukan karena risih, ia hanya merasa aneh dan insecure sebab di saat mereka tengah berkeringat penuh, Ratu masih nampak cantik, bahkan tadi Hendry secara terang-terangan berkali-kali menatap Ratu dengan penuh kekaguman, tentu saja Maya cemburu.
“Katanya kamu di selingkuhi ya? Kok masih mau aja jalan sama suami kamu? Takut kehilangan harta ya? Secara Raja kaya banget.” Ucap Maya, memancing.
Ratu tersenyum “Dia tuh gak selingkuh.” Jawabnya dengan tenang.
“Udah jelas kali dia selingkuh.” Ucap Maya sok tahu.
“Apanya yang selingkuh, tidur sama orang lain tuh selingkuh ya? Hmmm. Berarti kamu ini selingkuhan dong? Secara gak sengaja kamu mengecap diri kamu sendiri sebagai seorang selingkuhan. I know who are you Maya, every rich woman talk s**t about you akhir-akhir ini. katanya kamu pernah jadi pembantu di rumah Hendry ya? Terus sekarang berubah jadi g***n? Hebat juga sih, tapi Hendry… seleranya jelek banget ternyata. Gini ya, rata-rata orang kayak kami itu punya hubungan yang di namakan dengan open relationship, singkatnya kami ngebolehin satu sama lain untuk tidur dengan orang lain bahkan setelah menikah. Orang-orang kamu mah gak bakal ngerti. Kamu pikir mereka nidurin orang-orang kayak kalian karena cinta? I think noo, mereka Cuma mau tubuh kalian, dan itu pun di bayar murah, jadi gak usah bangga ya? kalian kalau mau mimpi buat gantiin peran istri sah nya, ya gak bakal bisa, gimana sih, satu lahir dengan sendok perak di mulutnya, dan yang satu lahir entah berantah. Udah-udah, gak usah mimpi ketinggian, bentar lagi kamu juga udah di buang paling sama Hendry.”
Maya benar-benar di buat diam seribu bahasa oleh Ratu, ia tidak mampu menjawab ucapan pedas milik wanita itu hingga akhirnya Hendry dan Raja selesai, mata Hendry sejak tadi tak lepas dari tubuh Ratu, ya bagaimana tidak, Ratu berpenampilan terlalu menarik hari ini, rok mini, kaos polo, rambutnya di kuncir hingga menampilkan leher jenjangnya yang menambah kesan sexy, mana mungkin Hendry tidak tertarik? Apa lagi wajah Ratu juga cantik, hal itu semakin menambah kesan sensual nya. Sadar istrinya tengah menjadi santapan hangat mata m***m milik Hendry, Raja langsung menarik Ratu, ia merangul pinggang istrinya itu dari samping dan sesekali mengelusnya, biar saja biar Hendy tidak jelalatan.
“Kalau begitu, kami permisi ya pak Hendry, saya sama istri saya masih ada acara lagi setelah ini, sampai jumpa di peresmian.” Ucap Raja yang masih berusaha sopan terhadap Hendry. Tangannya kini berpindah ke tangan milik istrinya, tangan kecil itu ia genggam, perlahan jari jemari mereka saling bertautan, bersiap menarik wanita itu untuk pergi dari hadapan Hendry.
“Oh iya, siap pak, sampai ketemu di sana, ibu… Ratu juga, sampai berjumpa di sana.” Balasnya. Ratu tak menjawab ia hanya mengangguk.
*****
“He’s staring at you.” Ucap Raja begitu mereka sudah berada di dalam mobil. Hari ini, Raja yang menyetir, ia sengaja tidak ingin di temani oleh sopir manapun itu, sebab momen ini adalah momen langka di mana ia dan Ratu bisa pergi berdua tanpa adanya paksaan.
“I know. Soalnya aku cantik banget, ya gimana, masa aku harus ngelarang.” Jawabnya penuh percaya diri.
“Harusnya kamu ngamuk sih tadi.” Ucap Raja kesal. Tentu saja ia merasa kesal istrinya itu malah diam saja ketika di tatap oleh laki-laki m***m.
“Nggak usah, you touch me like I am yours sebenarnya itu udah cukup banget kok. Matanya Hendry langsung ngelihat ke arah lain when you touch my ass.” Ucapnya lebih berani.
“Peresmiannya kapan sih?” Tanya Ratu.
“Besok banget.”
“Lah?”
“Kamu mau datang kan?”
Ratu diam berpikir matang-matang, ia belum siap bertemu dengan banyak orang.
“Don’t worry, you are Raja Sabian Mahendra’s wife nobody can hurt you, mereka gak punya power buat ngehancurin kamu. Datang ya.” ucap Raja begitu tenang. Dan mana mungkin Ratu bisa menolaknya?
“Yaudah, tapi aku mau beli baju dulu hari ini. temenin ya.” Pinta wanita itu.
“Hmm, yaudah tapi kita ambil ipad dulu di kantor, aku lupa bawa pulang kemarin.” Ratu mengangguk, ia menikmati perjalanannya dengan Raja akhir-akhir ini, ia bahkan sengaja menyambungkan ponselnya di audio mobil pria itu, dengan nama Sabian’s wife sengaja sih, agar Raina bisa baca, ya itu pun kalau ia mengerti bagaimana cara menyetel audio di mobil mewah ini. tidak lama kemudian mereka berdua telah sampai di pekarangan kantor Raja, baru saja mobil Raja terlihat dari kejauhan, para pekerja di sana sudah berebut menghampiri Raja, padahal Raja sengaja ingin parkir di lobby sebab ia hanya sebentar.
“Tunggu sebentar ya, kamu gak usah turun.” Ucap Raja sebelum keluar dari mobil. Bukan karena malu akan kehadiran Ratu, andai saja bisa ia bahkan mau memamerkan istrinya itu kepada siapa saja, namun sayang kali ini pakaian Ratu terlalu minim, dan ia enggan berbagi kepada siapapun itu, sebab pasti Ratu akan menjadi pusat perhatian begitu ia keluar dari mobil. Namun bukan Ratu namanya kalau mudah menurut dengan orang lain, setelah menunggu Raja selama lima belas menit, ia sudah merasa bosan di dalam mobil sendirian, melihat salah satu logo coffeeshop dari luar lobby membuat Ratu jadi tiba-tiba merasa sangat kehausan, dengan santai, ia keluar dari mobil, memakai kacamata hitam miliknya, dan setlah sepersekian detik, perhatian orang-orang langsung tertuju padanya. Bagaimana tidak, perempuan dengan wajah cantik serta tubuh sempurna itu berjalan berlenggak lenggong dengan senyumnya yang berhasil membuat siapa saja seketika mengaguminya, senyum yang selama ini ia sembunyikan.
“Hai, aku mau Brown Sugar coffee with normal ice and less sugar, bayarnya pakai kartu yang ini ya?” ucapnya ramah, cih bukan Ratu sekali. Raja yang baru saja keluar dari lift keheranan melihat banyak karyawannya berfokus pada satu titik, mereka tengah ramai-ramai menatap Ratu yang tengah asyik membeli segelas kopi di cafetaria, Raja berdecak kesal ia kemudian melepas hoodie yang ia kenakan, lalu berjalan ke arah Ratu yang baru saja mengambil pesanannya, dengan cepat Raja mengikat hoodie itu di pinggang istrinya, tidak mau orang lain menikmati karya tuhan yang sempurna itu lebih lama lagi.
“I swear they will lose their job, kalau berani ngeliatin kamu kayak gini lain kali.” Ucapnya sangat kesal.
“Cih, kamu cemburu?”
“Nggak lah.”