Bab 47

1415 Kata
Kinara berjalan mondar-mandir mengelilingi kamarnya dengan wajah yang gusar. Ia tidak menyangka jika satu keputusan yang salah dapat mempengaruhi segalanya. Dareen, pria itu seakan menghilang ditelan bumi. Tidak menghubungi ataupun mengirimkan pesan singkat padahal sejak Kinara membeli ponsel baru, mereka aktif berkirim pesan seperti pasangan pada umumnya. Namun, setelah Dareen pulang dari rumahnya beberapa hari yang lalu, pria itu menghilang begitu saja. Kinara tidak tahu dimana rumah Dareen dan bagaimana cara menghubungi pria itu selain menggunakan nomor ponselnya yang selalu sibuk setiap kali Kinara mencoba untuk menelepon. Entah Dareen benar-benar sibuk atau pria itu hanya mencoba untuk menghindarinya. Kinara akui, apa yang mereka lakukan terakhir kali memang membuatnya cukup terkejut. Kinara tidak sadar telah melampaui batas. Sebagai seorang perempuan muda yang hidup di zaman modern, Kinara memiliki pemikiran terbuka terhadap sebuah hubungan asmara. Hanya saja, selama ini ia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk mengeksplor kehidupan asmaranya karena ia tidak pernah memiliki kekasih. Bagi Kinara, dalam sebuah hubungan, berciuman adalah hal yang wajar. Sekalipun ia belum pernah melakukan ciuman dengan siapapun, tapi Kinara sadar jika cepat atau lambat dua orang yang menjalin hubungan asmara pasti akan berciuman. Namun, Kinara tidak pernah mengira jika selama ini Zeline dan Dareen menjalani hubungan di dalam batas-batas yang pasti dianggap aneh oleh orang lain. Sudah berapa lama mereka menjalin hubungan? Bagaimana bisa selama ini mereka tidak pernah berciuman? Mengingat kehidupan Dareen yang cenderung bebas dimana ia sudah memilih untuk tinggal sendiri di usianya yang masih muda, bahkan sempat terdengar kabar jika Dareen dan Zeline sudah pernah tinggal bersama, kegiatan seperti berciuman adalah hal yang wajar untuk mereka lakukan. Namun kembali lagi, batas-batas dalam hubungan mereka telah ditentukan sejak awal oleh Dareen dan Zeline. Kinara hanya orang baru yang secara tidak sengaja mendapatkan kesempatan untuk menukar kehidupannya dengan Zeline. Melampaui batas yang telah mereka tentukan adalah sebuah kesalahan besar yang kemungkinan akan membuat posisi Kinara semakin terancam. Sampai saat ini Kinara masih mengingat tatapan terkejut Dareen ketika tangannya mulai menyentuh bagian sensitif pria itu. “Nona, ada tamu untuk anda. Dia memperkenalkan diri sebagai teman anda.” Seorang pelayan datang setelah mengtuk pintu kamarnya sebanyak tiga kali. “Siapa?” Seingat Kinara, Zeline tidak memiliki teman yang biasa datang berkunjung ke rumahnya di jam-jam sibuk seperti ini. Ya, seharusnya saat ini Kinara sedang berada di studio dan menjalani kesibukan seperti keseharian Zeline pada umumnya. Tapi karena masalah pertengkaran dengan Alina, Kinara jadi merasa ragu untuk datang. “Nona Ayuka.” Jawab pelayan tersebut. Oh tentu saja perempuan itu bukan teman Zeline. Bagaimana mungkin Zeline berteman dengan mantan pacar kekasihnya? “Dia bukan teman—” “Oh hai, Zeline! Maafkan aku karena langsung masuk begitu saja. Tapi kurasa kamu tidak akan keberatan karena kita adalah teman akrab!” Sebelum Kinara sempat menyelesaikan kalimatnya, Ayuka sudah lebih dulu berjalan masuk ke dalam kamarnya. Astaga, tamu macam apa yang langsung masuk begitu saja sebelum dipersilahkan oleh tuan rumahnya? Nilai tata krama Ayuka memang sangat buruk. “Nona, apa yang harus saya bawa ke sini untuk menemani perbincangan kalian?” Pelayan tersebut menatap kebingungan. Terlihat dengan jelas jika ia memahami rasa tidak suka yang Kinara tampilkan sejak pertama kali Ayuka masuk ke dalam kamarnya, tapi tentu saja pelayan tersebut tidak dapat berbuat banyak. Seperti tugas pelayan pada umumnya, ia lebih memilih untuk menanyakan sajian apa yang harus untuk sang tuan rumah. “Kami tidak akan berbicara di sini. Bawa saja makanan ringan dan jus buah ke ruang depan.” Jawab Kinara dengan tenang. Lalu ia menatap Ayuka dan memberikan kode agar perempuan itu berjalan mengikutinya. Kinara susah payah menghapalkan denah rumah Zeline. Dalam setiap lorong, terdapat ruangan besar seperti perpustakaan, ruang perawatan, kamar yang jumlahnya tidak terhitung, serta ruang makan dan ruang tamu. Oh jangan lupakan kolam renang besar yang ada di sisi kanan rumah, juga taman bunga yang berbatasan langsung dengan ruang makan di lantai satu. “Kamu ingin memamerkan interior rumahmu? Kenapa kamu akan membawaku?” Tanya Ayuka. Kinara sediri tidak tahu kenapa ia harus pergi. Setelah susah payah menghapalkan letak ruangan rumah Zeline, lima menit kemudian Kinara melupakan semua posisi dan urutan ruangan. Namun akhirnya Kinara mulai mengingat lorong yang mereka lewati, ia berbelok ke sisi kanan lalu menghembuskan napas dengan lega setelah menemukan sebuah ruang santai yang lengkap dengan akuarium raksasa. “Apakah aku terlihat sedang pamer? Kurasa kamu saja yang berlebihan.” Kinara tidak sedang dalam mood yang baik, oleh sebab itu ia membalas sindiran Ayuka dengan kalimat sarkas. “Dasar sombong! Aku tidak pernah melihat orang yang lebih sombong dari dirimu!” Ayuka duduk di salah satu kursi santai yang menghadap tepat ke arah balkon lantai dua. “Aku masih bisa lebih sombong lagi dari ini.” Jawab Kinara tidak kalah sinis. Ia terbiasa membalas setiap kalimat menyebalkan yang dikatakan oleh Rera, oleh sebab itu menghadapi Ayuka tidak terasa sulit baginya. Ayuka masih berada di satu level lebih rendah dari Rera yang sangat menyebalkan. Ah, pasti saat ini Zeline sedang kesulitan menghadapi Rera. “Ya, terlihat jelas dari wajahmu yang menyebalkan.” Ayuka menaikkan salah satu alisnya dan menampilkan ekspresi mengejek. Kinara hampir saja bangkit berdiri dan berjalan mendekati Ayuka untuk menyeret perempuan itu keluar dari rumahnya. Namun untunglah Kinara mendengar suara langkah kaki pelayannya. Akhirnya Kinara mengerungkan niatnya dan mencoba untuk mengendalikan emosinya. “Apakah ada lagi yang anda butuhkan, nona?” Tanya pelayan tersebut setelah selesai meletakkan biskuit coklat, kue lemon, dan dua gelas jus apel segar di atas meja. “Ini sudah cukup. Kamu boleh pergi meninggalkan kami.” Jawab Kinara. “Hei, bagaimana mungkin cukup? Apakah kalian akan memberikan kue lagi kepadaku?” Ayuka mendorong piring berisi roti yang ada di hadapannya. “Berikan aku kentang goreng dengan saut tomat dan mayonaise!” Katanya. Kinara menaikkan alisnya. Apakah perempuan ini benar-benar tidak punya rasa malu? “Apakah kamu pikir rumahku adalah kafe? Pergilah ke tempat lain jika kamu hanya ingin makanan dan minuman.” Kinara bangkit berdiri dan melemparkan tatapan kesal. Seumur hidupnya, Kinara tidak pernah menemui orang yang jauh lebih menyebalkan dari Rera, tapi akhirnya Kinara harus bertemu dengan orang tersebut di dalam kehidupan Zeline. “Apakah kamu keberatan untuk membawakan aku sepiring kentang goreng?” Ayuka mengabaikan Kinara, dia justru berbalik dan menatap pelayannya yang masih berdiri dengan kaku. “Rumah ini adalah milikku. Kamu pikir pelayan di sini akan mengikuti perintahmu dan mengabaikan aku?” Kinara melipat tangannya di depan d**a. Benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa kesal terhadap Ayuka. “Apakah tidak boleh jika aku meminta makanan ringan di rumah temanku sendiri?” Kinara kalah telak. Ia tidak mampu lagi memberikan perlawanan. Oh astaga, apakah selama ini Zeline benar-benar berteman dengan wanita menyebalkan ini? Zeline benar-benar kehilangan akal jika ia memilih berteman dengan Ayuka. “Aku tidak memiliki banyak waktu karena sedang sibuk mengurus pekerjaan. Jadi, cepat katakan apa yang tujuanmu datang ke rumahku?” Kinara merendahkan nada suaranya, kembali ingat pada sifat anggun dan lemah lembut yang selalu Zeline tampilkan. Berpura-pura menjadi orang lain terasa sangat melelahkan. Belakangan ini Kinara sering memikirkan kehidupannya yang sangat bebas ketika ia menjadi Kinara yang asli, tidak ada aturan ataupun batasan yang selalu membuatnya berpikir keras ketika akan mengucapkan atau melakukan sesuatu. “Jangan sok sibuk, aku tahu jika Alina mulai membicarakan pembatalan kontrak dengan beberapa brand kecantikan.” Ayuka tersenyum lalu mengeluarkan ponselnya, perempuan itu menunjukkan foto Alina yang sedang duduk bersama dengan beberapa orang berpakaian rapi. Dilihat dari ketegangan di wajah mereka, sepertinya Alina sedang membicarakan hal penting yang tidak lain adalah pembatalan kontrak. Wajah Kinara memucat seketikan. Hampir dua minggu sejak ia menjalani kehidupan sebagai Zeline, tapi Kinara sudah mengacaukan banyak hal. Yang pertama adalah hubungan Zeline dengan Dareen, lalu karir dan pekerjaan wanita itu. Terkutuklah ia. Zeline tidak akan mengampuni kesalahannya jika perempuan itu tahu kekacauan apa saja yang telah Kinara ciptakan. “Kurasa kamu memang temanku.” Kinara bangkit berdiri dan menatap Ayuka dengan serius. Perempuan itu mengangkat kedua alisnya, tampak bingung dengan kalimat yang Kinara katakan. “Terima kasih karena sudah memberikan informasi penting tentang Alina. Pelayanku akan membawakan semua makanan yang kamu minta.” Setelah selesai berbicara, Kinara langsung berlari menuju ke lantai satu. Ia mungkin melakukan kesalahan karena berdebat dengan Alina, tapi Kinara tidak ingin masalahnya semakin berlarut. “Hei, kenapa kamu meninggalkanku?!” Suara teriakan Ayuka terdengar samar dari lantai dua. Kinara mengabaikan perempuan itu, ia sama sekali tidak peduli dengan Ayukan. Biarkan saja para pelayan yang mengurus wanita menyebalkan tersebut. Kinara bisa mempercayakan rumah besar tersebut kepada para pelayan. Saat ini, satu-satunya hal yang harus Kinara lakukan adalah menemui Alina dan memperbaiki kesalahannya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN