Bab 1
Kinara membuka matanya dengan perlahan ketika lagi-lagi suara ayam yang dipelihara oleh ayahnya terdengar begitu nyaring.
Oh ya ampun, kapan Kinara bisa tidur dengan tenang?
Sambil mencoba untuk mengumpulkan kesadarannya Kinara mengusap rambutnya yang terasa kusut.
“Kamu sudah bangun, Kinara?”
Tanpa menoleh ataupun melihat, Kinara sudah tahu jika itu adalah suara Ibunya. Tampaknya ibunya juga sudah tahu jika Kinara akan selalu bangun ketika mendengar suara berisik dari samping kamarnya. Benar, suara ayam yang entah kenapa sangat senang mengganggu waktu istirahatnya.
“Apakah kamu bisa berangkat ke kios lebih pagi? Kemarin malam hujan, di sana pasti sangat kotor” Kata Ibunya.
Kinara menghembuskan napasnya dengan pelan. Oh ya ampun, kenapa kehidupannya sangat tidak menyenangkan? Kinara harus bekerja keras tanpa pernah mendapatkan uang yang cukup. Kinara tidak mendapatkan waktu istirahat dengan baik dan sekarang dia harus melakukan pekerjaan ekstra karena kios kecil yang disewa oleh ibunya sering kali membuat kekacauan ketika hujan.
“Kenapa tidak ibu saja yang datang lebih pagi? Aku sangat lelah hari ini” Kata Kinara dengan ketus.
Sejujurnya Kinara juga tidak pernah berencana bersikap ketus pada orang tuanya, tapi mereka berdua memang sangat menyebalkan.
Seumur hidupnya, Kinara harus terjebak di dalam keadaan yang sangat tidak menyenangkan.
Oh, menjadi orang miskin memang sangat menyeramkan.
Andai saja Kinara bisa mengubah nasibnya.
“Kinara, hari ini ibu ada janji untuk bertemu dengan bu Laila. Katanya dia ingin membuat pakaian..”
Kinara menghembuskan napasnya dengan pelan. Sampai kapan dia harus hidup miskin seperti ini?
Kinara memang tidak berharap terlalu tinggi, Kinara hanya menginginkan sebuah kehidupan tenang dimana dia bisa makan tanpa memikirkan hari esok, juga bisa tidur hingga siang tanpa takut kekurangan uang. Ah, apakah itu memang terlalu berlebihan?
“Sudahlah, keluarlah dari kamarku. Aku masih ingin tidur kembali..” Kata Kinara dengan pelan.
Kinara sudah bosan dengan kehidupannya yang penuh dengan kemiskinan. Ayahnya hanya seorang penjual ikan sementara ibunya adalah penjahit pakaian. Kinara selalu menghabiskan waktunya dengan menjaga kios yang disewa oleh ibunya. Astaga, sampai kapan Kinara harus seperti ini? Apakah seumur hidupnya dia hanya akan menghabiskan waktunya sebagai orang miskin?
“Kinara, hari ini saja.. ibu berjanji jika besok kamu bisa tidur seharian..”
Kinara kembali membuka matanya dengan pelan. Tidak pernah ada janji yang bisa ibunya tepati.
Sejak kecil Kinara sudah terbiasa mendengarkan setiap janji yang diberikan oleh ibunya. Iya, wanita itu hanya berkata dusta. Kali ini Kinara tidak ingin mempercayai apapun yang dikatakan oleh Ibunya.
“Jangan membuat janji apapun. Coba ibu ingat-ingat, sudah ada berapa banyak janji yang selama ini ibu ingkari?” Tanya Kinara.
Sejujurnya Kinara juga merasa tidak tega jika dia melihat tatapan sedih yang diberikan oleh ibunya. Oh sial, apakah Kinara sudah berlebihan? Masalahnya Kinara memang sudah tidak sanggup menahan rasa marah di dalam hatinya setiap kali dia mendengar janji yang diberikan oleh ibunya. Wanita itu berpikir jika Kinara adalah bocah lima tahun yang akan diam setiap kali mendengarkan kalimat bohong dari bibirnya?
Kinara memang sangat tidak beruntung. Kenapa dia harus lahir di keluarga yang seperti ini?
“Kinara, hari ini ibu benar-benar membutuhkan bantuanmu. Jika saja kemarin tidak hujan deras, pasti saat ini ibu tidak akan merepotkan dirimu”
Oh ya ampun, apakah ibunya akan menyalahkan hujan?
Sebenarnya ini semua salah ibunya sendiri. Kios itu sudah tidak layak untuk disewa tapi wanita itu masih saja keras kepala. Sejujurnya Kinara juga tahu apa alasan ibunya mengambil kios itu. Ya, sebuah kios jelek yang hampir roboh itu pasti lebih murah biaya sewanya. Ibunya tidak akan sanggup membayar yang lebih mahal lagi karena mereka memang tidak pernah memiliki uang.
“Kalau begitu ibu saja yang datang ke sana lalu membersihkan keadaan kios itu. aku baru akan datang jam 8 tepat. Aku tidak ingin menghabiskan waktuku di sana.. asal ibu tahu, aku sangat membenci tempat menjijikkan itu!” Kata Kinara.
Ya, kios itu memang sangat menjijikkan. Kinara sering kali menemukan kotoran tikus di tempat itu. Oh, jangan lupakan puluhan kecoa yang akan muncul ketika musim hujan seperti ini.
Begitulah, kios itu adalah tempat yang cukup mengerikan.
Sebenarnya kamar yang Kinara tempati juga cukup mengerikan. Tapi sudahlah, Kinara tidak memiliki pilihan lain selain menerima kamar ini. Lagi pula, di antara semua bagian di rumah ini, kamar Kinara adalah yang paling layak untuk digunakan. Di ruangan ini masih ada ranjang dan kipas angin. Ya, sekalipun ranjang di kamar ini sering kali berderit setiap Kinara mengubah posisi tidurnya. Setidaknya kamarnya masih jauh lebih baik dibandingkan kamar orang tuanya yang hanya beralaskan kasur tanpa ranjang.
“Kinara, hari ini ibu sangat sibuk. Setelah bertemu dengan bu Laila, ibu masih harus membeli beberapa keperluan menjahit.. kali ini tolong bantulah ibu..”
Kinara menatap ibunya dengan kesal.
Kenapa dia harus hidup seperti ini?
“Kenapa ibu tidak membersihkan kios saat ini lalu segera menemui bu Laila ketika sudah selesai membersihkan kios? Ibu selalu saja menyiksaku dengan pekerjaan yang menjijikkan itu!” Kata Kinara dengan keras.
Sudahlah, Kinara tidak peduli lagi pada apa yang akan dikatakan oleh tetangganya ketika mereka mendengar Kinara berteriak di pagi hari seperti ini. Sekarang Kinara sedang merasa sangat kesal kepada ibunya yang selalu saja merusak harinya. Apakah Kinara memang tidak bisa hidup dengan tenang?
“Kinara, ibu hanya memintamu untuk membersihkan kios. Itu bukan pekerjaan yang sulit—”
“Kalau memang bukan pekerjaan yang sulit, kenapa tidak ibu saja yang mengerjakan? Ibu benar-benar menyebalkan! Aku sangat membenci ibu!” Kata Kinara sambil melangkahkan kakinya untuk segera keluar dari kamarnya.
Kinara baru melangkahkan kakinya ketika dia merasakan ada genangan air di sekeliling ruangan kamarnya. Ih ya ampun, apa gunanya atap rumah ini jika setiap kali hujan, air akan selalu masuk ke dalam rumah?
Ya ampun, tempat ini memang sangat mengerikan. Kenapa Kinara harus terjebak di sini?
“Ibu lihat? Rumah ini sangat menjijikkan, Apakah ibu tidak bisa mencari rumah yang sedikit saja lebih layak untuk ditinggali? Aku benar-benar membenci tempat ini!” Kata Kinara sambil menatap Ibunya.
Pada akhirnya, sama seperti pagi yang biasanya Kinara akan selalu berangkat ke kios sambil terus mengomel. Kinara benar-benar membenci kehidupannya.
Kapan semua ini akan berubah?
Kinara tidak akan bisa mendapatkan apapun jika dia hanya berjualan pakaian seperti ini sepanjang hari. lagi pula, saat ini kios benar-benar sepi. Kinara bahkan sering pulang ke rumah tanpa membawa sedikitpun uang karena sama sekali tidak ada orang yang mau membeli pakaian di kiosnya. Astaga, apakah hidupnya memang sesial ini?
Kinara tidak akan mendapatkan kesuksesan karena selama ini satu-satunya hal yang bisa dia lakukan adalah duduk sambil menunggu pelanggan datang ke toko ini. Kinara tidak bisa melakukan pekerjaan lain karena dia hanya lulusan SMA. Orang tuanya tidak memiliki sedikitpun uang untuk biaya kuliah. Ya, jadilah seperti ini. Kinara dan masa depannya yang kacau.
Kinara memejamkan matanya ketika menatap keadaan tokonya yang sangat mengerikan. Iya, ini memang sangat mengerikan..
Ah, Kinara harus menghabiskan energinya untuk membersihkan kios ini padahal sejak kemarin malam Kinara sama sekali belum makan apapun. Keadaan ekonomi keluarga membuat Kinara terbiasa untuk tidur tanpa makan. Saat ini juga seperti itu, Kinara harus bekerja tanpa sarapan terlebih dahulu.
Sial, biasanya Kinara tidak pernah meninggalkan rumah dalam keadaan perut kosong karena sekalipun tidak memiliki banyak uang, biasanya ibunya akan tetap memaksa Kinara untuk makan sebelum berangkat. Hari ini Kinara harus menerima banyak sekali kesialan. Apakah Kinara memang harus kembali pulang untuk sarapan terlebih dahulu? Dia bisa pingsan jika tidak makan sebelum melakukan pekerjaan berat. Ya ampun, Kinara benar-benar menyesal karena telah berdebat dengan ibunya. Seharusnya dia masih bisa makan nasi goreng yang biasanya ibunya buat dengan nasi sisa kemarin. Setidaknya masih ada makanan yang masuk ke dalam perutnya setelah semalaman menahan lapar karena kesal pada ayahnya yang tidak jadi membelikan ayam goreng di depan gang rumahnya.
Sejak Kinara masih kecil, satu-satunya permasalahan yang membuat keluarganya tidak menyenangkan adalah masalah ekonomi. Mereka tidak pernah bisa memiliki uang yang cukup untuk makan dan membiayai kehidupan sehari-hari.
Ayahnya memang seorang penjual ikan di pasar, tapi uang yang didapat juga tidak terlalu banyak. Begitu juga dengan ibunya yang adalah seorang penjahit. Jujur saja, pakaian yang ibunya buat tidak terlalu menarik sehingga jarang ada orang yang mau membeli pakaian di toko ini.
Ah, masa depan Kinara memang sangat suram!