Bagian 11 II Kelvin Pov

1949 Kata
-Buanglah kekhawatiranmu untuk sementara waktu, untuk suara musik, untuk deburan ombak, dan untuk goyangan pohon palem- -Batas Suci- Pulau Pelangi, Kepulauan Seribu Aku menyalakan Fujifilm X-A3 milikku yang baru beberapa bulan lalu ku beli dengan harga delapan jutaan. Setelah turun dari Pelni, aku, Nana dan Riki disambut dengan pemandangan yang begitu memukau. Pohon pinus dan palem berderet di pesisir pantai. Disini diadakan pembatasan pengunjung untuk menjaga ketenangan objek wisata. Jadi cocok banget untuk kita bertiga yang ingin sedikit healing setelah berminggu-minggu sibuk dengan urusan sekolah. Sedikit info, pulau pelangi ini tidak berpenghuni, maksudnya tuh tidak ada penduduk yang tinggal menetap disini. Mungkin beberapa pengunjung yang memutuskan untuk stay selama beberapa malam.  “Snorkeling nggak boleh dilewatkan nih” ucapku, saat tak sengaja menatap ikan kecil yang berenang di pinggiran jembatan. Kacamata hitam menghalau sinar matahari yang perlahan mulai naik ke atas kepala. Sebenarnya ini baru pukul sepuluh pagi hari, tapi panasnya sudah luar biasa. “Dari sumber yang gue baca sih, pulau pelangi ini lebih mahal daripada pulau-pulau lain. Mungkin karena kawasan resort kali ya. Lagian, kalo di lihat-lihat, worth it juga sama fasilitas yang ada disini” cewek itu menatap sekeliling seakan tengah menilai sesuatu. Langkah kaki kami turun dari jembatan kayu, menuju ke salah satu tempat makan untuk membeli minuman disana. Keadaan Nana.. sudah membaik. Untung nya ada Riki yang selalu jadi penengah saat aku dan Nana terlibat cekcok saat liburan seperti ini. Jadi, berkat cowok yang lebih pendek 3cm dari ku itu, aku dan Nana kembali baikan.  Ngomong-ngomong, aku tak peduli ketika Nana terus mencecar ku atau dia bahkan mau memusuhiku selama sisa hidupnya. Asal jangan satu hal, membandingkanku dengan Riki seperti yang  kerap kali dia lakukan padaku. Lagipula, siapa sih yang suka dibanding-bandingkan? Bahkan mama sama papa saja tidak pernah membandingkanku dengan anak tetangga. “Seandainya bisa nginep, beneran bakal puas sih” kali ini Riki yang membuka suara. Aku meringis, tak sadar sedari tadi aku malah ngomel-ngomel tidak jelas. Sampai tak sadar kalau langkah kaki kami sudah memasuki salah satu tempat makan yang ada di sana.  "Loh, Nana mana?" tanyaku, menatap samping kanan dan kiri namun tak menemukan dimana keberadaan Nana. Riki menatapku dengan dua alis terangkat. "Lagi beli minum, lo nggak sadar? Ngebug apa gimana?" Aku meringis dengan gaya canggung. "Oh, tumben." Sementara Nana memesan minuman, aku dan Riki duduk di salah satu bangku, menikmati sapaan angin pantai yang begitu segar.  "Jangan kebanyakan ngelamun, Vin. Apalagi di tempat kayak gini, kesambet nyaho lo" Aku memukul Riki dengan buku menu yang ada di meja, cowok itu malah terkekeh. "Mulut lo tuh kesambet" Tak lama Nana datang dengan seorang pelayan yang membawa 3 buah kelapa muda. “Kita mau kemana setelah ini” tanya cewek itu setelah menempelkan bokongnya pada kursi kayu, dengan nikmat dia menyedot minumannya. Gila sih, air kelapa muda memang tidak perlu lagi diragukan kesegarannya.  “Naik banana boats dulu atau donut boats?” “Donut boats aja deh, Vin. Kayaknya lebih seru” “Oke” Setelah menyedot banyak-banyak air kelapa, aku berdiri. "Ih, lo mau kemana? Gue belum selesai minumnya. Mana ada dagingnya di dalem" komentar Nana menahan lengan tanganku. “Gue kesana dulu, booking boats nya. Lo sama Riki lanjutin minum dulu nggak masalah” titahku yang memang seperti leader, suka mengarahkan yang terkesan memerintah. Nana melepaskan cekelan tangannya, aku segera melangkah untuk melihat situasi dan kalau bisa sekalian menyewa donut boats. Setelah berbincang, sekarang aku paham kalau disini menyediakan one day tour dengan biaya 950 ribu/orang. Biaya itu sudah termasuk sewa alat dan lain-lain. Karena tak mau ribet, jadi aku mengambil paket one day tour itu untuk kita bertiga.  “Waktu nya lima belas menit ya, Mas.” “Safety kan ya, Pak?” “Dijamin, Mas. Ada asuransinya juga kalau semisal terjadi sesuatu yang berbahaya” “Oke, saya panggil teman-teman saya dulu kalo gitu” Setelah selesai, aku berjalan dengan setengah berlari ke arah Nana dan Riki yang sudah sibuk membuat Vlog seraya tertawa haha hihi bersama. Menatap senyum manis Nana membuatku sadar, kalau aku memang tidak pernah seperti Riki dalam memperlakukan cewek itu. s**l, nggak, aku nggak boleh insecure. “Na, Rik, kita bisa naik sekarang. Udah gue urus semuanya. Oh iya, gue juga udah ambil one day tour, nanti pas snorkeling ada pemandunya juga” "Biaya?" tanya Nana, biasalah, dia bagian perencanaan keuangan Trasquad, jadi keluar masuknya duit dia harus tau. "950 ribu per orang." “Hm” Nana mengangguk dengan antusias. “Ini tas mau ditaruh dimana, Vin?” Taruh saung depan itu, aman kok. Banyak yang jaga juga disana" "Serius aman? banyak harta benda loh disini" Riki menegaskan sekali lagi, aku mengangguk dengan yakin. "Aman." Nana berlari kecil seraya melompat-lompat seperti anak kecil, mengingatkanku pada masa kecil kita berdua saat diajak liburan oleh papa dan mama. Nana selalu antusias kalau menyangkut soal liburan. “Mas, nanti jangan kenceng-kenceng nariknya, kita mau buat vlog juga soalnya” “Sip, Mas” Kami mulai naik, Nana memilih untuk duduk di tengah sementara Riki dan aku di sisi kanan dan kirinya. “Pegang dong, Vin” aku menerima tripod yang di sodorkan oleh Nana. Tak lama donut boat kami ditarik oleh speed boat dengan kecepatan tinggi. Sialan! Kan tadi aku sudah bilang kalau naiknya jangan kenceng-kenceng. “Wuhoooowwww!!” Riki berteriak seraya mengangkat tangannya, sementara Nana tergelak saat air laut mengguyur wajahnya. Aku tidak banyak bicara saat kamera melakukan shoot ke arah kita bertiga. Kamera itu hanya menjadi saksi betapa anehnya ekspresi Nana, aku dan Riki saat berteriak histeris karena adrenalin kami di uji. Lima belas menit adalah waktu yang singkat. “Vin, lagi dong!” pinta Nana dengan nada bicara antusias. Aku menatap kamera yang sedari tadi masih menyala. “Oke.” putus ku. “Kali ini tanpa kamera” lantas ku matikan kamera vlog ku. “Let’s go!!!” Lagi, satu putaran yang begitu menyenangkan. Nana tergelak di sampingku saat donut boats memantul-mantul di atas air, arahnya bahkan sudah tak lurus lagi. “KELVIN GUE BENCI SAMA LOOO!!” Teriak Nana tiba-tiba, di susul gelak tawa dari Riki dan juga adik laknatku. “GAK PEDULI!!!” Jawabku dengan suara yang tak kalah kerasnya. -Batas Suci- Snorkeling adalah kegiatan kedua yang akan kita lakukan, sekarang pukul setengah dua belas. Matahari sedang terik-teriknya diatas sana. Kita bertiga selesai berganti pakaian mengenakan full wetsuit berwarna hitam. Perlengkapan Snorkeling sudah disediakan berikut pemandunya, jadi aman untuk kalian yang newbie yang ingin menikmati sensasi Snorkeling. “Gila, panas banget.” komentar Nana, dia sudah mencepol rambut panjangnya dengan rapi sebelum memakai Scuba Diving Mask with Tripod mouth Sport Cam agar bisa merekam saat di menyelam nanti. Bukan hanya Nana, aku dan Riki pun memakai benda yang sama. Bahkan aku membawa kamera anti air untuk berfoto nanti. Menenteng Godive Fin Full Heel atau bahasa mudahnya yang mirip kaki katak itu menuju jembatan kayu. Dari sana nanti kita akan melompat turun dan,.... violaa!! “Sudah siap?” tanya pemandu tersebut, kita kompak mengangguk. Setelah memakai kaki katak, aku melakukan peregangan ringan. “Kalian bisa melompat turun, bagian ini sudah dibatasi antara laut dangkal dan dalam. Jadi kalian tidak perlu khawatir, relax dan jangan tegang.” Lagi-lagi kita hanya mengangguk. Riki berjalan duluan. Dia menggosok-gosokan telapak tangannya. “Here we goo!” BYUURR!! Cowok tengil itu melompat dengan gaya Rear Roll Metode atau berguling ke belakang dengan posisi tubuh menghadap ke arah depan. Aku bisa melihat Riki mulai bergerak dengan pelan setelah menyalakan kameranya. “Lo duluan gih, Na” Nana mengangguk, cewek itu tersenyum cerah. Kali ini, dia tidak mengikuti gaya Riki, dia masuk ke air dengan gaya Standing Front Entry. BYURR!! Tak lama kepala Nana nyembul keluar dari air. “Gila! Seru, Vin” setelah itu dia melambai dan kembali menyelam. Kini giliranku. Mengikuti gaya Riki, aku mulai melompat dan berguling ke belakang. Byur!! Sungguh, sensasi yang selama ini ku rindukan! Bebas, menyegarkan dan menyenangkan. Inilah jiwa Traveler yang sesungguhnya. Di dalam sini, sudah tak perlu diragukan lagi, terumbu karang warna warni yang begitu elok tumbuh dan terjaga keaslianya, selain itu ada banyak biota laut yang bisa di lihat dibawah ini. Termasuk ikan kecil-kecil yang berenang mengitari bagian tubuh kita. Rasanya, sudah lama sekali aku tidak melakukan hal semenyangkan ini. Tenang saja, para penggemar Trasquad akan kebanjiran konten setelah ini. Aku berenang di samping Nana, memukul pelan bahu cewek itu, lantas dengan gerakan isyarat mengangkat kamera, Nana langsung paham, dia mengangkat jarinya membentuk huruf V dan aku langsung memotretnya beberapa kali dari angel yang berbeda. Setelah Nana, aku berenang mendekati Riki yang juga sibuk bercengkrama dengan ikan-ikan kecil di air yang jernih ini. Sama dengan Nana, Riki pun langsung paham, cowok itu mengangkat dua jempol nya, 3 foto berhasil ku abadikan. Riki mengambil alih kameraku, dia bergantian memotret ku. Lalu terakhir kita ambil foto bertiga di dalam air. -Batas Suci- Setelah melakukan dua aktifitas tadi, akhirnya kita bertiga kelelahan. “Makan dulu lah, Vin. Pulangnya ntaran aja, jam 4” “Masih 4 jam lagi dong, kita mau ngapain?” Riki mengeluarkan handuk kecil untuk mengeringkan rambutnya yang basah. Aku meneguk air mineral sampai sisa setengah, sebelum akhirnya menjawab. “Makan dulu lah, habis itu buat konten penutupan, terus ambil foto. Mayan tuh pake kamera barunya si Riki” Riki nyengir lebar. “Yoi” “Kalian mau makan apa?” Netraku bergulir, mengikuti deretan nama menu makanan yang ada di booklet menu. “Banyakan ikan ya” gumamku. “Gue ikan bakar madu deh, Vin.” “Gue samain kayak Nana” timpal Riki, cowok itu menatap adikku sejenak sebelum mengalihkan tatapannya padaku. “Oke” aku mengangkat tangan, memanggil pelayan. “Ikan bakar madu 2, pesmol ikan 1, cah kangkung, terus telur tomat. Minumnya lemon tea semua” aku menyebutkan menu makanan nya, si pelayan langsung mencatat. “Gila, puas banget nggak sih yang tadi itu?” Riki mengawali pembicaraan sebari menunggu pesanan makanan kami siap. Beberapa pengunjung juga tampak singgah untuk tujuan yang sama, mengisi perut. “Tiap minggu aja kita kesini” Nana menempeleng kepalaku. “Palelu! Iya kalo lo yang bayarin gue sih oke, jangan pake duit trasquad” “Dih.” “Lo minggu depan jadi ke Spain, kak?” Riki tiba-tiba saja membelokan pembicaraan. Aku mengangguk, yep, tak terasa kan akhir bulan sudah didepan mata dan hari jumat nanti aku akan pergi ke Spain ikut Papa. Kemarin Nana sudah izin, tapi kata papa masih akan dipikirkan lagi. Awalnya sih langsung ditolak, tapi si Nana nya yang merengek manja minta ikut. "Lo juga, Na?" Nana yang tengah memakai skincare mengangguk. "Gue maksa sih" "Dasar" cibir Riki, "berapa hari?" "Berapa hari, Vin?"  Lah anjir, si Nana nggak tau? Aku memutar bola mata malas. "Lima harian lah mungkin" "Nah tuh, Rik, udah di jawab sama Kelvin" "Terus yang masalah kita ke London? Jadi berangkatnya berapa orang?" lagi-lagi Riki yang bertanya. "Lima. Eh, tapi Arga belum kasih jawaban"  Si Arga ini, jangan sampai dia menghambat kegiatan Trasquad. Kalau memang tidak bisa ikut, ya nggak usah ikut. Lagian dia bisa pergi sendiri, setahuku sih orang tuanya pebisnis sukses. Jadi nggak sulit buat dia pergi liburan. "Si Riki, dia kayaknya keberatan banget kalo Arga ikutan" Nana tersenyum kecil, aku tau dia tengah menggoda Riki. "Yang lo takutin apa sih, Rik? Perasaan lo kenal deket sama Arga aja enggak" Riki melengos, "Ya,.. ya gue nggak suka aja gitu, wajahnya itu loh--" "Cakep kan?" sela Nana yang langsung membuat Riki melotot tak percaya.  "Wah, parah lo, Na. Sejak kapan lo suka muji orang? Bahkan gue aja nggak pernah lo puji?" Aku menggeleng-gelengkan kepala melihat perdebatan mereka. Padahal siapapun pasti tau kalau Riki sebenarnya takut Nana akan beralih pada Arga. Tapi aku yakin Nana tidak akan melakukannya, meski aku sendiri suka bertengkar dengan Nana, tapi aku hafal kelakuan dia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN