Zea menaikkan kerah sweaternya tinggi-tinggi dan membenamkan topinya sedalam mungkin. Nggak cuma itu, dia juga mengenakan kaca mata hitam yang nggak seharusnya dikenakan sewaktu matahari sudah nggak kelihatan. Melihat kelakuan Zea, Dean menjadi gemas dan merangkul bahunya erat-erat. “Relaks saja, bagi mereka kamu itu sudah mati, tau nggak?” “Mereka nggak menemukan mayatku dan udah kubilang kalau aku dah sering dikabarkan mati berkali-kali.” “Kalau gitu kita harus mengubah penampilanmu biar nggak dikenali. Percaya sama aku, dulu aku ini jago menyamar,” bisik Dean di telinga Zea. Bagi orang yang melihat, mereka seperti sepasang kekasih yang baru jadian. Malu-malu untuk bermesraan di muka umum. “Singkirkan tanganmu dari pundakku!” kata Zea tiba-tiba. Bukannya melepas rangkulannya, Dean m