Lelaki itu turun dari mobilnya dan melihat kekacauan yang terjadi. Rumah singgah sudah tinggal abu. Kali ini beneran rata dengan tanah dan butuh waktu lama untuk membangunnya kembali. Lebih baik kalau tempat ini nggak digunakan lagi dan sebaiknya dilupakan. Toh, menurut laporan, pimpinan tertinggi sudah mati. Nggak ada gunanya lagi membangun tempat ini. Tempat yang bagi Margono punya kenangan tersendiri selain sebagai markas. “Mana bukti kalau Bos sudah nggak ada?” tanyanya pada anak buahnya. Seorang lelaki dengan pakaian safari hitam, seragam mereka, memberi tanda dengan tangannya dan lelaki lain datang menghampiri dengan bungkusan plastik hitam. “Buka!” Bungkusan itu pun dibuka dan mendadak mual melanda melihat apa yang ada di sana. Kepala Margono yang berdarah-darah dan berbau deng