“Sudah lebih baik?” tanya Ezra lembut dan Alma menganggukkan kepalanya. Ezra membawa Alma untuk duduk di sofa, Ezra mendudukkan Alma di atas pangkuannya. Kaki Alma tertekuk ke samping agar keduanya bisa berhadapan. Lalu Ezra menghapus air mata Alma.
“Jangan nangis lagi, Mas nggak suka lihat kamu nangis. Ayo jujur sama aku, kenapa kamu tiba-tiba nangis?” tanya Ezra lembut. Alma yang masih tergolong masih sangat muda itu terlihat sangat cengeng dan terlihat seperti anak-anak. Umur keduanya terpaut sembilan tahun.
“Gapapa,” lirih Alma manja.
“Ayo jujur sayang, kamu kenapa? Benar kamu cemburu?” Alma menganggukkan kepalanya malu-malu dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ezra membuat pria itu tertawa. “Mas senang karena ternyata kamu cemburu, Mas suka di cemburuin sama kamu. Itu artinya kamu sayang sama Mas, makasih ya sayang.”
“Ternyata sakit lihat kamu sama wanita lain walaupun aku tahu seharusnya nggak punya hak untuk cemburu. Bagaimanapun dia istri kamu, tapi tetap aja rasanya sakit Mas. Itu karena aku emang cinta sama kamu,” rengek Alma ingin kembali menangis.
“Ssst, jangan nangis lagi. Kamu punya hak untuk cemburu. Kamu wanita yang Mas cintai, kamu itu pacarnya Mas. Kamu itu calon istri Mas, jadi wajar kalau kamu cemburu Mas nggak masalah. Mas minta maaf karena buat kamu cemburu. Jangan khawatir, Mas hanya milik kamu saja. Sejak kenal kamu dan sejak sama kamu Mas nggak pernah melakukan apapun lagi sama Karin. Mas hanya melakukannya sama kamu aja. Sekarang Mas hanya mau melakukannya dengan wanita yang sangat Mas cintai, yaitu kamu. Jadi jangan mencoba menghindar dari Mas lagi oke? Jangan nggak balas pesan Mas lagi, jangan cuek lagi. Mas benar-benar nggak bisa kamu perlakukan seperti ini.” Alma menganggukkan kepalanya.
“Tapi aku takut kamu pergi tinggalin aku lagi Mas, aku juga takut ketahuan sama istri kamu Mas. Aku akan jadi wanita yang jahat, padahal aku juga korban dari kamu. Andai aja kamu jujur dari awal mungkin sekarang aku nggak terjebak sama kamu. Aku takut disalahkan, tapi aku juga nggak bisa bohong tentang perasaanku. Aku harus gimana Mas?”
“Tetap seperti sekarang oke? Kita jalani sama-sama, kamu harus sabar. Mas akan menceraikan Karin secepatnya dan hidup berdua sama kamu. Mas janji, tapi Tasya juga sama kita ya?” Alma menganggukkan kepalanya dan memeluk Ezra mesra.
“Manjanya,” goda Ezra sambil mencium pipi Alma.
“Biarin,” rengek Alma membuat Ezra tertawa. Ia suka ketika Alma bersikap manja padanya, Ezra membawa Alma masuk ke dalam kamar dengan menggendongnya bak seperti anak koala.
***
“Selamat pagi Mas,” sapa Alma pada Ezra yang baru saja keluar dengan rambut basah pertanda pria itu sudah mandi. Ezra hanya masih menggunakan boxer saja. Pria itu mendekat lalu mencium bibir Alma.
“Selamat pagi sayang,” balas Ezra sambil memeluk pinggang Alma.
“Kenapa nggak langsung pakai baju? Padahal aku udah siapin pakaian kamu Mas.”
“Mas mau dipakein sama kamu,” kata Ezra sambil mengedipkan matanya membuat Alma tertawa.
“Bukan aku aja yang manja, tapi kamu juga manja,” sindir Alma dan Ezra tertawa.
“Iya, wangi banget sih,” goda Ezra sambil mencium leher jenjang Alma karena rambutnya diikat ke atas.
“Kita mau berangkat kerja Mas, jangan aneh-aneh. Ayo sarapan,” ajak Alma. Ezra membantu Alma membawa sarapan mereka ke atas meja.
“Minggu depan kita ada pergi keluar kota, kamu akan banyak pergi keluar kota sama aku untuk beberapa waktu ke depan. Kamu harus siapkan diri kamu, oke?” Alma menganggukkan kepalanya dengan semangat.
“Untuk penginapan dan pe…”
“Udah disiapin sama orang kantor, kamu tinggal terima bersih tenang aja. Oh iya, kamu mau ketemu sama Ibu?” Alma cukup terkejut mendengar pertanyaan Ezra.
“Emang boleh Mas?” tanya Alma tak yakin.
“Kenapa enggak? Jelas boleh, Ibu pasti senang ketemu sama kamu,” kata Ezra dengan semangat.
“Kalau emang boleh yaudah gapapa Mas, aku mau ketemu sama Ibu kamu.”
“Yaudah nanti Mas atur waktunya.”
***
Sepulang kerja Ezra pergi ke rumah Ana untuk bertemu dengan Ibunya itu. Ezra meminta Alma untuk pulang ke apartement menggunakan taksi nanti berjanji akan segera menyusul. Tak butuh waktu lama untuk Ezra sampai di rumah Ibunya itu. Ezra melihat ada mobil Herry yang terpakir membuatnya kesal.
Ezra langsung saja masuk ke dalam rumah tersebut dan melihat Ana sedang bermesraan dengan Herry. Ana duduk di atas pangkuan Herry dan Papanya itu bersandar pada Ana dengan manja membuat Ezra kesal.
“Untuk apa Papa ada di sini?” tanya Ezra marah membuat keduanya terkejut. Ana langsung saja bangkit berdiri dan mendekati putranya itu.
“Hai, Ibu senang kamu datang. Sudah lama Ibu nggak lihat kamu datang ke sini,” kata Ana sambil memeluk putranya itu.
“Kenapa Papa ada di sini?” tanya Ezra tak suka. Hubungan Ezra dan Herry memang tidak baik. Karena menurutnya Herry tidak memperjuangkan Ibunya. Tidak tegas untuk membela dan memberikan status yang layak untuk Ibunya.
“Karena ada Ibu kamu di sini, wanita yang Papa cintai,” tegas Herry. Ezra mengejek jawaban Herry.
“Cinta tapi nggak bisa tegas. Cinta tapi nggak bisa memperjuangkan, omong kosong. Seharusnya Papa nggak usah ada di sini, nanti yang ada Ibu disalahin sama istri Papa. Aku juga disalahin sama istri Papa tercinta itu. Lebih baik Papa pergi,” usir Ezra.
“Di sini ada istri Papa juga. Bahkan ini istri yang Papa cintai, jadi Papa punya hak untuk di sini. Kamu nggak bisa larang Papa, ini juga rumah Papa. Kamu nggak usah peduli apa kata mereka tentang Ibu kamu. Biar itu menjadi urusan Papa.” Ezra tertawa mengejek.
“Kayak bisa aja,” sindir Ezra.
“Sudah, ayo kita ke kamar Ibu. Kamu datang ke sini mau ketemu sama Ibu, ‘kan? Ayo,” ajak Ana sambil membawa putranya itu masuk ke dalam kamar. “Kenapa kamu sangat membenci Papa kamu? Jangan seperti itu, bagaimanapun dia Papa kamu,” bujuk Ana di saat mereka sudah berada di dalam kamar.
“Aku nggak pernah minta dan nggak pernah mau punya Papa kayak Papa. Lebih baik aku nggak usah punya Papa kayak gitu. Papa hanya bisa buat Ibu menderita, aku nggak suka. Aku mau Ibu hidup bahagia, bukan hanya Ibu aja yang menderita tapi aku juga menderita. Papa nggak bisa memperjuangkan Ibu,” kata Ezra kesal.
“Tapi Ibu juga memilih untuk hidup seperti ini sama Papa kamu. Ibu mencintai Papa kamu, makanya ada kamu di sini sama Ibu. Kamu sama Papa kamu adalah dua orang yang sangat Ibu cintai, jangan seperti itu sama Papa kamu,” bujuk Ana.
“Udahlah, aku malas bahas Papa. Besok aku mau bawa seseorang sama Ibu. Ada yang mau aku kenalkan sama Ibu, aku yakin Ibu pasti senang.”
“Oh ya? Siapa? Tasya? Kamu udah lama nggak bawa Tasya. Karin juga nggak pernah bawa Tasya ke sini,” lirih Ana dengan sendu.
“Jadi Karin nggak ada bawa Tasya ke sini?” tanya Ezra memastikan dan Ana menggelengkan kepalanya membuat Ezra berdecak.
“Padahal aku uah suruh Karin untuk bawa Tasya ke sini. Ya udah besok aku bawa Tasya ke sini supaya ketemu sama Ibu.”
“Jadi, siapa yang mau kamu bawa ke sini besok selain Tasya?” tanya Ana penasaran.
“Besok Ibu juga bakalan tahu, besok aku akan kenalkan sama Ibu,” kata Ezra dengan semangat.
Ezra tak lama berada di sana karena tak mau juga bertemu dengan Herry. Setelah bertemu dengan Ana, Ezra memilih pergi dari sana menuju apartement di mana ada Alma wanita yang dicintainya. Ezra juga sudah membawa makanan kesukaan Alma supaya mereka makan bersama. Namun saat datang, ia melihat pintu apartement sedikit terbuka, Ezra takut sesuatu terjadi pada Alma. Belum lagi saat di depan ia melihat ada sepatu laki-laki.
“Alma!” teriak Ezra. Begitu masuk Ezra melihat Alma sedang bersama dengan Rey tertawa. Senyum Alma langsung saja menghilang begitu melihat Ezra datang begitu juga dengan Rey yang terkejut melihat Ezra kini berada dihadapan mereka.