1. BCA - Malam Pertama
“Hai, Mas Ezra udah lama nggak datang. Pesan aku juga nggak pernah di balas, lagi sibuk ya Mas?” tanya Alma langsung begitu melihat Ezra datang dan duduk di hadapannya. Ezra yang mendapat pertanyaan itu langsung saja tertawa.
“Kenapa? Kamu kangen ya?” goda Ezra membuat Alma tertawa.
Wanita itu sedang menyiapkan minuman untuk Ezra, tanpa di tanya Alma sudah tahu apa yang menjadi pesanan Ezra. Alma bekerja di salah satu club malam, wanita itu yang biasanya menyiapkan minuman setiap Ezra datang. Mereka sudah saling mengenal satu sama lain sejak tiga bulan belakangan ini, keduanya cukup dekat sampai sering bertukar pesan.
Bahkan beberapa kali Ezra sering mengantar Alma pulang dan mampir di tempat wanita itu. Semuanya bermula ketika Ezra sering datang sendirian untuk minum dan Alma melihat Ezra. Lalu Alma menemani Ezra hanya untuk sekedar bicara, sejak saat itu keduanya sangat dekat sampai sekarang.
“Merasa kehilangan aja, biasanya Mas Ezra sering datang dan balas pesan. Emang nggak boleh kalau aku nyariin Mas Ezra?” tanya Alma sambil tertawa lalu meletakkan sebuah gelas di hadapan Ezra. “Silahkan diminum Mas, dibuat khusus untuk Mas Ezra yang udah lama nggak datang,” goda Alma sambil mengedipkan matanya membuat Ezra tertawa.
“Terima kasih,” ucap Ezra lalu meneguk minuman tersebut sampai tandas. “Kamu pulang lama hari ini?” tanya Ezra. Alma tersenyum lalu memberikan gelas kedua untuk Ezra.
“Enggak Mas, hari ini shiftnya sampai jam dua belas aja. Kenapa? Mas Ezra butuh teman cerita?” tanya Alma memastikan dan Ezra menganggukkan kepalanya. Alma seakan paham bahwa Ezra sedang butuh teman cerita saat ini ketika melihat wajahnya yang sedikit berbeban berat.
“Kalau kamu nggak keberatan, nanti kita bisa mampir ke kontrakan kamu,” usul Ezra.
“Boleh Mas, aku juga jadi penasaran ada cerita apa dari Mas Ezra selama satu minggu ini,” ejek Alma membuat Ezra tertawa.
“Kamu bisa aja, yaudah Mas tunggu di ujung aja ya. Nanti Mas ganggu kamu kerja lagi.”
“Kayak sama siapa aja Mas, Mas Ezra itu bukan orang asing lagi buat aku,” kata Alma sambil menatap Ezra membuat pria itu tersenyum.
“Iya, yaudah Mas tunggu kamu kerja oke?” Alma menganggukkan kepalanya membuat Ezra merasa gemas dan mengusap puncak kepala Alma.
Ezra langsung saja bangkit berdiri dan berpindah tempat duduk, sedangkan Alma bekerja melayani para tamu yang datang untuk diberikan minuman. Tepat pukul dua belas malam Alma selesai bekerja dan segera menghampiri Ezra.
“Mas, aku udah selesai ayo,” ajak Alma yang sudah mengganti pakaiannya itu. Tadi Alma harus memakai seragam yang diberikan padanya, sebuah kaos berkera ketat dan rok mini. Namun kali ini Alma memakai celana jeans panjang serta kaos membuat Ezra tertawa.
“Sepertinya Mas sedang jalan dengan anak SMA,” ejek Ezra membuat Alma melihat penampilannya. “Mas bayar minuman dulu sebentar.” Ezra meninggalkan Alma sebentar, setelah membayar minumannya Ezra kembali. “Ayo,” ajak Ezra. Alma mengikuti Ezra yang sudah berjalan lebih dahulu. Keduanya menuju parkiran di mana mobil Ezra terletak.
“Mas Ezra ganti mobil?” tanya Alma begitu melihat mobil Ezra berbeda dari sebelumnya.
“Eh, enggak. Ini mobil kantor, kebetulan tadi baru dipakai karena ada kerjaan diluar kota. Jadi yaudah sekalian dipakai aja, ayo masuk. Sesekali pakai mobil mewah boleh dong,” goda Ezra membuat Alma tertawa.
Ezra membukakan pintu untuk Alma membuat wanita itu tersenyum, setelah itu Ezra masuk ke kursi pengemudi dan mereka pergi dari sana. Sebelum ke kontrakan Alma, mereka mampir untuk makan nasi goreng di pinggir jalan. Setelah makan mereka langsung saja menuju kontrakan milik Alma.
“Kuliah kamu selesai, selanjutnya kamu akan gimana?” tanya Ezra ketika Alma membuka pintu rumah kontrakannya.
“Rencana mau cari kerjaan sih Mas, mungkin di kantor. Lihat nanti yang buka lowongan, setelah itu aku resign dari club. Jarang lihat Mas Ezra deh.” Ezra tertawa.
“Tapi masih bisa ketemu sama kamu, ‘kan? Mungkin bukan di sana?” tanya Ezra tak yakin.
“Boleh kalau Mas Ezra mau, ayo masuk Mas. Maaf ya kalau rumahnya berantakan,” kata Alma tak enak hati. “Mas Ezra mau minum apa?” tanya Alma yang masih berdiri sedangkan Ezra sudah duduk di kursi tamu.
“Nggak usah repot, kita baru makan dan minum juga. Tujuan Mas datang mau cerita, ayo sini,” kata Ezra sambil menepuk kursi yang ada di sampingnya. Alma melepaskan tasnya dan meletakkan di atas meja.
“Mas Ezra kenapa? Ada masalah lain?” tanya Alma lembut. Ezra menghela napasnya kasar lalu mengusap wajahnya juga dengan kasar.
“Lagi ada masalah aja di kantor dan itu buat Mas penat. Kamu juga tahu keadaan rumah yang nggak baik, istri pertama Papa selalu saja menyudutkan Mas dan Ibu. Itu buat Mas sama Ibu nggak nyaman. Jadi sekarang Mas bawa Ibu keluar dari rumah, Mas nggak mau Ibu semakin tertekan di sana. Kamu jelas tahu kalau semua orang hanya anggap Mama, bahkan orang tahunya Mas anaknya Papa dari istri pertamanya. Ibu seperti nggak punya hak apa-apa, Mas kasihan sama Ibu. Menurut kamu apa yang Mas bisa lakukan demi Ibu?” tanya Ezra frustasi.
“Saat ini apa yang Mas Ezra lakukan sudah benar,” ucap Alma lembut sambil menggenggam tangan Ezra yang ada di atas paha pria itu. “Mas Ezra yang bilang kalau Ibunya Mas Ezra sakit dan butuh biaya. Bagaimanapun Papanya Mas Ezra mau membiayai semuanya, aku yakin kalau Ibu Mas Ezra pasti paham kalau selama ini Mas Ezra bertahan demi Ibu. Sedikit lagi Mas Ezra harus bertahan ya, setidaknya sampai Ibunya Mas Ezra sembuh. Mas Ezra juga harus bekerja lebih giat lagi supaya Mas Ezra bisa nabung dan uangnya cukup untuk hidup berdua sama Ibunya Mas Ezra,” kata Alma menyemangati Ezra.
“Kamu yakin Ibu akan sadar itu?” tanya Ezra.
“Aku yakin Mas. Ibu Mas Ezra pasti bisa merasakan kasih sayang tulus itu, percaya sama aku. Mas Ezra adalah orang yang baik, Mas Ezra harus semangat dan sabar oke? Mas Ezra nggak sendirian, kalau ada apa-apa Mas Ezra boleh cerita sama aku. Aku pasti akan dengarin dan selalu ada buat Mas Ezra, aku juga yakin pasti Mas Ezra akan diberikan jalan keluar. Mas Ezra harus percaya itu, oke?” Ezra menatap Alma dengan lekat. Pria itu dibuat tenang ketika menatap manik mata Alma yang terlihat begitu teduh. Senyum Alma mampu membuatnya yakin dan juga nyaman.
“Makasih ya Alma, Mas emang nggak salah cerita sama kamu. Mas selalu bisa tenang dan nyaman cerita sama kamu. Mas jadi merasa kuat sekarang, kamu juga wanita baik. Mas nyaman sama kamu, tiga bulan kenal kamu buat Mas yakin kalau kamu memang dikirim untuk menolong Mas,” ucap Ezra serius.
“Maksud Mas Ezra apa?” tanya Alma bingung. Ezra tersenyum lalu menggenggam tangan Alma yang berada di atas pahanya itu. Ezra berdiri tegak dan menatap Alma.
“Kamu wanita cantik dan baik,” puji Ezra sambil mengelus pipi lembut milik Alma.
“Mas,” panggil Alma dengan tercekat.
“Ya,” jawab Ezra.
Alma tak mengatakan apapun, wanita itu juga seakan terhipnotis ketika Ezra memujinya dan menatapnya lembut. Dengan keberanian yang penuh Ezra memajukan wajahnya mendekati wajah Alma, lalu mulai menempelkan bibirnya di bibir ranum milik Alma. Wanita itu memejamkan matanya, melihat Alma tak menolak membuat Ezra dengan berani melumat bibir merah milik Alma.
Wanita itu pasif, karena itu hal pertama baginya. Ezra menggigir bibir bawah Alma membuat wanita itu membuka mulutnya mempermudah Ezra untuk masuk lebih dalam. Tanpa sadar keduanya larut dalam pagutan tersebut, tangan Ezra bahkan sudah mengusap paha Alma yang masih dilapisi oleh jeans.
“Mas,” lirih Alma membuat Ezra sadar bahwa napas Alma sudah mulai tak beraturan.
Ezra mengakhiri ciuman tersebut membuat wajah Alma memerah dan napasnya mulai tak beraturan. Ezra bangkit berdiri menutup pintu rumah Alma dan menguncinya. Ezra kembali duduk dan mengusap bibir Alma yang basah dan bengkak karena ulahnya.
“Manis,” puji Ezra.
“Mas,” panggil Alma pelan.
“Apa Mas nggak boleh sayang sama kamu?” tanya Ezra pelan membuat Alma terdiam. “Mas juga kangen sama kamu, satu minggu nggak ketemu kamu rasanya aneh. Maaf sudah menghilang satu minggu ini,” ucap Ezra pelan sambil mengelus pipi Alma.
Melihat Alma hanya diam, Ezra kembali mencium bibir Alma. Kali ini Ezra menarik Alma agar duduk di pangkuannya sehingga mempermudah pagutan keduanya. Tangan Ezra mengelus punggung Alma dan tangan Ezra menuntun tangan Alma supaya dikalungkan di lehernya.
Perlahan tapi pasti Ezra menggendong Alma menuju kamar wanita itu. Ezra tahu letak kamar Alma, masih dengan mencium bibir Alma. Ezra menghidupkan lampu kamar, lalu membaringkan Alma secara perlahan di atas ranjang wanita itu. Ezra tersenyum penuh arti, sedangkan Alma menunggu apa yang akan dilakukan pria itu.
Ezra membuka kemejanya sehingga menyisakan kaos miliknya. Lalu Ezra membuka kaos serta celana kerja miliknya. Kini pria itu tak menggunakan apapun di bagian atas, sedangkan di bagian bawah Ezra masih menggunakan celana pendek selutut. Dengan perlahan Ezra kembali mendekati Alma dan berada di atas wanita itu.
Ezra kembali mencium bibir Alma sambil meloloskan pakaian Alma di bagian atas. Wanita itu terlena dengan setiap sentuhan yang diberikan Ezra sampai tak sadar bahwa kini Ezra sudah menanggalkan semua pakaiannya begitu juga dengan Ezra. Kini keduanya tak menggunakan apapun lagi, wajah Alma memerah menatap tubuh Ezra yang begitu menantang di hadapannya.
“Mas,” lirih Alma.
“Mas akan melakukannya dengan perlahan,” ucap Ezra lembut.
Alma tak mengatakan apapun lagi, Ezra membuka kaki Alma sehingga wanita itu terlihat siap. Alma sangat takut, bagaimanapun ini akan menjadi pengalaman pertama baginya. Ezra bersiap untuk menyatukan tubuh keduanya, Ezra yakin dengan apa yang dilakukannya.
Sebelum melakukannya Ezra kembali mencium Alma agar wanita itu siap, tanpa sadar Ezra memasukinya secara perlahan membuat Alma berteriak. Tangan wanita itu mencakar bahu Ezra bahkan Alma sampai menggigit punggung Ezra.
“It’s okay sayang. Apa ini yang pertama untukmu?” tanya Ezra lembut dan Alma menganggukkan kepalanya. Ezra melihat air mata Alma mengalir, pria itu mengusapnya perlahan dan mencium kedua mata Alma. “Mas akan melakukannya secara perlahan, maaf ya. Mas mencintai kamu, terima kasih sudah menjadikan Mas yang pertama untuk kamu. Mas janji akan selalu di sisi kamu,” ucap Ezra mesra.
Pria itu kembali mendorong membuat mulut Alma terbuka dan memejamkan matanya. Malam itu Ezra melakukannya dengan sangat lembut, pria itu tak mau membuat Alma merasa tersakiti dan trauma. Ezra terus mengatakan kata cinta pada Alma.
Awalnya Alma merasakan sakit, namun semakin lama rasa nikmat menghampiri wanita itu. Pada malam itu napas keduanya tak beraturan dan saling mengerang memberikan kenikmatan satu sama lain. Setelah mendapatkan pelepasannya yang kedua, Ezra memberikan Alma beristirahat dengan menarik wanita itu ke dalam pelukannya. Berkali-kali Ezra mencium puncak kepala Alma dengan lembut.
“Kamu menikmatinya?” tanya Ezra pelan ketika napas keduanya sudah lebih baik. Alma menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ezra karena merasa malu, pipinya terasa panas. “Kamu malu?” ejek Ezra membuat Alma memukul d**a pria itu. Ezra yang melihat Alma malu-malu merasa lucu dan tertawa. Entah mengapa Ezra menyukai Alma yang seperti itu. “Jujur, Mas nggak nyangka kalau akan jadi yang pertama untuk kamu. Terima kasih,” ucap Ezra tulus.
“Mas janji nggak akan pergi ninggalin aku, ‘kan? Mas janji akan terus di sisiku?” tanya Alma memastikan sambil mendongakkan kepalanya. Ezra menatap Alma sambil tersenyum.
“Iya sayang, Mas janji. Mas harap kamu percaya, Mas mencintaimu.” Alma tersenyum mendengar hal itu.
“Aku juga cinta sama Mas Ezra,” balas Alma sambil tersenyum malu-malu.
“Cinta sama Mas, tapi punya pacar?” sindir Ezra membuat Alma menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Ezra.
“Nanti aku putuskan, Mas Ezra tahu sendiri kalau dia juga sibuk. Sudahlah, jangan bahas dia lagi,” ucap Alma malas membuat Ezra tertawa.
“Mas mau sekali lagi boleh?” tanya Ezra tak yakin.
“Mas Ezra belum capek?” tanya Alma terkejut.
“Kamu udah capek?” tanya Ezra balik. Wanita itu terdiam sejenak tidak langsung menjawab. “Kalau kamu capek gapapa, Mas nggak akan paksa.”
“Ayo,” kata Alma cepat.
Wanita itu dengan berani mencium bibir Ezra terlebih dahulu membuat pria itu tersenyum dan membalas ciuman Alma yang masih kaku itu. Namun Ezra tahu bahwa Alma sudah berusaha untuknya. Maka malam itu mereka kembali saling memuja satu dengan yang lain memberikan kenikmatan yang begitu menggilakan sehingga keduanya tak akan pernah bisa lupa akan malam itu. Terutama bagi Alma karena itu menjadi hal yang pertama untuknya.