11. BCA - Dilema

1478 Kata
“Kamu jelas tahu tadi, aku ada rencana proyek baru jelas itu buat aku sibuk. Kamu nggak bisa paham?” tanya Ezra kesal. “Aku kangen sama kamu Mas, aku istri kamu. Ada Tasya juga anak kamu yang butuh kehadiran kamu. Ayo kita liburan bersama,” ajak Karin. “Aku nggak bisa, minggu depan aku ada keluar kota juga.” “Yaudah aku sama Tasya ikut keluar kota sama kamu gimana Mas?” tanya Karin semangat. “Tumben banget kamu mau ikut, biasanya nggak pernah mau ikut.” “Iya, kali ini aku bosan. Aku mau ikut aja, gapapa ya Mas?” rengek Karin seperti anak kecil. “Nanti aku lihat dulu gimana, kalau kamu jalan berdua sama Tasya gimana? Aku jelas nggak bisa jalan sama kalian nanti.” “Yaudah gapapa Mas, diusahakan aja. Pasti ada jam kosongnya.” “Jadi Tasya libur sekolahnya?” tanya Ezra. “Iya gapapa Mas, sesekali.” Ezra tak lagi menjawab, pria itu meletakkan handphonenya di bawah bantal lalu berbaring. Pria itu memejamkan matanya supaya Karin tak banyak bertanya lagi padanya. *** Ezra datang ke kantor lebih awal dari pada biasanya. Begitu sampai di kantor benar saja Alma sudah datang. Pria itu langsung saja menghampiri Ezra sehingga membuat Alma terkejut karena tak biasanya Ezra datang lebih awal. Sedangkan Niken belum datang . “Kenapa kamu nggak balas pesan Mas?” tanya Ezra marah. “Bapak kenapa sudah datang?” tanya Alma terkejut. “Jawab Alma, kenapa kamu nggak balas pesannya? Mas juga udah coba hubungi kamu tapi nggak diangkat juga. Maksud kamu apa?” tanya Ezra tak terima. Alma menghela napasnya kasar. “Gapapa, emang nggak mau dibalas. Apa yang harus dijawab?” tanya Alma malas. “Kamu kenapa menangis? Kamu cemburu melihat Mas sama Karin?” tanya Ezra. “Nggak usah dibahas, aku malas buat bahas. Lagi pula sangat nggak penting untuk dibahas,” jawab Alma malas dan sibuk sama berkas yang ada dihadapannya. “Lebih baik kamu jujur, kamu benar cemburu? Kamu nggak akan mungkin nangis secara tiba-tiba, ayo jawab. Kamu sebenarnya kenapa?” desak Ezra lagi membuat Alma kesal. Wanita itu menatap Ezra dengan kesal. “Bisa nggak, jang…” “Selamat pagi Pak,” sapa Niken yang baru saja datang. “Pak Ezra datang lebih awal dari biasanya, sangat langkah sekali. Apa karena Bapak sama Alma harus pergi keluar ya?” tebak Niken. “Saya ada jadwal keluar hari ini?” tanya Ezra memastikan. “Kamu belum kasih tahu Pak Ezra jadwal hari ini?” tanya Niken pada Alma. “Belum Mbak, Pak Ezra juga baru aja datang jadi belum ada diberitahu. Ini mau dikasih tahu, pagi ini kita ada jadwal keluar Pak untuk ketemu sama klien,” kata Alma menjelaskan sambil tersenyum. “Baiklah, segera bersiap,” jawab Ezra cuek. Pria itu masuk ke dalam ruangannya untuk bersiap. *** Ezra dan Alma baru kembali ke kantor saat sore hari. Keduanya diturunkan oleh supir di lobby, jadwal keduanya berada di luar cukup padat. Bukan satu orang yang mereka temui ada tiga orang sehingga mereka baru kembali saat sore hari. Keduanya sedang menunggu lift. “Alma,” panggil seorang pria membuat Alma berbalik dan ternyata ada Rey. “Rey, kamu kenapa bisa ada di sini?” tanya Alma bingung. Ezra ikut berbalik dan melihat pria yang memanggil Alma. Ini pertama kalinya bagi Ezra melihat pacar dari Alma. “Aku mau jemput kamu,” jawab Rey sambil tersenyum lebar. “Kamu nggak bilang kalau mau jemput,” kata Alma merasa bingung dan melihat raut wajah Ezra yang terlihat tak suka. “Iya, aku mau kasih kejutan aja buat kamu. Tadi katanya kamu lagi keluar, makanya aku tungguin. Kamu udah bisa pulang, ‘kan? Jam kantor udah selesai,” kata Rey sambil memastikannya dengan melihat jam di tangannya. “Aku mau ajak kamu jalan sekalian makan,” kata Rey lagi menjelaskan. “Aku ambil barang dulu di atas. Oh iya kenalkan ini atasanku,” kata Alma memperkenalkan Ezra yang ada di sampingnya. “Rey, pacar Alma,” kata Rey sambil mengulurkan tangannya. “Ezra,” jawab Ezra cuek sambil membalas uluran tangan pria itu. Ezra menarik tangannya saat lift terbuka, Ezra menunggu Alma masuk. “Kamu nggak mau naik ke atas?” tanya Ezra kesal. “Iya Pak, sebentar ya. Kamu tunggu di sini aja,” kata Alma sambil masuk ke dalam lift. Rey tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. “Kamu masih belum putus sama pacar kamu itu?” tanya Ezra tak suka begitu lift tertutup. “Aku udah bilang, aku belum punya alasan yang jelas untuk mengakhiri hubungan kita. Rey terlalu baik, aku bingung harus mengakhirinya seperti apa,” lirih Alma. “Katakan saja kalau kamu selingkuh mudah, ‘kan?” Alma langsung saja menatap ke arah Ezra dengan cepat dan menatapnya dengan tak suka. “Kamu gila Mas?” “Kamu bilang bingung mau pakai alasan apa, itu alasan yang baik untuk mengakhiri hubungan kalian. Kamu bisa bilang kalau kamu mencintai pria lain, jatuh cinta sama pria lain dan bilang sudah menjalin hubungan di belakang kamu. Mudah, ‘kan?” “Lalu kamu pikir dia nggak akan cari tahu siapa orangnya? Kalau tadi kamu bukan suami orang mungkin aku akan jujur. Tapi pada faktanya ternyata aku menjalin hubungan sama suami orang, aku tidur sama suami orang. Bukan pria yang masih sendiri,” desis Alma marah sambil wajahnya memerah. “Jadi kamu masih mengakui hubungan kita?” goda Ezra membuat Alma berdecak dan membuang wajahnya. “Tetap saja, Mas nggak suka kamu masih berhubungan sama dia,” tegas Ezra. Alma tak peduli dengan perkataan Ezra, wanita itu keluar dari lift begitu mereka tiba di lantai paling atas. “Mbak, saya udah bisa pulang, ‘kan?” tanya Alma begitu bertemu dengan Niken. “Sudah, kamu mau pulang?” tanya Niken. “Iya Mbak, sudah dijemput pacar saya di bawah,” kata Alma sambil tersenyum. “Asyik banget yang udah dijemput sama pacarnya. Yaudah hati-hati, salam sama pacarnya,” goda Niken. “Mari Pak, saya permisi,” kata Alma pada Ezra yang ada di belakangnya. Alma langsung saja mengambil barangnya dan segera masuk ke dalam lift. “Saya minta rekapan kerjaan hari ini ya,” kata Ezra pada Niken. Pria itu sangat kesal saat ini karena Alma, namun ia tetap harus professional. *** “Kamu kenapa banyak diam dari tadi? Makannya juga nggak habis, nggak enak ya?” tanya Rey. “Gapapa, aku emang nggak nafsu makan aja,” jawab Alma. “Kamu sakit?” tanya Rey lembut sambil mengusap puncak kepala Alma pelan. “Emang kelihatannya gitu?” tanya Alma balik membuat Rey tersenyum. “Enggak sih, siapa tahu emang kamu lagi sakit dan aku nggak tahu. Kamu terlihat kayak nggak biasanya aja, kamu kayak nggak senang jalan sama aku. Dari tadi kamu diam aja, biasanya kamu banyak tanya dan banyak cerita. Kamu juga biasanya makannya selalu habis, ini enggak. Makanya aku tanya kamu kenapa, mau kita pergi ke tempat lain aja? Kamu mau es krim?” tawar Rey dan Alma menggelengkan kepalanya. “Kita pulang aja yuk? Aku mau istirahat aja deh, kayaknya aku kecapekan,” kata Alma lemas. “Yaudah ayo kita pulang. Aku bayar sebentar ya,” Alma menganggukkan kepalanya. Rey membayar makanan tersebut lalu mereka pergi dari sana. Rey mengantar Alma pulang ke apartement wanita itu. Akhirnya Rey tahu di mana Alma tinggal. “Kayaknya ini apartement besar,” kata Rey melihat gedung apartement tersebut. “Lumayan, dapat fasilitas dari kantor aku bersyukur banget.” “Aku mampir ke apartement kamu ya,” kata Rey dengan semangat. “Untuk apa?” tanya Alma panik. “Aku belum pernah lihat apartement kamu, wajar dong kalau aku mau lihat apartement kamu. Aku mampir ya.” Alma menahan Rey untuk tidak turun dari motor. “Jangan, lain kali aja. Aku capek banget mau langsung istirahat. Cari lain waktu aja ya?” pinta Alma sengaja memasang wajah memelas. Alma takut kalau Ezra ada di apartement saat ini, lagi pula Alma sedang tak mau menerima tamu. “Yaudah lain kali aja, kamu istirahat ya. Kalau ada apa-apa bilang sama aku, aku sayang kamu,” ucap Rey sambil tersenyum. Alma tak menjawab pernyataan cinta tersebut, wanita itu hanya tersenyum dan melihat Rey pergi dari sana. Setelah memastikan Rey pergi, Alma masuk ke dalam. Saat membuka kunci dan masuk benar saja ada sepatu Ezra. Ia sudah menduga kalau Ezra akan menunggunya. “Gimana rasanya pergi sama pacar?” sindir Ezra. “Untuk apa Mas Ezra ada di sini? Mas Ezra punya rumah, punya istri dan anak kenapa harus kembali pulang ke sini sih?” tanya Alma tak suka. “Karena ada kamu di sini, Mas akan pergi ke mana kamu berada.” Ezra bangkit berdiri lalu mendekati Alma, pria itu membawa Alma ke dalam pelukannya. Ezra memeluk Alma dengan erat dan mencium puncak kepala Alma. Hal itu membuat Alma tak bisa menahan dirinya lagi, Alma menangis dipelukan Ezra membuat pria itu cukup terkejut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN