“Kamu?”
Diandra dan Deren saling menatap dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sementara itu Rendra menautkan kedua alis saat mengetahui sang adik dan Deren sing mengenal. Tatapan menghunus tajam Diandra kepada Deren dapat terbaca oleh Rendra jika sedang terjadi sesuatu di antara Diandra dan Rendra. Tatapan dengan penuh kebencian dapat dilihat dengan jelas oleh Rendra dalam pendar netra sang adik. Tak lama kemudian Diandra memutuskan tatapan mata dari Rendra lalu berjalan dengan sedikit berlari masuk ke dalam rumah sembari menahan buliran kristal bening yang telah menganakpinak di pelupuk mata Diandra.
Brak..
Prang..
Suara benda jatuh di atas lantai terdengar dengan jelas dari ruang tamu. Dengan langkah lebar Rendra berjalan menuju ke ruang tengah di ikuti oleh Deren. Tampak Diandra jatuh terkapar di atas lantai dengan merintih memegangi perutnya yang terasa nyeri. Wajah pucat pasi Diandra terlihat jelas di mata Rendra. Rendra semakin terhenyak saat melihat Diandra pingsan. Rendra menghampiri sang adik yang tidak sadarkan diri dan kembali terhenyak saat melihat darah di bagian belakang tubuh Diandra.
Darah?
Rendra terhenyak dengan apa yang dilihat saat ini. Banyak tanya dalam benak Rendra. Namun saat ini Rendra tidak ingin terlalu banyak bertanya dengan apa yang sedang terjadi kepada sang adik. Rendra menggendong sang adik ala bridal style menuju ke mobil diikuti oleh Deren dan sang mama. Deren merasa penasaran dengan apa yang terjadi dengan wanita yang pernah memiliki skandal dengan dirinya satu bulan yang lalu.
Dengan kecepatan penuh Rendra melakukan mobil pergi meninggalkan rumah menuju ke rumah sakit milik keluarga Rendra. Tampak Diandra merintih kesakitan sembari memegang perutnya dalam dekapan sang mama di kursi penumpang. Ada yang nyeri dalam hati Rendra saat melihat sang adik merintih kesakitan seperti itu. Jalanan yang lengang sehingga Rendra lebih cepat tiba di rumah sakit.
“Bagaimana keadaan adik saya dokter?” tanya Rendra saat dokter yang menangani Diandra keluar dari ruang UGD
“Adik tuan Rendra dan kandungannya dalam keadaan sehat dan baik,” jawab dokter yang bernama Steven seperti yang tertera dalam name tag
Kandungan?
Rendra, Deren dan mama Kania tercengang dengan apa yang diucapkan oleh dokter Steven tentang keadaan Diandra saat ini.
“Apa maksud dokter Steven?” tanya Rendra
“Adik tuan Rendra sekarang sedang mengandung. Untuk mengetahui lebih jelas berapa usia kandungan adik tuan Rendra, nanti dokter kandungan yang akan memeriksa adik tuan Rendra jika sudah sadar,” jawab dokter Steven
Duarrrr..
Bagai disambar petir di siang hari semua yang sedang bersama dengan dokter Steven tercengang dengan apa yang diucapkan oleh dokter Steven. Satu kata yang mencengangkan mereka. Bahkan mereka tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh dokter Steven.
Hamil?
Diandra hamil?
Gelengan kepala Rendra menandakan jika Rendra tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh dokter Steven. Rendra menatap ke arah dokter Steven dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
“Apa dokter Steven yakin jika adik saya hamil? Mohon maaf dokter Steven jika saya belum dapat percaya dengan apa yang dokter katakan,” ucap Rendra
“Saya yakin tuan Rendra. Kita menunggu dokter kandungan untuk memeriksa usia kandungan adik tuan Rendra. Beruntung pendarahan yang dialami oleh adik tuan Rendra tidak membahayakan keadaan adik tuan Rendra dan bayi yang ada dalam kandungannya,” balas dokter Steven
Rendra mengusap wajah kasar dengan menggunakan kedua telapak tangannya setelah mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter Steven. Darah Rendra mendidih saat mendengar sang adik kesayangan sedang hamil. Sementara itu wajah mama Kania seketika pucat pasi dengan kenyataan yang baru saja didengar dari dokter Steven. Putri kesayangan mama Kania hamil di luar nikah. Sungguh.. Mama Kania tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi dengan sang putri saat ini
Cobaan apalagi ini Ya Allah.. Itulah rintihan pilu mama Kania dalam hati.
Bagaimana dengan Deren?
Deren tercengang dengan apa yang diucapkan oleh dokter Stevan. Diandra hamil. Apakah itu hasil perbuatan dirinya satu bulan lalu dengan Diandra? Deren merasa tidak percaya dengan apa yang didengarkan dari dokter Steven beberapa saat yang lalu. Bagaimana mungkin baru satu kali melakukan bisa hamil? Banyak tanya dalam benak Deren kali ini setelah mendengarkan apa yang diucapkan oleh dokter Steven.
Semua yang berada di depan ruang UGD tercengang dengan kabar yang baru diterapkan oleh mereka. Namun akal sehat Rendra dapat mencerna dengan cepat saat dokter Steven berpamitan dan meminta Rendra untuk mengurus kepindahan sang adik ke ruang rawat. Rendra hendak menuju ke bagian administrasi untuk mengurus kepindahan sang adik ke ruang rawat namun dicegah oleh Deren. Akhirnya Rendra mengizinkan Deren mengurus kepindahan sang adik ke ruang rawat dan meminta ruang rawat VVIP demi kenyaman sang adik.
Ya. Walaupun sang adik telah mengecewakan mereka namun Rendra tetap menginginkan yang terbaik untuk sang adik. Rendra tidak ingin langsung menghakimi sang adik tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.
***
“M-Mama.. Kenapa Diandra bisa ada disini?” tanya Diandra setelah membuka mata dengan sedikit terbata
Mama Kania mengulas senyuman hangat melihat sang putri telah sadarkan diri, “Kamu tadi pingsan sayang..”
Pingsan?
Diandra mencoba mencerna ucapan sang mama. Ingatannya kembali dipaksa untuk memutar peristiwa beberapa saat yang lalu. Ya. Tak lama kemudian Diandra mulai mengingat apa yang terjadi dengan dirinya sebelum terbaring lemah di atas beankar rumah sakit hati ini. Diandra memindai setiap sudut ruang rawat dan tersentak saat melihat sosok yang tidak asing bagi dirinya. Laki-laki yang telah menghancurkan hidup dan masa depan Diandra kini sedang berada di hadapan Diandra. Diandra menatap laki-laki bernama Deren itu dengan tatapan penuh kebencian. Tanpa disadari oleh mereka, Rendra sedari tadi memperhatikan interaksi di antara sang adik dan sahabatnya yang sedang saling menatap dengan tatapan intens. Ada kecurigaan dalam diri Rendra melihat interaksi sang adik dan sahabatnya. Namun Rendra tidak ingin berburuk sangka sebelum mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
“Apa ada yang sakit sayang?” tanya mama Kania kepada sang putri
Diandra menggelengkan kepala membalas pertanyaan sang mama, “Tidak ada ma. Diandra haus ma..”
Mama Kania mengambil air minum lalu membantu Diandra untuk meneguk air putih yang berada di gelas dengan sedotan. Dengan pelan Diandra meminum air putih yang diberikan oleh mama Kania. Tenggorokan yang kering dan dahaga kini terasa lega setelah meminum air putih yang diberikan oleh mama Kania. Diandra kembali membaringkan tubuh setelah meminum air putih dengan dibantu oleh mama Kania. Walaupun mama Kania merasa kecewa dengan sang putri, namun mama Kania tidak dapat mengacuhkan dan membenci sang putri. Apalagi kondisi sang putri saat ini sedang menurun sehingga mama Kania mengulur waktu untuk menanyakan tentang kehamilan sang putri.
Rendra bangkit dari tempat duduk lalu melangkahkan kaki menuju ke brankar sang adik dengan memasukan kedua tangan ke dalam saku celana yang dikenakan oleh Rendra sehingga terkesan tampan.
“Apa ada yang ingin kamu ceritakan Diandra?”