“Apa ada yang ingin kamu ceritakan Diandra?”
.
Tubuh Diandra seketika membeku setelah mendengar ucapan sang kakak yang bernada dingin. Diandra tidak berani menatap ke arah sang kakak saat ini. Diandra menundukan kepala sembari menautkan jarinya.
Ya. Diandra sangat mengenal sang kakak. Diandra sangat mengenal suasana hati sang kakak. Entah itu bahagia, sedih, kecewa dan terluka. Seperti saat ini Diandra dapat memastikan jika sang kakak sedang mengalami kekecewaan yang teramat dalam. Hal itu bisa dilihat dari nada bicara sang kakak yang sangat dingin saat ini. Diandra dapat menerka jika sang kakak telah mengetahui apa yang terjadi dengan dirinya saat ini. Bahkan Diandra bisa menerka jika sang kakak telah mengetahui jika dirinya kini sedang berbadan dua di luar pernikahan.
“Apa ada yang ingin kamu ceritakan Diandra?”
Lagi dan lagi Diandra terkesiap saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang kakak kepada dirinya saat ini. Tubuh Diandra membeku mendengar suara dingin sang kakak. Apalagi posisi sang kakak kini telah berada di samping dirinya.
“Jawab pertanyaan kakak, Diandra. Siapa ayah dari bayi yang kini sedang kamu kandung!” ucap Rendra dengan nada tinggi dan mata membulat sempurna seolah bola mata itu akan terlepas
Kali ini bukan Diandra yang tercengang, namun mama Kania dan Deren. Mama Kania menatap ke arah sang putra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sementara Deren menatap ke arah Diandra yang sedang menatap ketakutan kepada sang kakak.
“Baiklah. Kalau kamu tidak mengaku juga, kakak akan mencari tahu sendiri. Jangan salahkan kakak kalau ayah dari bayi dalam kandungan kamu tinggal nama jika kakak telah menemukan orang itu. Tapi kalau kamu mengatakan sekarang, kakak akan memberikan sedikit ampunan kepada orang itu. Sekali lagi kakak tanyakan, siapa ayah dari anak yang sedang kamu kandung Diandra?”
Semua yang berada di dalam ruang perawatan Diandra tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Rendra. Sungguh. Kali ini Diandra tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan Diandra tidak tahu harus mengatakan apa kepada sang kakak. Ayah dari bayi dalam kandungannya saat ini berada di antara mereka. Namun Diandra tidak mampu untuk mengatakan hal itu. Lidah Diandra seakan kelu. Bahkan untuk menatap ke arah sang kakak pun Diandra tidak memeliliki keberanian. Diandra merasa sangat mala menatap ayah dari bayi yang saat ini berada di dalam kandungannya.
Sementara Deren masih menatap lekat Diandra yang sedang menerawang dengan tatapan kosong ke arah depan. Deren tidak tahu harus mengatakan apa. Bahkan Deren tidak percaya jika anak itu anak kandungnya. Namun jika Deren mengingat peristiwa yang terjadi di antara dirinya dan Diandra satu bulan lalu dimana darah keperawanan mengalir saat mereka menyatu menandakan jika Diandra masih perawan. Deren orang yang pertama menyentuh Diandra.
“Baiklah.. Kalau ini kemauan kamu Diandra. Kakak akan mencari tahu sendiri siapa laki-laki b******k yang telah merusak adik kesayangan kakak ini!” suara Rendra kembali menggelegar di dalam ruang perawatan sang adik sehingga mereka yang berada di sana kembali tersentak
Lagi dan lagi Diandra kembali tercengang dengan apa yang diucapkan sang kakak. Diandra memberanikan diri menatap sang kakak dengan rasa takut.
“J-Jangan kak..” Diandra akhirnya membuka mulut membalas ucapan sang kakak
“Kenapa Diandra?” tanya Rendra dengan tatapan horor ke arah sang adik
“Diandra akan merawat dan membesarkan anak ini sendiri kak.. Diandra dan anak ini tidak membutuhkan ayahnya,” jawab Diandra dengan tegas
Rendra tersenyum miring ke arah sang adik, “Kamu pikir kakak akan melepaskan laki-laki itu begitu saja Diandra? Tidak. Kakak akan tetap memberikan hukuman kepada laki-laki yang telah menghamili kamu dan merusak masa depan kamu, Diandra!”
Ada yang bergetar di hati Diandra saat mendengarkan ucapan sang kakak. Dapat Diandra lihat jika sang kakak saat ini sedang kecewa dan marah dengan dirinya. Diandra kembali menundukan kepala tidak berani menatap sang kakak.
“Diandra.. Kakak tanya satu kali lagi sama kamu. Siapa ayah dari bayi yang sedang kamu kandung saat ini?” Rendra kembali bertanya kepada sang adik
“Saya..”
Rendra, Diandra, mama Kania tercengang mendengar suara Deren. Sontak mereka bertiga mengalihkan tatapan kepada Deren yang sedang melangkahkan kaki ke arah mereka. Diandra menatap ke arah Deren dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Ada rasa benci dalam diri Diandra kepada Deren. Laki-laki yang telah menghancurkan masa depannya. Laki-laki yang telah merusak dirinya. Diandra sangat membenci laki-laki yang kini telah berdiri tepat di hadapan dirinya dan sang kakak.
“Apa itu benar Diandra?” tanya Rendra dengan tatapan menusuk tajam ke arah sang adik
“Bohong kak..” Diandra dengan cepat membantah apa yang diucapkan oleh Deren
“Apa kamu sedang tidak membohongi kakak, Diandra?” Rendra masih tidak percaya dengan jawaban Diandra
Diandra menundukan kepala tanpa menjawab pertanyaan selanjutnya dari sang kakak. Sementara itu Rendra menatap Diandra dengan tatapan yang sulit untuk diartikan saat Diandra membantah apa yang diucapkannya.
“Apa itu benar Deren?” Rendra mengalihkan tatapan ke arah deren saat sang adik tidak menjawab pertanyaan dari Rendra
“Iya kak. Deren ayah dari anak yang kini sedang di kandung oleh Diandra,” jawab Deren tegas tanpa ada keraguan sedikitpun di sana
“Jangan dengarkan dia kak. Dia bohong.” Diandra memberanikan diri membuka suara dan menatap ke arah sang kakak
“Kamu diam Diandra! Kakak sedang tidak berbicara dengan kamu!” balas Rendra dengan nada tinggi
Ada yang terasa nyeri dalam hati Diandra setelah mendengarkan sang kakak membentak dirinya. Sungguh. Sang kakak tidak pernah membentak Diandra selama ini. Sang kakak hanya akan menegur lembut dan memberikan nasehat kepada Diandra jika Diandra melakukan kesalahan. Diandra menatap tajam ke arah Deren yang sedang mengulas senyuman sangat manis ke arah Diandra. Diandra mengacuhkan senyuman dari laki-laki yang telah menghancurkan hidupnya itu. Sementara itu mama Kania hanya bisa melihat perdebatan di antara Rendra dan Diandra. Bukan mama Kania tidak ingin melerai perdebatan di antara kedua anaknya. Namun mama Kania masih belum dapat menerima kenyataan jika putri satu-satunya itu hamil di luar pernikahan. Mama Kania tidak pernah membayangkan hal itu sejak dulu.
“Apa ucapan kamu bisa dipertanggungjawabkan Deren?” tanya Rendra
“Iya kak.. Deren dapat bertanggung jawab dengan ucapan Deren. Deren juga akan menceritakan apa yang telah terjadi di antara Diandra dan Deren,” jawab Deren
“Ceritakan sekarang!” ucap Renda dengan nada tinggi kepada sang adik kesayangannya itu di hadapan sang mama saat ini.
Flashback On
Satu bulan yang lalu..
Acara penggalangan dana bagi korban bencana alam di daerah Jawa Barat malam ini sangat ramai dengan dihadiri dari berbagai kalangan manusia. Entah pengusaha, partai politik, pengajar dan juga dari kalangan lain malam ini semua berkumpul menjadi satu disalah satu hotel tempat acara penggalangan dana diadakan malam ini.
Diandra yang datang dalam acara penggalangan dana bersama rekan kerja malam ini sedang duduk sembari menikmati hidangan yang telah disajikan. Sementara itu Deren yang menjadi tamu kehormatan dalam acara penggalangan dana malam ini tampak sedang berbincang dengan asisten pribadinya disalah satu sudut ruangan tempat berlangsungnya acara amal malam ini.
“Aku pasti akan mendapatkan pengusaha tajir itu,” ucap Lita rekan kerja Diandra
“Jangan ketinggian kalau bermimpi Lita. Nanti sakit kalau tidak tercapai,” balas Dira rekan kerja Diandra yang lain
“Kita lihat saja nanti. Aku akan pastikan pengusaha tajir itu menjadi milik aku selamanya,” sambung Lita
“Terserah kamu. Aku hanya bisa memperingatkan jika harta belum tentu membuat kita bahagia,” tukas Dira
Diandra hanya mendengarkan perbincangan di antara rekan kerjanya itu tanpa ikut campur atau bergabung di sana. Diandra merasa pusing dengan keramaian saat ini sehingga meminta izin ke kamar mandi. Namun kamar mandi yang berada di dalam ballroom kini penuh sehingga Diandra harus mencari kamar mandi di kamar lain dengan menaiki tabung kapsul untuk menuju lantas atas.
“Ah.. Lega.. Hotel mewah seperti ini kenapa toilet penuh. Buang air kecil saja harus naik ke lantai atasnya,” keluh Diandra setelah keluar dari dalam toilet wanita
Di sisi lain, di lantai yang sama di mana Diandra berada saat ini namun di sudut berbeda seorang laki-laki yang sedang terpengaruh obat perangsang sedang merasakan hawa panas dalam tubuhnya. Diandra yang melewati di depan laki-laki itu menautkan kedua alis saat melihat laki-laki itu sempoyongan sembari membuka pintu kamar hotel. Diandra mengacuhkan laki-laki itu dan melanjutkan langkah kaki meninggalkan laki-laki itu. Namun langkah kaki Diandra terhenti saat satu lengan melingkar dalam pinggang Diandra lalu membawa Diandra masuk ke dalam kamar hotel tanpa ada yang melihat peristiwa yang terjadi saat ini.
Diandra terkesiap saat laki-laki itu membawa dirinya masuk ke dalam kamar hotel yang asing baginya. Apalagi laki-laki itu sedang mengecup area wajahnya saat ini dengan bringas. Tangan laki-laki itu menyusuri bagian tubuh Diandra. Diandra melakukan perlawanan namun tenaga Diandra kalah dengan tenaga laki-laki itu. Kini tubuh Diandra ditindih tubuh kekar laki-laki itu di atas tempat tidur yang besar itu. Pakaian yang dikenakan oleh Diandra dan laki-laki itu telah teronggok dengan sangat mengenaskan di lantai. Laki-laki itu mengecup bibir Diandra dengan lumayan kasar. Dian dan tidak bisa melawan karena kedua tangan Diandra dicekal oleh laki-laki yang sedang terpengaruh obat perangsang itu. Buliran kristal bening menetes di pipi Diandra dengan apa yang terjadi malam ini.
Sementara itu laki-laki itu sedang mengecap dan memiliki benda kenyal yang menggantung dengan indah di tubuh Diandra. Laki-laki itu menangkup benda kenyal milik Diandra yang terasa sesuai dengan ukuran telapak tangannya yang lebar dan kekar. Laki-laki itu kini sedang mengecap benda kenyal milik Diandra bagaikan seorang bayi yang sedang kehausan. Sangat rakus. Tubuh Diandra menggelinjang merasakan sentuhan kenikmatan yang diberikan oleh laki-laki itu. Diandra pasrah namun bukan berarti Diandra senang melakukan ini semua. Perlawanan yang dilakukan oleh Diandra sangat sia-sia. Pukulan yang dilayangkan oleh Diandra seperti cubitan hangat bagi laki-laki itu.
Laki-laki itu masih mencecap benda kenyal milik Diandra dan tangan yang terbebas masih memiliki ujung benda kenyal milik Diandra. Tubuh Diandra bagai tersengat oleh aliran listrik saat menerima sentuhan dari laki-laki yang kini sedang menguasai dirinya malam ini.
“Ahhhh.." Satu desahan lolos dari bibir Diandra saat laki-laki asing itu menjamah gundukan kenyal milik dirinya itu.
Diandra ingin melakukan perlawan dengan apa yang kini sedang dilakukan oleh laki-laki itu kepada dirinya malam hari ini. Namun tenaga Dinadra tidak sebanding dengan tenaga laki-laki itu yang memiliki tubuh kekar dan atletis dengan perut berotot bak roti sobek itu. Walaupun dalam keadaan temaram di kamar hotel yang kini sedang ditempati oleh Diandra dan laki-laki itu. Namun Diandra dapat melihat bagaimana bentuk tubuh laki-laki yang kini sedang mengungkung tubuhnya itu.
Laki-laki itu terus memainkan gundukan kenyal milik Diandra yang menggantung dengan indah dan ukuran yang pas di telapak tangan laki-laki itu yang besar dan kekar. Laki-laki itu meremas gundukan kenyal dengan sentuhan sensualnya sehingga Diandra meraskan tubuhnya seperti tersengat aliran listrik dengan tegangan yang sangat tinggi saat ini.
Laki-laki itu mulai turun ke bagian bawah tubuh mulus dan wangi milik Dinadra lalu membuka kedua paha Diandra dengan lebar. Pusaka junior milik laki-laki itu kini telah tampak menegang dan siap untuk merobek pertahana Diandra saat ini.
"Ihhh.." Diandra merintih kesakitan saat laki-laki itu berhasil membobol pertahan Diandra yang baru pertama kali melakukan hubungan layaknya sepasang suami istri itu.
Laki-laki itu mengulas senyuman manis saat berhasil memasukan juniornya ke dalam lubang kenikmatan milik Diandra. Laki-laki itu menggoyangkan pinggulnya dengan tempo sedang ke cepat dan menikmati setiap permainan yang kini sedang dilakukan oleh dirinya kepada wanita yang kini sedang di monopoli oleh dirinya itu.
"Kamu sangat nikmat sekali.."