“Sedang apa dia ada di sana?”
Laki-laki yang kini sedang menatap Diandra itu memicingkan netra untuk meyakinkan penglihatannya jika saat ini dirinya tidak salah melihat wanita yang kini sedang berada di pedagang rujak itu wanita yang dikenali oleh laki-laki itu.
Fokus laki-laki itu buyar saat wanita yang bersama dirinya yang kini berstatus sebagai calon istri pilihan papanya datang menghampiri dirinya lalu bergelayut manja di lengan laki-laki itu. Helaan nafas kasar terdengar dari bibir laki-laki itu saat wanita yang menjadi calon istrinya mengajak dirinya kembali ke rumah. Perdebatan pun terjadi di antara mereka yang tidak pernah saling rukun walaupun mereka telah bertunangan secara paksa karena perjodohan yang dilakukan oleh papa laki-laki itu.
“Bang.. Saya minta tolong nanti rujaknya disimpan dulu kalau sudah jadi. Saya minta tolong Pak Ranto nanti untuk mengambil rujaknya kesini. Ini uangnya bang. Ambil saja kembaliannya,” ucap Diandra sembari menyerahkan satu lembar uang berwarna biru kepada pedagang rujak
“Baik neng.. Terima kasih neng,” balas pedagang rujak itu.
Diandra pergi meninggalkan pedagang rujak dan masuk ke dalam sekolah untuk menghindari laki-laki yang sangat dibenci oleh Diandra. Laki-laki yang sedang tidak fokus kepada Diandra itu dimanfaatkan oleh Diandra untuk mengulang dari sana sebelum laki-laki itu tersadar atau kembali fokus dengan dirinya.
Huh..
Diandra menghembuskan nafas kasar setelah duduk di kursi kerjanya yang berada di ruang guru. Naya menautkan kedua alis saat melihat Diandra tiba di ruang guru dengan nafas memburu seperti maling yang ketahuan sedang mencuri oleh warga.
“Kamu kenapa Diandra?” tanya Naya
Hah?
Diandra tercengang mendengar apa yang diucapkan oleh Naya, “Tidak apa-apa Naya. Aku lagi beli rujak terus sakit perut. Jadi buru-buru ke kamar mandi,” jawab Diandra dengan terpaksa berbohong
“Apa kamu yakin sedang tidak berbohong Diandra sama aku?” tanya Naya dengan menaruh curiga kepada sahabat baiknya itu
Sontak Diandra langsung menggelengkan kepala sebagai jawaban dari apa yang ditanyakan oleh Naya. Perbincangan di antara dua sahabat diinterupsi dengan datangnya Pak Ranto mengantarkan rujak pesanan Diandra ke ruang guru.
“Bu Diandra... Ini rujak pesanan ibu,” ucap Pak Ranto
“Terima kasih Pak,” balas Diandra lalu menyerahkan beberapa lembar uang kertas kepada Pak Ranto sembari berjabat tangan
“Baik bu. Permisi,” tukas Pak Ranto lalu pergi meninggalkan ruangan guru kembali lagi ke pos jaga
Diandra membuka rujak lalu memakan rujak itu dengan sangat lahap. Bahkan buah kedondong yang pasti terasa sangat asam di mulut itu masuk ke dalam mulut Diandra tanpa keluhan apapun dari Diandra. Naya menahan rasa ngilu dan air liurnya yang hendak menetes saat melihat Diandra makan rujak dengan sangat lahap. Naya menggelengkan kepala melihat diandra dengan begitu lahap memakan rujak hingga tandas. Banyak tanya dalam benak Naya saat ini. Namun Naya tidak ingin merusak suasana hati Diandra sehingga Naya tidak menanyakan apa yang ada ddal. Benak nya saat ini kepada Diandra.
Tring..
Tring..
Tring..
Suara panjang bel yang berbunyi menginterupsi percakapan antara diandra dan Naya setelah Diandra menghabiskan rujaknya. Berkali-kali Diandra menawarkan rujak kepada Naya, namun berkali-kali juga Naya menolak rujak yang ditawarkan oleh Diandra sahabat baiknya itu. Diandra dan Naya kini sedang bersiap untuk mengajar di kelas selanjutnya setelah waktu istirahat berakhir.
***
Diandra mengendarai mobil dengan kecepatan sedang menembus jalanan ibu kota yang tampak mulai padat. Ya. Waktu pulang Diandra setelah mengajar hampir bersamaan dengan waktu pulang para pekerja kantoran yang sama-sama mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan keluarga mereka masing-masing. Diandra menghela nafas kasar saat kemacetan panjang menjebak dirinya saat ini. Diandra memukul kemudi mobil dengan kemacetan yang terjadi setiap hari. Rasa mual mendera Diandra kala aroma asap bus yang berada di depan mobilnya masuk ke dalam indera penciuman Diandra. Dengan cepat Diandra mengambil kantong plastik yang selalu disediakan oleh Diandra dan minyak angin untuk menghilangkan rasa mual dalam perut Diandra. Diandra mengusap perut yang masih brata dimana kini ada kehidupan baru di dalam rahimnya.
Ya. Diandra kini sedang mengandung anak yang sama sekali tidak diinginkan akibat kesalahan yang dilakukan Diandra satu bukan yang lalu. Namun Diandra bertekad untuk mmempertahankan anak yang kini sedang berada dalam kandungannya setelah mendengarkan tausiah dari rekan kerjanya di sekolah saat melaksanakan sholat dzuhur tadi. Anak yang kini sedang berada dalam kandungan Diandra tidak memiliki salah sama sekali. Yang salah disini Diandra dan laki-laki b******k itu.
Diandra menautkan kedua alis saat melihat mobil yang berada di halaman depan rumah mewah milik kedua orang tuanya. Diandra tidak mengenali mobil itu. Diandra hanya bertanya dalam hati kenapa ada tamu sore begini. Biasanya tamu itu akan datang malam jika tamu dari papa dan mama Diandra. Setelah memarkirkan mobil di tempat biasa dengan benar, Diandra turun dari mobil lalu melangkahkan kamu menuju ke dalam rumah dnehan langkah kecilnya. Diandra kini lebih berhati-hati dalam berjalan mengingat jiki kini dirinya tidak sendiri melainkan ada satu makhluk yang sedang tumbuh dan berkembang di dalam kandungannya.
Terdengar tawa dan canda dari dalam ruang tamu saat Diandra menginjakan kaki di teras depan rumah sebelum masuk ke dalam ruang tamu. Suara sangat kakak Rendra terdengar sangat jelas di indera pendengaran Diandra. Diandra menautkan kedua alis saat merasa mendengarkan suara yang tidak asing di indera pendengarannya selain suara bariton sang kakak. Dengan langkah tegas Diandra meyakinkan diri untuk masuk ke dalam rumah melihat siapa yang sedang berbincang dengan sang kakak saat ini.
“Kamu akan menikah Deren?” tanya Rendra setelah membuka undangan pernikahan yang diberikan oleh Deren teman kuliah Rendra
“Iya Ren. Perjodohan yang memuakan,” jawab Deren dengan mendengus kesal
“Sabar.. Siapa tahu nanti kamu akan jatuh cinta seperti yang ada dalam n****+. Perjodohan, menolak, jatuh cinta karena terbiasa hidup bersama,” sambung Rendra dengan sengaja meledek Deren
“Sialan!” Deren memukul lengan Rendra dengan kencang
Bukan merasa kesakitan, namun Rendra tergelak kencang setelah mendapatkan pukulan dari Deren. Ya. Rendra dan Deren telah saling mengenal sejak mereka kuliah. Bahkan Rendra dan Deren kini telah saling bersahabat. Rendra dan Deren terbiasa bercanda bersama tanpa ada yang merasa sakit hati karena mereka telah saling mengenal satu satu sama lain.
“Assalamu’alaikum..” Diandra mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah
“Wa’alaikumsalam..” Rendra dan Deren membalas salam Diandra dengan kompak dari dalam ruang tamu
Diandra melangkahkan kaki masuk ke dalam lalu meraih punggung tangan sang kakak untuk bersalaman seperti biasanya. Diandra tercengang setelah mengangkat kepala dan mengalihkan tatapan ke sosok laki-laki yang kini berada duduk di hadapan sang kakak. Tak hanya Diandra yang merasa tercengang, laki-laki yang kini berada di hadapan Diandra juga tercengang saat melihat keberadaan Diandra di hadapannya saat ini.
“Kamu?”