Shuhua baru kembali ke rumah tetangganya setelah teman temannya Galaxy pulang, dia bergegas ke sana setelah mengumpulkan rasa kesalnya karena tidak sengaja melihat Galaxy dan seorang perempuan duduk di atas ranjang. FYI, dari kamar Shuhua, dia bisa melihat dengan jelas isi kamar Galaxy meskipun harus mencari titik yang tepat.
Kebetulan ketika Shuhua kembali ke rumah itu, Aurora yang selesai melakukan less juga kembali. Membawa setumpuk buku yang dibawanya di tangan. “Ci, bantuin dong. Bawa ke kamar gue.”
Tanpa bertanya lagi, Shuhua mendekat dan membantu Aurora.
“Muka lu kenapa? Lagi marahan sama Kakak gue?” Aurora masih menerka-nerka apa yang terjadi. sepanjang Langkah, Shuhua terus terdiam dan hanya melangkah.
Sampai akhirnya berada di kamar Aurora, baru Shuhua merebahkan dirinya di atas ranjang sambil menendang nendang udara. Jangan lupakan kepalanya yang tenggelam pada bantal. Bagaimana perempuan itu menjerit tertahan di sana.
Tahu ada sesuatu yang tidak beres, Aurora segera menutup pintu kamarnya dan bertanya, “Lu kenapa, Ci? Ribut sama Nyokap? Itumah kan udah biasa.”
Shuhua memilih ribut bersama dengan Mamihnya daripada dengan pemikirannya sendiri. dia buru buru mendudukan diri dan menghadap Aurora. “Menurut lu, gue gimana?”
“Gimana apanya?” Aurora bingung.
“Menurut lu, gue cocok gak jadi pacarnya Bang Galaxy?”
“Lebih dari cocok, gue dukung lu pokoknya.”
Dan mendengar hal itu, membuat Shuhua tidak menyia-nyiakan kesempatan lagi. Dia bergegas turun dari ranjang dan berlari keluar. “Wey lu mau kemana?!” bahkan Aurora kaget melihat sahabatnya itu.
“Liat calon suami.”
BRAK! Dia kembali menutup pintu kamar, berlari menuju kamar Galaxy yang sedikit terbuka. “Abanggg!” teriaknya, membuat Galaxy yang sedang berbaring di atas ranjang itu mengerutkan keningnya.
“Abang jangan tidur ih, ini udah mau sore.”
“Tadi ada temen temen Abang ke sini, Abang baru bisa tidur sekarang.”
Shuhua mengerucutkan bibir, kemudian naik ke atas ranjang dan ikut berbaring di samping Galaxy. Tidak lama kemudian, Galaxy menarik Shuhua ke dalam pelukannya untuk dijadikan guling hidup. “Jangan erat erat ih, Cici gak mau tidur.”
“Kibul banget, bentar lagi juga ngorok.”
“Peluk sama cewek yang tadi sana, yang duduk di sini.”
Galaxy tertawa mendengarnya, beginilah penampakan Shuhua kalau sedang cemburu. “Cemburu, Ci? Gemesin banget sih.” Karena kenyataannya, melihat Shuhua mengerucutkan bibir dengan alis yang menukik tajam membuatnya terlihat sangat lucu. “Teman itumah,” lanjut Galaxy dengan suara pelan.
“Gak cemburu juga, soalnya cantikan Cici.”
“Emang cantikan kamu.”
Karena memang, perempuan tercantik yang ditemui Galaxy sejauh ini adalah Shuhua. “Udah tidur yak, temenin di sini.”
Melihat bagaimana Galaxy mengusap rambutnya, memeluknya dengan erat membuat Shuhua luluh juga. Dia ikut memejamkan mata dan memeluk Galaxy semakin erat, rasanya sangat hangat. Biasanya Shuhua akan bertindak biasa saja ketika Galaxy memiliki teman Wanita. Namun semakin hari, keinginan untuk memiliki Galaxy seutuhnya semakin menjadi jadi.
“Bang, pacarana yuk.”
“Ngomong apa kamu? Udah tidur.”
“Abang anggap Cici apa?”
“Adek.”
Jawaban yang masih sama, membuat Shuhua menghela napasnya dalam. Dia ingin Ggalaxy memberikannya jawaban yang lain. Mungkin butuh sedikit kesabaran.
BRAK! Pintu kamar yang tiba tiba terbuka tidak membuat keduanya saling menarik diri. Dan Aurora yang ada di sana hanya menghela napas, sudah biasa melihat pemandangan seperti ini. jadi dia mengambil salah satu guling, kemudian memukul keduanya secara bergantian. “Bangun! Rara mau keluar lagi! Ada tugas Osis.”
Ah, satu hal yang tidak boleh dilupakan, kalau Aurora juga anggota Osis.
“Mau ada acara, jadi mau makan di luar.”
“Yaudah sana,” ucap Shuhua mendorong Aurora supaya menjauh.
Perempuan itu kembali berdecak. “Cepetan nikah napa, digerebek pak RT baru tau rasa. Gak punya malu dasar,” gerutunya mengabaikan Shuhua yang menjulurkan lidah pada Aurora.
******
Galaxy sedang sibuk menelpon pada orangtuanya, memastikan pada mereka kalau dia dan adiknya baik baik saja. sementara menunggu Galaxy, Shuhua memilih untuk pulang terlebih dahulu ke rumah mengingat Mamanya memasak beberapa makanan China. Dia berencana meminta pada Mamanya dan memakan itu di rumah tetangganya; bersam Galaxy.
“Jangan nginellah, Ci. Gak kangen gitu sama Mamih?” tanya sosok yang masih mengaduk panci itu.
“Nggak, kan kasian Rara sendirian di sana. Lagian nanti tidurnya juga sama Rara, bukan sama Abang. Udah tau Cici mah apa yang kalian takuti. Meski ujian masih dibawah KKM, Cici udah tau yak kenapa kalian gak izinin.”
“Makannya cepetan dong bikin Official,” ujar sang Mamih yang terlihat gemas. “Udah 20 tahun kamu sama dia, belum juga ada tanda tanda gitu? Kasian banget sih.”
“Ih Mamih!” Shuhua sedikit tidak terima. “Ini lagi proses, kan dibilangin sebelum kuliah juga udah jadian.”
Sambil menuangkan makanan ke dalam wadah, Shuhua terus diperhatikan oleh Mamihnya. Karena mereka berdiri bersebelahan, jadi mudah untuk berbisik pada anaknya, “Mau tips gak dari Mamih biar jadi sama Galaxy?”
“Gamau, Cici mau pake cara Cici sendiri.”
“Cara Mamih lebih mempan, Ci.”
“Gak mau. Udah mana sup nya? Jadi belum?”
Keduanya berhenti saling berbisik ketika mendengar suara Langkah seseorang menuruni tangga; itu sang kepala keluarga. “Tidur di sini ya, Ci. Gak usah nginep mala mini,” ucap sang Papih yang mana membuat Shuhua langsung menatap Mamihnya.
Matanya seolah berbicara, “Bantuin Cici, Mih.”
Yang hanya dibalas senyuman penuh ledekan dari sang Mamih.
“Iya, Pih.” Karena tidak ada yang bisa membantah Papihnya, lagipula Shuhua terlalu takut untuk melakukannya. “Tapi Cici mau makan malam di rumah Rara ya, Pih? Nemenin Rara?”
“Bukannya tadi Rara keluar ya?” tanya sang Papih.
“Um, nemenin Abang Al makan, abis itu ke sini lagi.”
“Jangan lama lama, Papih liat banyak PR yang belum kamu kerjain.”
Yang mana membuat hati Shuhua langsung mengatakan, “Mampusss ngerjain PR bareng Papih!”
Dimana Memory masa lalu mengingatkan Shuhua pada kejadian dimana dirinya mengerjakan PR bersama sang Papih, yang harus detail, tekun dan juga benar. Menguras tenaga dan emosi, sampai kepalanya terasa sakit.
“Denger gak kata Papih apa?” tanya Mamihnya meledek. “Nih sana bawa sop nya, terus ke sini lagi. Kan banyak PR yang belum dikerjain.”
“Iya, Mih.”
*****
“Rara pulang jam berapa, Bang?”
“Katanya nanti jam 7 malem, dia sama supir kok. Gak usah khawatir.”
“Bukan khawatir, Cici telpon gak nyambung tadi. Jadi nanti kasih tau yak, kalau Cici gak nginep. Mau disidang bapak presiden soalnya.”
Yang mana membuat Galaxy menghentikan aktivitas makannya seketika dan menatap Shuhua. “Kamu ngapain? Bikin Papih kamu marah lagi?”
“Nggak, Cuma disuruh ngerjain PR.”
Saat itulah Galaxy tertawa seketika, Shuhua memang jarang mengerjakan Pr. Kadang melupakannya dengan sengaja, karena dia menyebutkan kalau rumah adalah tempat beristirahat. Tidak salah memang, tapi tetap tidak ada hal yang membenarkannya. “Jangan males gitu, Ci. Cowok gak suka loh cewek yang males.”
“Abang juga suka cewek yang rajin? Kan Cici rajinnya di hal lain, mencintai Abang contohnya.”
Mungkin karena melihat wajah Shuhua membuat Galaxy tertawa dengan begitu mudah, sama halnya dengan setiap kata yang dikeluarkannya. Membuat Galaxy tertawa hingga akhirnya… BRUK! Dia jatuh dengan kursi terjungkal ke belakang.
“Abang!” teriaknya kaget dan langsung membantu Galaxy berdiri.
“Duh pinggang Abang sakit, Ci.”
“Mau lanjut makan.”
“Udah ah gak nafsu, mau istirahat aja.”
“Cici bantu pijitin mau?”
Siapa yang menolak, Galaxy pun mengangguk akhirnya. “Di kamar bawah aja, Abang males naik. Minyak urutnya minta Bibi sana.”
“Iya, ini anterin Abang dulu.”
“Gak usah, udah sana.”
Membiarkan Galaxy menuju kamar tamu lebih dulu, Shuhua mengambil minyak urut yang diberikan asisten di sana. Setelahnya dia menyusul mencari pria yang sudah ada di kamar tamu. Shuhua dikagetkan dengan Galaxy yang tengah membuka pakaiannya, memperlihatkan otot perutnya dan juga bisep yang penuh urat.
Pria itu tengkurap dengan mudah kemudian menepuk punggungnya sendiri sambil berkata, “Pijitin, Ci.”
“Tenang, Ci. Tenang, jangan pingsan,” ucap Shuhua pada dirinya sendiri sebelum naik ke atas ranjang dan mulai memijat Galaxy di sana.
“Ke bawahan dikit, Ci.”
Gadis itu menurut, dia menuangkan minyak dan mulai memijat ke bagian bawah pinggang Galaxy.
Sampai…. “Nah itu.. ehehehehehe….”
“Eh, Abang kenapa ketawa? Kesurupan ya?”
“Geli, Cici!”