Ingat petuah

1567 Kata
Kenyataannya, shuhua malah senang ketika Aurora mengancam kalau fotonya akan disebar pada keluarganya. "Sabar aja nggak papa, biarlah nyokap sama bokap gue nikahin gue sama abang Galaxy." "Hubungannya apa kampret?" "Kan mereka nggak tahu siapa itu Dewa, gue tinggal bilang kalau Dewa itu anak yang nggak beraturan, berandalan dan gak bisa diem. Nanti pasti mereka nikahin gue sama abang Galaxy, secara kan dia itu menantu idaman." "Ga akan ngaruh, gimana kalau ternyata lu malah dikirim ke tempat pengusiran setan biar pikiran lu berubah. Lu mau dapetin Abang Galaxy, dapetin sendiri." "Kan ini gue lagi usaha. Coba lihat list yang gue tulis." Aurora terpaksa mendekat ketika dia mendapatkan tatapan tajam dari shuhua. Membaca rencana sahabatnya yang akan dilakukan ketika saudaranya pulang dari Jepang. Dimulai dari Menghabiskan malam bersama, masak bersama, bermain alat musik bersama, bergandengan tangan dan hal-hal yang begitu sederhana dan biasa mereka lakukan. "Bukannya Lo sama abang Galaxy sering ngelakuin hal-hal yang kayak gini. Dia enggak akan berubah pikiran, pasti bakalan tetap anggap lu sebagai adiknya." "Tapi kali ini gue bakal beda, gak akan berpenampilan amburadul kayak biasanya. Gue bakal tampil cantik, memperlihatkan Sisi feminim gue dan menahan semua jiwa barbar dalam diri gue." Shuhua mengingat-ingat ketika dulu dirinya sering melakukan hal itu bersama dengan Galaxy, dirinya tidak terlalu mementingkan penampilan. Karena kebersamaan lebih diutamakan. Tapi kini shuhua berubah pikiran. Saya ingin diperhatikan, dipuji cantik dan juga menjadi pusat perhatian dari seorang Galaxy. "Tapi masih lama kan..... Bayangin gue nunggu 3 bulan." "Kayaknya lu juga harus buktiin deh kalau lu itu layak bersanding sama kakak gue. Soalnya dia pernah bilang kalau dia nggak mau punya istri yang bloon, secara kan nanti kalau kalian punya anak, guru pertama anak kalian ya pasti ibunya." Kalimat yang dikeluarkan Aurora malah membuat shuhua salah tingkah, dia berguling-guling di atas ranjang sambil memukul Aurora dengan bantal. "Jangan bilang gitu dong, gue langsung kepikiran Gimana kalau nanti nikah sama doi." "Mikir! Lu mikir dulu napa, Abang nggak mau sama cewek yang oon. Sebelum punya anak lu pasti pacaran dulu sama dia. Gimana mau pacaran kau punya bloon." Seketika shuhua berdiri. "Aku janji bakalan lebih rajin dalam beribadah dan juga belajar supaya bisa menjadi sosok yang menjadi idaman Abang Galaxy." "Lu belum menulis laporan studi wisata kan? Tulis sekarang sana, mumpung masih anget ini semangat." Tanpa berkata apa-apa lagi, shuhua langsung berdiri untuk mengambil tasnya. Membuka sebuah buku dan mengisi beberapa hal yang seharusnya sudah dilakukan sejak pertama kali menginjakkan kaki di Bali. Aurora yang melihat itu tertawa, shuhua bisa berubah drastis dalam pembelajaran hanya karena 2 orang, pertama Karena Maminya, dan yang kedua karena Galaxy. "Gitu dong, harus semangat belajar biar bisa jadi ipar gue. Soalnya kalau mau jadi bagian keluarga gue ketat banget." Tidak mendengarkan apa yang dikatakan Aurora, shuhua anak terlalu fokus dengan laporan yang sedang dia buat. Namun fokusnya itu terhenti ketika dia mendengar dering ponsel berbunyi; berbeda dengan panggilan masuk lainnya. Shuhua sengaja mengatur panggilan dari Galaxy dengan nada yang berbeda, juga dengan suara yang lebih keras. "Abang! Cici kangen!" teriaknya ketika mengangkat panggilan itu. "Woi! Laporannya Kelarin dulu, nanggung ini tinggal sedikit lagi! Cici!" Karena tidak ingin diganggu oleh Aurora, shuhua langsung berlari ke arah kamar mandi, dan mengunci dirinya di sana demi berbicara dengan Galaxy yang berada di Jepang saat ini. "Abang, Cici kangen. Mau video call? Pokoknya kalau nggak video call, nanti Cici demam, muntah-muntah dan juga detak jantung tidak beraturan. Abang mau tanggung jawab?" Galaxy malah tertawa disana. "Ya ayo video call, Abang juga mau liatin sesuatu sama kamu." **** "Cici kenapa, Ra?" tanya Dewa yang kini sedang mencari tahu apa yang terjadi. Mengingat Shuhua berada di bangku yang jauh darinya, dia hanya mendapatkan kabar yang tidak jelas. Kebetulan saat ini dirinya berpapasan dengan Aurora yang juga sedang meminta pada seorang pramugari untuk dibuatkan sebuah minuman. "Dengar dari yang lain dia mabuk ya. Bukannya nggak biasanya dia mabuk? Bener nggak sih itu kabar?" "Iya dia mabok. Ini aku lagi minta dibikinin Wedang Jahe buat Cici." Aurora menghela nafasnya dalam. "Dia muntah-muntah terus sejak naik pesawat, heran juga seorang Shuhua jadi cupu." "Dia nggak enak badan atau gimana? Kok bisa muntah-muntah sih? Ada yang ngangenin kan? Tim medis?" Setelah mendengar pertanyaan itu, Aurora tertawa. "Sebenarnya dia nggak sakit, cuma pikirannya aja yang lagi melayang bayangin Kak Galaxy yang kini lagi berada di Jepang." Paham dengan apa yang terjadi, Dewa hanya terdiam tanpa menanggapi. "Kalau kenapa-napa, bilang aja ya." "Gak usah khawatir. Kalau Shuhua sakit parah kayak gitu, pasti nggak akan jauh alasannya cuma karena Kakak aku aja." Melangkah menjauh setelah mendapatkan penjelasan tersebut. Ada sedikit rasa sakit di Hati Dewa, yang mana membuatnya bertekad untuk menyukai Shuhua dengan tulus tanpa meminta balasan apapun. Setidaknya Dewa ingin menjadi sahabatnya. Bahkan ketika pesawat lepas landas, dan Shuhua malas naik bus dengan yang lain, Dewa menawarkan Untuk mengantarkan pulang keduanya Mengingat Dia sebelumnya membawa mobil dan disimpan di bandara. "Udahlah, gue mau ikut Dewa aja," ucap Shuhua tanpa berpikir dua kali langsung masuk kursi bagian belakang dan tertidur di sana. "Ya terus gue di mana dong, Ci!" "Kamu di depan aja, Ra," ucap Dewa pada Aurora. Dengan Dewa yang mengemudi, mengantarkan dua gadis itu ke rumah masing-masing. Shuhua terlelap di belakang sana, tapi bibirnya terus bergumam tanpa henti. Mengatakan, "Kangen abang Galaxy..... Kangen banget." Dan karena hal itu, Aurora yang malu karenanya. "Emang nggak ada libur ya?" "Apanya?" tanya Dewa. "Nanti kita ada libur nggak sih sebelum ujian-ujian gitu." "Bukan libur sih, lebih kaya belajar di rumah. Kelasnya kan banyak, jadi nggak mungkin kalau ujian praktek disatuin semua. Bakal di dua kelompokin, jadi kayaknya pas itu kita belajar dirumah selama seminggu deh." "Cici, lu dengar nggak?" tanya Aurora pada sahabatnya di belakang sana, yang ternyata malah bergumam tidak jelas. Sepertinya pertanyaannya kepada Dewa tidak memuaskan. "Kapan tuh?" "Dua bulanan lagi." "Masih lama dong." "Lumayan, Emang Cici mau kemana, Ra?" "Mau ke Jepang nyusul kakak aku." Yang mana membuat Dewa kembali tersenyum sendiri, secinta itu Shuhua pada kakaknya Aurora. Benar-benar tidak ada celah untuknya. "Sabar aja, nggak kerasa kok. Soalnya mulai sekarang kita bakalan banyak disibukin sama latihan-latihan sebelum ujian." Pada kenyataannya, Shuhua tidak benar-benar terlelap. Dia mendengarkan keduanya, tapi kembali tidak mood disaat mendengar bahwa dia memiliki waktu libur 1 minggu tapi harus menunggu dua bulan kemudian. Bahkan belum genap satu minggu dia ditinggalkan oleh Galaxy, Shuhua sudah merasa kehilangan. "Makasih ya. Cici Ayo bangun!" teriak Aurora pada sahabatnya yang masih terlelap di belakang sana. "Jangan bikin gue malu ayo bangun." "Makasih udah nganterin gue," ucapnya sambil menggesek matanya. "Bye-bye Dewa." Melihat bagaimana Shuhua masuk kedalam rumahnya dengan lesu, membuat jiwa laki-laki Dewa berontak, dia ingin menaikkan mood perempuan tersebut dengan mengajaknya berjalan-jalan. Tapi sepertinya mendekati Shuhua benar-benar membutuhkan waktu yang lama, sampai dirinya harus diakui sebagai teman. **** "Mana oleh-oleh buat mami, Ci?" tanya sang Mami ketika anaknya membuka pintu masuk. Bukannya menjawab, Shuhua malah melangkah melewati sosok tersebut dengan wajah yang murung. "Cici, Kamu kenapa sih? Mana oleh-oleh buat mami? Tega kamu ya, udah mami kasih bekal 5 juta masa pulang nggak bawa apa-apa." "Cici, Mami kamu nanya. Dijawab dong, nak." sang Papih memperingati. Sial, Shuhua tidak mengetahui kalau sosok itu ada di sana. Dia kan paling takut dengan Papihnya, meskipun pada kenyataannya jika dalam konteks marah, Mamihnya lah yang selalu lebih menakutkan. "Cici bawa oleh-oleh, itu di koper di luar. Enggak dibawa masuk soalnya berat, Pih. Cici lagi nggak mood." "Pasti karena Galaxy ya? Dia ke Jepang kan? Tiga bulan, lama banget itu, Ci. Katanya kamu mau bikin Galaxy jatuh cinta sama kamu sebelum kamu keluar sekolah, gimana sih? Anaknya aja keburu berangkat, Coba bayangin nanti gimana kalau Galaxy suka kehidupan di Jepang terus dia nggak pulang lagi?" Pulang ke rumah bukannya menaikkan mood, Shuhua malah berkaca-kaca. Tanpa berkata apa-apa lagi dia lari ke kamarnya, menutup pintu dengan sangat kencang kemudian berteriak, "Cici kesel sama semua orang!" Dan itu membuat Mamih nya tertawa. "Dia normal nggak sih, Mih? Jatuh cinta sama cowok kok sampai segitunya?" "Nggak usah khawatir, toh dulu aku juga gitu pas sama kamu. Normal itu." "Nanti kalau misalkan dia ditolak gimana?" "Ya itu jadi proses pendewasaan nya dia lah. Kalau misalkan dia ditolak, dia pasti mikir dan sadar kalau dunia tidak sebatas Galaxy aja. Tapi kalau misalnya nggak ditolak, Ya syukur dong. Kita bisa nulis sama orang kaya. Hahaha hahaha," jawab Mamih nya dengan santai, mengambil koper dari luar dan membuka Apa isinya. Ternyata daster semua, mana warnanya aneh-aneh lagi. "Ini si Cici beliin ini nggak niat banget sih? Daster jelek Ini kok." Sementara maminya menggerutu di bawah sana, Shuhua menghabiskan waktunya untuk mencoba menghubungi Galaxy. Sampai sebuah pesan masuk, yang berisikan: "Cici, Nanti abang telepon lagi kalau misalkan udah selesai urusannya ya. Abang sekarang lagi banyak kerjaan di sini. Kamu jangan khawatir, Abang baik-baik aja kok." "Abang kok tega," ucap Shuhua menyedot udara lewat hidung nya, dia ingin menangis tapi tidak ada air mata yang keluar. Hanya bibirnya yang melengkung ke bawah, dan banyak kerutan disekitar wajahnya. Astaga, benar-benar jelek. Dan kerutan tersebut tergantikan oleh sebuah ekspresi heran ketika dia menerima pesan dari Dewa yang berisikan: "Ci, mau keluar nggak? Ada Cafe baru di sekitar sekolah. Lumayan banget, apalagi ada bandnya. Mau lihat nggak?" Shuhua ingin keluar dari pemikirannya yang rumit saat ini, tapi Galaxy selalu mengunci keinginannya itu. Seolah sosok pria tampan itu menahan Shuhua untuk menyetujui ajakan dari Dewa. Apalagi Shuhua ingat kalau Galaxy pernah melarangnya untuk berdekatan dengan Dewa. "Gak deh, kan Abang larang Cici maen sama Dewa."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN