Hilang kontak

1543 Kata
"Halo Mama. Good morning, Rara ada?" "Ada di atas, belum bangun kayak nya. Kalian janjian lari pagi atau enggak? Rara nggak bilang sama mama, jadi nggak dibangunin." "Nggak janjian sih, cuma Cici mau nanya sesuatu sama Rara," ucap Shuhua sambil melangkah mendekati calon mertuanya yang sedang memasak, menatap beberapa makanan yang sudah siap, Shuhua menelan air liurnya kasar. "Mau ini, Ma. Boleh?" "Ambil aja kenapa, sok-sokan nanya dulu kamu tuh." Keakraban mereka memang sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Jika Mamih nya sibuk, Shuhua akan di asuh oleh sang calon mertua. Dan itu sejak Shuhua masih bayi dan sering ditinggal tinggal oleh kedua orang tuanya yang sibuk merintis usaha. "Mau nanya apa emangnya sama Rara?" "Abang Galaxy, dia kapan pulangnya, Ma?" "Tiga bulan lagi, baru juga dia seminggu di sana. Kenapa? Cici Kangen ya?" "Kangen banget, sampai Cici mual-mual kalau nggak ketemu Abang sehari, Ma." Calon mertuanya hanya tertawa, sudah tidak asing lagi mendengar semua perbedaan hiperbola Shuhua terhadap anak pertamanya. "Cici kan udah mau ujian. Lebih baik fokus dulu bukan sekarang, Nanti kalau udah beres ujian kan nggak gampang ngebucin lagi sama abang Galaxy." Kenapa semua orang terus menyuruhnya belajar di saat obat dari rasa mualnya hanyalah seorang Galaxy. "Mama nggak mau lho punya menantu yang bloon." Frontal sekali, Shuhua memakan risoles tanpa nafsu di belakang calon mertuanya yang sedang memasak. "Harus pinter, jangan bisa ngebucin mulu. Masa nggak mau jadi bagian dari keluarga LinggaWijaya?" "Cici ke atas dulu ya, Ma," ucap Shuhua mengakhiri percakapan tentang kebutuhannya. Akila; Mama dari seorang Galaxy itu hanya tertawa. Sudah terbiasa dengan lelucon seperti itu antar tetangganya. Dan sampai saat ini hanya memandang hal itu sebagai gurauan saja. Jika mereka memang berjodoh, Tentu saja tidak apa-apa. Namun melihat gelagat anak laki-lakinya, sepertinya galaksi tidak tertarik dengan Shuhua melebihi dari sosok seorang adik. "Cici kan orangnya emang suka bercandaan, dia pasti enggak baper kalau suatu hari nanti Galaxy punya pacar," ucapnya sambil melanjutkan masakannya. Sementara Shuhua masuk ke kamar Aurora begitu saja, kemudian berbaring disamping sahabatnya. "Please atuh, Ci. Ini teh hari Minggu, Kenapa lu terus ganggu gue. Please kalau ini permasalahannya kakak gue, Gue bakal lempar lu dari lantai dua." Aurora bahkan berkata dalam keadaan memejamkan mata. "Bukan gitu, gue mau ikut kelompok belajar buat persiapan ujian." Seketika Aurora membuka matanya, dan menatap Shuhua dengan menari. Bahkan sampai memegang keningnya, Apa benar sahabatnya ini ingin belajar? 12 tahun sekolah, akhirnya dia ingin belajar di luar kelas? "Cici, lu dikasih makan apa sama Mamih lu?" "Gue serius, Ra. Gue mau ikut kelompok belajar. Pokoknya mulai sekarang gue bakal fokus sama pembelajaran, sama minat gue di bidang olahraga. Gue akan berhenti sejenak dari bermain game online, tidur siang, dan juga online shopping." "Jangan lupa lu kebanyakan makan." "Iya, gue bener-bener mau berubah. Gue mau buktiin sama abang Galaxy, kalau gue ini adalah cewek yang paling berpotensi jadi istri dia." "Semalam lu teleponan sama dia?" Bahu Shuhua seketika lemas, menatap Aurora dengan sedihnya. "Aemalam gue teleponan sama si Abang, terus kita bahas tentang saham, potensi usaha, dia pakai bahasa bahasa yang enggak gue paham. Pas gue nanya dia malah ketawa, katanya gue gemes melebihi adik kandungnya sendiri. Gue kan gak mau dipandang adik terus, gue maunya jadi pasangan Abang." "Serah lu dah, tapi sekarang biarin gue tidur dulu. Nanti gue masukin lu ke dalam grup kelompok belajar. Tapi sekarang Tolong tinggalin gue tidur. Sendirian." **** Galaxy benar-benar disibukkan di Jepang. Terbukti ketika Shuhua tidak sengaja mendengarkan percakapan Maminya dan Mama sang Pujaan Hati. Di mana calon mertuanya itu mengatakan kalau anaknya disibukan oleh papanya sendiri, dengan tujuan agar dia saat lulus kuliah nantinya. Mau atau tidak, Galaxy akan menjadi penerus perusahaan Papahnya yang kini sedang berkembang pesat. Shuhua juga tidak ingin kekanak-kanakan. Dia ingin membuktikan kepada Galaxy kalau dirinya memang pantas bersanding dengan sosok tersebut. Satu bulan terasa menjadi satu tahun untuk suami. Dia masih sering muntah ketika merindukan Galaxy, tapi saat ini dia lebih sering mengalihkan perhatiannya pada belajar. Hidup dengan teratur tanpa ada main game, bermalas-malasan di atas ranjang, dan menghabiskan uang untuk shopping. Galaksi dan Mamanya telah mengeluarkan ultimatum yang tidak bisa dibantah, bahwa mereka menyukai sosok pintar untuk masuk ke dalam anggota keluarga mereka. Dan Shuhua akan menjadi orangnya. Namun, seringnya Shuhua ikut kelompok belajar membuatnya lebih dekat dengan Dewa. Bukan dekat sebagai pasangan, Tapi kini Shuhua lebih nyaman dengan Dewa sebagai sahabat. Bagaimana Dewa mengajarinya dengan penuh kesabaran, dan menjelaskan setiap rumus yang tidak dia pahami membuat hubungan mereka tidak se canggung dulu. "Cici, cepetan gabung. Udah dapat belum bukunya?" "Bentar, gue lagi ngirim pesan dulu," jawabnya pada salah satu teman dalam kelompok belajar. Saat ini Shuhua sedang berada di ujung perpustakaan, sambil mengetikkan pesan. "Abang, hari ini Cici belajar lagi. Kelompok belajarnya juga Mulai bertambah member, hari ini mereka ngundang salah satu dosen buat ngajarin mereka. Abis beres belajar, Cici juga mau main bentar sama yang lain. Ada Dewa juga di sana, tapi Abang jangan khawatir. Cici nurut sama Abang, enggak dekat-dekat amat. Dekat juga kalau ada pembahasan soal. Tapi seriusan, Cici jaga diri kok. Abang jaga kesehatan ya disana. Kalau udah ada waktu luang, jangan lupa telepon Cici. Udah mau satu bulan, Cici kangen tahu. Kemarin aja Cici muntah dua kali saking kangen ya sama Abang." Begitulah keseharian Shuhua, yang selalu mengiringi Galaxy pesan yang berisikan kesehariannya, dan juga pesan-pesan rindu. "Cici ih, ayo gabung sama yang lain. Itu dosennya udah datang, lu ngapain sih?" "Ngirim chat sama abang Galaxy. Udah terkirim, nggak tahu dibaca nggak tahu nggak." "Sama nyokap bokap gue juga jarang telponan, malah nggak pernah. Dia sibuk banget. Bokap gue bisa ngawasin Kak Galaxy lewat perkembangan perusahaan yang ada di sana. Jadi jangan khawatir, bukan cuma lu yang dikacangin." Setidaknya hal itu membuat Shuhua lega. Dia bergabung bersama yang lain. "Duduk disini, Ci," Panggil Dewa yang sudah menyediakan bangku untuk Shuhua. Membuat Aurora mendengus kesal. Sudah ditolak beberapa kali dan dianggap sahabat, tetap saja sosok itu dengan tulus berada disamping Shuhua. "Nanti kamu ikutkan jalan sama yang lain?" "Ikut kok. Tapi kayaknya nanti gue nebeng mobil lu ya, Aurora ada acara bentar sama pacarnya." Dan tentu saja hal itu membuat sosok Dewa; sang mantan ketua OSIS bahagia mendengarnya. Dia benar-benar bisa dekat dengan Shuhua, meskipun dalam status teman. ***** "Bentar lagi kita ujian praktek, kayaknya bakalan lebih sibuk dari ini. Udah ada planning buat kuliah nanti di mana?" Shuhua menggeleng. "Gak tahu, masih bingung. Tapi yang jelas gue sukanya di bidang olahraga, hobi dan keahlian gue di sana." "Jadi atlet aja, Ci, tertarik nggak?" "Kalau jadi atlet nya sih gue nggak tertarik. Yang gue bayangin itu di masa depan, gue bukan sebuah Gym sama kelas bela diri." "Berarti udah jelas dong di mana skill kamu. Berjiwa bisnis kepala kamu tuh, manfaatin hobi." "Tapi kalau buka Gym sama kelas beladiri, gue harus punya modal banyak. Bokap sama nyokap gue nggak bakalan mau bantu gue. Mereka bilang Mereka cuma mau bantu gue sekolah, habis beres sekolah gue harus mandiri." Terdiam mendengarkan keluh kesah Shuhua. "Ngumpulin dari sekarang, Ci, kalau emang itu bener-bener yang kamu mau ya harus diperjuangin." Sekedar percakapan Shuhua untuk mengalihkan kerinduannya terhadap Galaxy. Ternyata tidak seburuk itu bercerita pada Dewa, dia juga memiliki pemikiran yang mirip dengan Galaxy. Duh, Shuhua kan jadi ingat terus kalau otaknya terus memutar memori kebersamaannya dengan sosok pria itu. "Ini bener-bener kafe baru ya? Gila bangunannya gede amat." Shuhua menetap bangunan yang ada di depannya. "Di atasnya ada Villa, katanya di belakang sana juga ada permainan air, jadi makanya gede gini." Yang lain sudah datang lebih dulu. Mengingat Dewa menyetir dengan cukup lambat; demi mendengarkan keluh kesah Shuhua, Jadi mereka datang paling terakhir. "Loh Rara? Katanya ada acara dulu sama pacar lu, kok udah di sini aja sih? Gak jadi ya? Kenapa nggak bilang?" "Tenang dulu kenapa. Itu bibir atau terompet sih. Berisik amat." "Lu nggak jadi kan?" "Iya, laki gue Ada urusan katanya. Jadi gue langsung ke sini diantar sama sopir." "Nyebelin nih, nggak ngasih tau gue." "Kan lu juga udah ada di sini." Aurora mencoba mendorong tubuh suhu yang menghimpitnya, dan memberinya tatapan kesal. Sampai keduanya terdiam ketika Aurora mendapatkan sebuah telepon; panggilan internasional. Siapa yang memanggilnya? Mengingat nomor internasional kakaknya sudah ada di dalam kontak. "Lu duluan sana, sisain bangku buat gue. Ada telepon dulu." Aurora melangkah menjauh dari keramaian. Dia pikir telepon itu dari salah satu universitas di luar negeri yang sudah diincar. "Halo?" "Ra, Kamu lagi di mana?" "Kakak? Nomor baru apa gimana? Nomor yang dulu ke mana?" "Ada, cuma Kakak jarang buka. Soalnya banyak temen yang terus ngirim pesan, Jadi males." "Ih kok gitu sih!" Aurora tidak terima. "Si Cici tiap hari ngirim chat sama kakak. Anak orang jangan digituin." "Orang si Cici juga tahu kalau Kakak sibuk kan? Yaudah sih biarin aja." "Terus ini nelpon mau apain?" "Nanti kirimin file di laptop kakak yang ada di kamar. Nama file-nya Galaxy room. Via email ya." "Oke, tapi nanti kalo misa---" "Al! Airnya keluar, baju aku jadi basah." Seketika Aurora terdiam mendengar suara perempuan yang ada di seberang sana. "Itu siapa, Kak-" "Kakak tutup dulu teleponnya ya, jangan lupa kirim file." "Itu siapa?" "Alea, cewek yang kakak ceritain loh sama kamu. Yang Kakak suka itu." "Kok dia di Jepang?" Galaxy hanya tertawa kemudian berkata, "Doain biar Kakak pulang nanti langsung nikah sama dia." kemudian panggilan diputus oleh Galaxy.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN