Makanan Mahal

1302 Kata
“Cici ngapain?” tanya Galaxy ketika melihat Shuhua yang sibuk memainkan ponselnya. Tidak biasanya gadis itu mengcuhkannya, apalagi saat mereka sedang berdua di dalam mobil. Ah ya, ngomong ngomong Galaxy sudah diperbolehkan pulang hari ini. shuhua datang ke rumah sakit sepulang sekolah, dan membantu Galaxy berkemas kembali ke rumahnya. Bahkan saat ini Shuhua masih memakai seragamnya. “Ci, kamu ngapain? Chattingan sama si Dewa itu ya?” “Apasih, bukan. ini lagi liat liat semangka.” “Ngapain liat liat semangka?” “Kan Abang tau kalau Cici suka semangka,” jawab Shuhua menurunkan ponselnya, kemudian menyandarkan kepala di bahu Galaxy. Yang diterima oleh pria itu dengan senang hati, dia membuka tangannya dan memeluk Shuhua dari samping. “Pesen online, biar gak usah ninggalin Abang. Nanti makan sama sama yak.” Bukannya menjawab, Galaxy malah melihat ke arah rumah Shuhua, di depannya sudah terdapat mobil yang tidak asing. “Orangtua kamu udah pulang, Ci?” “Iya. Baru kok.” “Berhenti di sini, Pak,” ucap Galaxy pada sang supir. Mobil itu langsung berhenti di depan rumah Shuhua. Membuat gadis itu melebarkan matanya dan menatap Galaxy dengan terkejut. “Kenapa berhenti di sini, Bang?” “Kamu pulang dulu sana, nanti Mamih kamu khawatir. Kalau udah dapet izin baru boleh ke rumah Abang.” “Nanti yang bantu Abang jalan ke kamar siapa?” “Emang tadi yang bantu Abang jalan ke mobil siapa?” Shuhua hanya tertawa, sebenarnya Galaxy tidak perlu bantuan sama sekali. Kakinya luka, tapi masih bisa digunakan untuk berjalan. Itu hanya alasan agar Shuhua langsung pulang ke rumah Galaxy, kesempatan emas berduaan dan merawat Galaxy. Memperlihatkan pada pria itu kalau dirinya akan menjadi calon istri yang baik dan juga idaman. “Tapi…..” “Sana pulang dulu. Ganti baju dulu. Jangan gitu, maen juga ada waktunya.” “Cici mah serius sama Abang, gak maen maen,” ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya kesal, keluar dari mobil dan melangkah menuju rumah tanpa menghiraukan Galaxy yang memanggil Namanya. Bukannya marah pada Galaxy, Shuhua hanya malas menghadapi orangtuanya. Apalagi saat ini Mamihnya sedang berada di dalam rumah, menatapnya melewati jendela dengan tangan yang tersilang di d**a. Begitu masuk rumah, langsung disuguhi dengan pertanyaan, “Enak ya kalian pacarana mulu?” “Siapa yang pacarana ih,” ucap Shuhua mengerucutkan bibir. “Makannya jangan digantung mulu. yang jelas dong, kamu cewek tulen bukan? masa gak berani ungkapin perasaan.” “Ih Mamih, Cici udah bilang berapa kali. Tapi Abang Al gak peka peka, Cici butuh waktu.” Menatap anaknya yang sedang mengambil jus di dalam kulkas. Menuangkannya ke dalam gelas dan duduk di dipan Panjang yang menempel pada bagian bawah jendela. sementara Sang Mamih masih menatap anaknya dengan tatapan yang tajam. “Kamu itu harus focus dong, Ci. Buktiin dengan kasih yang terbaik, biar pas gak ada kamu, itu cowok bisa merasa kehilangan. Heran, Mamih aja dulu ngejar Papih kamu gak nyampe satu tahun tuh. Kamu yang udah mau 20 tahun apa kabar?” Bahkan ketika minum, Shuhua tidak tenang. Selalu saja dibandingkan dengan kehebatan Mamihnya di masa lalu, ingin sekali Shuhua datang ke masa itu dan beradu kehebatan dengan Mamihnya. Padahal kalau dilihat dari segi wajah, jelas Shuhua akan mengagungkan dirinya sendiri. “Papih kemana?” “Nganterin Nenek kamu. Lihat, Papih kamu nyampe bucin sama Mamih. Padahal lagi capek, tapi tetep nganterin mertuanya. Hebat kan Mamih? Bikin Papih kamu klepek klepekk.” “Mamih liat aja. Sebelum lulus SMA, Cici udah pacaran sama Bang Al.” “Jangan ngimpi, Suhu,” ejek sang Mamih sambil melangkah pergi dari sana. ****** Shuhua belum juga datang ke rumah Galaxy, dia hanya ditemani oleh Aurora yang kini sedang berada di atas kasurnya. Yang sedang meminta bantuan untuk mengerjakan soal. “Nanti lagi napa, Ra. Kakak capek.” “Itukan banyak makanan. Makan aja kalau capek.” Galaxy terkadang pusing dengan tingkah adiknya, dia persis seperti dengan Papahnya yang selalu memiliki sejuta alasan untuk bisa berduaan dengan Mamanya. Pasti ada saja jawaban yang dikeluarkan mulutnya. Yang Galaxy khawatirkan, apakah Shuhua marah padanya karena disuruh pulang? Tapi dia juga tidak ingin Shuhua dimarahi orangtuanya karena melupakan rumahnya. Tapi ini sudah setengah jam, Shuhua biasanya datang ke sini dalam hitungan detik setelah berganti pakaian. “Dia marah ya?” Meraih ponselnya dan mencoba menghubungi Shuhua, tapi tidak ada jawaban. Nomornya tidak aktif, pesanpun tidak terkirim. “Kemana sih itu anak?” “Kak, nomor ini pake rumus yang mana?” “Yang ini,” tunjuk Galaxy pada salah satu rumus yang tertulis di buku. Saat ponselnya berbunyi, Galaxy senang bukan main. Namun ternyata itu dari teman temannya, dia mengangkatnya dengan malas. “Hallo? Kenapa?” “……” “Yaudah ke sini aja. Jangan minta apa apa, gue males sediain. Yang ada aja.” “…..” “Oke.” Percakapan ringan, teman temannya akan menjenguk hari ini. mengingat kemarin mereka disibukan dengan presentasi dan ujian praktek, jadi baru bisa datang hari ini. Orangtuanya memiliki pusat bisnis di Indonesia dan juga Jepang. Dalam bidang property. 65% apartemen yang tersebar di seluruh Indonesia adalah milik orangtuanya. Kaya? Jelas, Galaxy bahkan bisa meminta apapun saat ini juga. Jika masih dibawah 1 triliun, Papahnya bilang itu masih terbilang murah. Namun memiliki Mama yang jelas sangat menghemat budget dan hidup dalam kesederhanaan, membuat Galaxy memiliki kedispilinan tinggi dalam memanajemen uang. Tapi kali ini, Galaxy akan berkorban sedikit. “Ra, panggilin si bibi dong.” “Oke. Udah beresk kok, makasih.” “Nanti ke sini lagi, kupasin buah.” “Ahhh, nyuruh Cici aja nanti. Atau sendiri. Rara kan ada les,” ucapnya sambil melangkah pergi keluar dari kamar Galaxy. Membuat pria itu menghela napasnya dalam, sampai akhirnya ada pelayan yang masuk ke sana. “Tuan Muda memanggil?” “Bi, tolong belikan semangka densuke ya, tiga biji cukup.” “Yang luarnya hitam, Tuan? Dari Jepang itu?” “Iya, pokoknya harus dapat hari ini.” “Baik, Tuan Muda.” Semangka Densuke adalah semangka termahal di dunia, yang memiliki cita rasa manis melebihi semangka biasanya. Warna kulitnya yang hitam seperti arang dan bagian dalamnya yang sangat merah. Harganya mencapai 6000 dollar atau sekitar 84 juta. Sekali sekali dia menghamburkan uang. Lagipula ini bukanlah tindak kejahatan, ini semua agar Shuhua tidak marah padanya. ***** “Hallo, Bi. Rara udah berangkat?” tanya Shuhua saat dia masuk ke dalam rumah istana itu. “Udah, Non. Barusan.” “Abang Galaxy dikamarnya?” “Iya, barusan tidur.” Tanpa bertanya apa apa lagi, Shuhua melangkah menuju lantai dua. Sambil menenteng sebuah kotak di tangannya. Dia tersenyum sepanjang perjalanan, sampai akhirnya mendapati pintu kamar sang pujaan hati. Membukanya perlahan dan kaget ketika mendapati Galaxy yang sedang mengusap bola hitam di atas Kasur. Ada tiga. “Ih, itu apaan?” tanya Shuhua kaget. Ternyata Galaxy tidak tidur sama sekali, malah memainkan bola hitam itu. “Abang itu apa?” “Kamu dari mana aja baru ke sini?” Shuhua terkekeh pelan dan duduk di atas ranjang. “Tadi ketiduran, terus Mama buat Sashimi dulu buat dibawa ke sini. Buat Abang makan, Cici suapin mau?” “Liat ini, Ci,” ucap Galaxy sambil memukul mukul semangka dansuke yang ada di depannya. PLAK! PLAK! PLAK! Suaranya terdengar nyaring. “Kedengeran enak kan?” Shuhua yang tidak paham dengan apa yang Galaxy lakukan itu hanya tertawa, sambil melihat bola yang tidak tau Namanya apa. “Itu apaan sih?” “Buat kamu.” “Eh, gak papa, Bang. Ih gak usah kasih ke Cici, buat Abang aja,” ucapnya menolak secara halus. Lagipula akan dia apakan benda itu? “Buat kamu. Emang gak mau? Ini semangka loh, Ci.” “Hah?! Semangka?” Shuhua kaget. Dia mencoba menghirup aromanya, tapi tidak ada aroma apapun. “Semangka mahal ini, Ci.” “Kok warnanya item sih, Bang? Apa semangkanya kena azab? Makannya jadi mahal?”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN