Belum dicoba Shuhua menuliskan semua rencana yang akan dilakukan untuk mendapatkan Galaxy, sosok itu malah akan pergi ke luar negara sebagai perintah dari Papanya untuk mulai pengelola perusahaan yang ada di Jepang. Dan yang Shuhua dengar, Galaxy akan berada di sana selama 3 bulan, bersamaan dengan liburan kuliahnya.
Namun hal itu malah membuat Shuhua semakin lemas, bernapas saja membuatnya tercekat. Dia terlihat lesu dan membuat teman-temannya bertanya.
"Si Cici nggak kenapa-napa kan? Atau dia kesurupan? Enggak biasanya dia diam kayak gitu."
Dan yang menjawab adalah Aurora. "Lagi galau, kangen rumah, mau PMS juga. Tolong jauhi dia dulu ya, lagi mode macan."
Dan saat ini mereka sedang berada di dalam kapal pesiar menuju sebuah pulau yang bahkan tidak ingin semua ketahui. Dirinya diam duduk menatap lautan lepas, berbeda dengan teman-temannya yang sibuk berfoto ataupun memakan makanan yang langka mereka temui.
"Ci, udah dong, Masa mau galau mulu. Berangkatnya juga belum. Lagian kakak gue kerja buat masa depannya juga, lu gak mau nanti punya suami yang banyak duit?"
"Ya mau, tapi kenapa Abang Galaxy enggak ngomong sama gue? Dia malah ngomong sama lu. Meskipun lu itu adiknya, tapi kalau dia sakit, ya gue yang turun tangan."
Karena kesal dengan Shuhua yang tidak bersemangat sama sekali, akhirnya Aurora mengirimkan pesan kepada Galaxy. "Kata abang gue nanti malam dia mau ke sini, buat ketemu sama lu."
"Tapi kan nanti kita ada di pulau, katanya kita nginep di sana buat bikin riset?"
"Lah kan lu tahu kalau keluarga gue punya banyak kapal pesiar di mana-mana."
"Oh iya." dan setelah itu senyuman Shuhua mengembang, dia kembali meraih ponselnya dan membalas pesan yang dikirimkan oleh Galaxy. Sebenarnya dari tadi pria itu mengiriminya pesan, Tapi saat ini suhua benar-benar sedang sensitive. Sepertinya dia akan segera datang bulan sehingga apapun yang dilakukan oleh orang lain, selalu salah di dalam matanya.
"Gue mau ke depan dulu Ambil makanan. Lu mau nggak?"
"Enggak, gue mau lihat pemandangan di sini."
"Gue nggak bakal kesini lagi soalnya, mau berduaan sama ayang mbeb."
"Ya udah sana," ucap Shuhua seolah mengusir.
Membuat Aurora mendengus kesal, tadi saja Shuhua memintanya untuk terus menemani, dan sekarang mengusirnya dengan begitu mudah.
Sendirian di dek belakang kapal, duduk menghadap lautan sambil memainkan ponsel. Dan harus terhenti karena Galaxy mengirimkan pesan kalau dirinya harus segera pergi. Meninggalkan Shuhua yang menikmati semilir angin dan juga riak ombak.
Sampai seseorang tiba-tiba menyodorkan s**u kotak padanya.
Di sana ada Dewa.
"Apa maksud ini?" tanya Shuhua, tapi dia tetap menerimanya.
"Aku enggak lihat kamu makan sama yang lain. Kenapa? Nggak enak badan?"
"Lu mah pikirannya gitu mulu ih. Emang lagi nggak mau makan. BTW makasih." Shuhua mulai menyedot s**u tersebut. Keningnya berkerut ketika Dewa tiba-tiba duduk di sampingnya. "Lu nggak ngawasin anak-anak lain? Kok malah duduk di sini?"
"Panitia yang lain kan juga banyak. Lagian yang bertanggung jawab di sini bukan aku, tapi para guru. Aku cuma bantu doang, Ya kali aku nggak dikasih kesempatan buat Santai kayak gini."
Canggung, Shuhua merasakannya. Tapi dia mencoba untuk mengalihkan pikiran dengan memikirkan Galaxy; masa depannya yang sangat dia cintai.
"Kamu suka ya sama kakaknya Aurora?"
"Nah kan lu udah tahu itu. Jadi kalau udah tahu, Please jangan suka lagi sama gue. Nanti lu malah sakit hati."
"Enggak kok."
"Enggak apa?"
"Kalau aku nggak bisa jadi pasangan kamu, ijinin aku buat jadi sahabat kamu."
"Tapi gue udah punya Aurora buat dijadiin sahabat."
"Tapi Aurora kan udah punya pacar, dia enggak bisa selamanya ada di sekitar kamu dan on-time ada saat kamu butuh."
Shuhua menoleh pada Dewa yang ngasih memperlihatkan raut wajah permohonan. "jangan bikin canggung please, kita satu kelas satu tahun. Jangan bikin gue minta pindah sana wali kelas gue."
"kamu canggung ya?" Dewa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Seenggaknya kamu Janji deh kalau ada apa-apa, jangan sungkan buat minta bantuan sama aku."
"Minta tolong kerjain PR boleh? Sama remedial ulangan?"
Dewa diam, mengalihkan pandangan kemudian menghembuskan nafas kasar. Kenapa dia bisa suka ya sama Shuhua? Padahal banyak sekali perempuan yang mengantri menjadi pacarnya, tapi dia malah melabuhkan hatinya pada sosok yang sekarang sedang mengguncang tubuhnya sambil bertanya, "Bisa nggak nih? Masa bantuannya enggak fleksibel. Pr gue numpuk loh. Rara gak mau bantuin gue, katanya gue terlalu bodoh buat memahami semua itu.
***
Shuhua pikir malam ini akan menjadi malam yang paling membosankan untuknya mengingat dia tidak tidur di hotel. Tetapi pada kenyataannya dia tidur di sebuah kapal pesiar, yang menepi di sebuah pulau dan menciptakan pesta di sana. Ternyata, malam ini mereka akan menginap di dalam kapal pesiar sambil mengamati bintang di angkasa sebelumnya.
Duduk mengelilingi api unggun di pinggir pantai, dengan seseorang yang menjelaskan tentang fenomena alam yang ada di atas sana.
Shuhua tidak terlalu mendengarkan, dia terus menguap berulang kali. Bahkan menyandarkan kepalanya pada bahu Aurora. "Gue ngantuk, gue mau minggat dari sini."
"Diem dulu kenapa, Ci. Jangan bikin gue malu."
"Kok lu malu sih? Biasanya juga kagak."
"Gebetan gue khawatir gue ketularan lu yang males, dia bahkan nanya sama gue apa satu-satunya sahabat yang gue punya itu cuma lu."
"Ah bangsa itu cowok, masa ngritik lewat sahabat sendiri."
"Jangan marah, Ci. Makanya lu jadi orang jangan malesan, duduk yang tegak."
"Abang Galaxy Kapan mau ke sininya?" karena sedari tadi subuh tidak mendapatkan kabar apapun, Galaxy bilang dirinya disibukkan dengan telepon berulang kali dari Papanya yang ada di Jakarta. Sepertinya mereka mengalami beberapa kendala, sehingga harus melibatkan Galaxy di dalamnya. "Beneran ya si Abang mau berangkat besok?"
"Gak tahu, jangan ngomong dulu. Gue lagi dengerin penjelasan itu guru."
Namun Shuhua tetaplah Shuhua, dia terus berbicara hingga membuat Aurora kesal dan menjitak kepalanya.
"Anjir sakit!" teriaknya membuat keheningan di sana.
"Shuhua!" kini beralih menjadi Sang Guru yang berteriak, sepertinya sosok ibu akan mengeluarkan ultimatum yang sebentar lagi membuat Shuhua akan meminta ampun.
Namun amarah guru itu terhenti ketika dia mendengar suara Deru helikopter yang begitu keras, dan mendarat di atas kapal pesiar. Mereka semua menatap ke arah helikopter tersebut; melupakan Shuhua yang sebelumnya membuat kesalahan.
Dari helikopter tersebut keluar 3 sosok pria yang berbicara dengan Sang Kapten kapal pesiar. Kemudian salah seorang guru mendekati guru lainnya; yang sebelumnya menjelaskan tentang fenomena alam yang ada di angkasa.
Kini tatapan kedua guru itu terpaku pada Shuhua yang kaget. "Shuhua, sini kamu."
Menelan salivanya kasar, Shuhua bukanlah anak yang kabur dari permasalahan. Dia membuat kesalahan dan akan bertanggung jawab karenanya. Melangkah mendekat dengan berani kemudian bertanya, "Ada apa, Bu? Ada yang bisa saya bantu?"
"Naik ke kapal pesiar, ada yang nyari kamu."
Dan saat itu juga semua sudah paham kalau sosok yang mencarinya adalah Galaxy. Karena saat ini dia segera berlari ke arah kapal pesiar. Gila, Galaxy datang ke sini menggunakan helikopter, membuat fokus semua orang terpaku pada kedatangannya.
"Abang?!" teriak Shuhua membuka pintu yang sebelumnya ditunjukkan oleh Sang Guru.
Benar saja, di sana ada galaksi yang sedang menunggunya. Merentangkan tangannya dan membiarkan Shuhua melompat ke arahnya. Berpelukan, lebih tepatnya Galaxy menggendong Shuhua yang melingkar pada tubuhnya layaknya koala.
"Abang jangan pergi," ucapnya dengan manja. "Mana 3 bulan lagi, nanti Cici kalau sekarat gimana?"
Dan tanpa rasa ragu, Galaxy mencium Puncak kepala Shuhua dan membawanya duduk di sofa, dengan posisi Shuhua yang masih berada di dalam gendongannya. "Kamu kan sebentar lagi ujian nasional. Fokus itu dulu. Kalau nanti nilainya gede, Abang kasih kamu hadiah."
"Hadiah apa?"
"Kamu maunya apa. Bilang aja sama Abang, pasti abang kabulin apapun itu."
Saat itulah Shuhua menyeringai, kesempatan ini tidak boleh disia-siakan bukan?
"Janji ya, kalau Cici nilainya bagus nanti Cici boleh minta apapun."
"Gampang itu mah, Ci," ucap Galaxy kemudian membubuhkan kecupan di pipi Shuhua. "Gemes banget sih kamu."
"Tuh kan baru nyadar kalau Cici gemes, gak mau ubah status gitu Jadi pacaran?"
"Kamu itu adik kesayangan abang,"jawab Galaxy seperti biasanya. Dia menarik Shuhua ke dalam pelukan, dan menggoyang-goyangkan tubuh mereka. Galaksi menahan rasa gemasnya, sementara Shuhua tidak berhenti bertanya dengan sebuah kalimat, "Abang masih nganggep Cici adek?"
"Iya, kamu bakalan tetap jadi adik kesayangan abang."