Sudah hitungan hari Rana tak ada kabarnya. Dia pergi meninggalkan Mbah seorang diri. Menanti dalam balutan kerinduan. Bayangan wajah Rana menari-nari dalam ingatan si Mbah. Menjelma dalam rasa yang kian membelenggunya. Kini si Mbah kembali menitikkan air matanya. Bola mata itu pun selalu basah. Rana yang amat dicintainya tak kunjung pulang. harapan dalam hidup si Mbah hanya untuk bersama Rana. Tak ada yang membuatnya bahagia selain bisa bersama dengan cucunya. Malam ini, rembulan yang berpijak dengan indah cahayanya seolah tak memberikan ketentraman jiwa bagi si Mbah. Dia yang memandang jauh dengan tatapan penuh harap. Tak ada yang bisa dilakukan si Mbah selain menunggu. Kondisi kesehatannya pun sedikit tak baik. Si Mbah kadang lupa mengisi perutnya jika ingatannya telah penuh akan