Mata Rana berputar. Bibirnya masih tertutup rapat. Melihat bu Lasmi yang tak pernah diam mengejeknya. Bualan itu menjadi beban teramat berat baginya. Di sampingnya laki-laki yang teramat dicintainya. Menggandeng tangan Rana begitu erat. Tapi wajah Bu Lasmi sama sekali tak menunjukkan sikap baik. Berdiri dengan hati hancur. Cacian semakin lama semakin merambat tanpa diminta. Rana tak bisa membaca peletnya. Setiap dia mendengar celotehan Bu Lasmi seakan seperti kalimat tanpa koma. Dia hanya bisa menatap diam sembari tangannya tak bisa terlepas dari Bowo. “Ma, ijinkan kami masuk, ya” ucap Bowo. “Apa kamu bilang? Wanita ini haram masuk rumah kita, mengerti kamu!!!” “Ma, Rana ini calon istri Bowo, jadi dia juga calon menantu Mama” Bu Lasmi secepat kilat meludah, seakan untuk memberitahu p