Semua mata beradu, menatap seperti gemuruh yang akan berperang. Menerabas kegundahan hati si Mbah yang tak bisa dibohongi. Berdiri dengan rasa yang sangat mengecam hati. Bowo, Rana dan Si Mbah berdiri bersama. saling beradu pandang. Rana dengan berat hati menegur si Mbah, menatap penuh keraguan. “Kenapa Mbah minta mas Bowo untuk pulang?” tanya Rana. “Tidak apa-apa,” jawab si Mbah singkat. Setelah berkata demikian si Mbah bertandang dari ruang tamu. Menuju dapur dan menunduk meninggalkan Bowo dan Rana. Si Mbah tetap dengan rasa yang tak mudah untuk diungkapkannya. “Rana, aku pulang dulu ya...” “Iya, Mas” Rana mengantar Bowo sampai di depan mobilnya. Lambaian tangan itu mengiringi, senyum yang perlahan hilang dari pandangan. Bowo berlalu. Si Mbah buru-buru menyeka air matanya. Saat Ra