Bias ketakutan membara. Bersatu dalam rerintihan hujan yang baru saja membasahi bumi. Rana masih saja bertanya-tanya. Tangan yang memegang bahunya kini tengah menghiasi kegundahan jiwanya. Dengan terpaksa Rana pun menoleh ke belakang. Betapa terkejut, diiringi rasa takut yang kembali mencekiknya. Rana tak bisa berkata apa-apa lagi. “Pak sopir, kiri” Rana terdiam dan menurut saja apa yang dikatakan laki-laki yang dikenalnya itu. Mereka berdua segera turun dari angkot. Tak lama angkot itu pun kembali melaju. Rana terduduk kaku, di sebuah kursi panjang yang berada di taman. “Kamu harus terima hukuman karena mencoba kabur, ngerti!!” Mata Rana kembali basah. Harapan yang digantungkan untuk bisa diwujudkan. Kini patah. Seperti ranting yang terkena angin dan jatuh tak berguna. Laki-laki berto