Dari jauh, si Mbah memang seperti melihat Rana. Rana yang masih berdiri itu pun merasa bingung. Dia berdiri seperti patung yang tak bisa berjalan. Pikirannya mencari-cari jalan keluar. Rana tak bisa diam saja. Si Mbah tak boleh melihatnya, karena jika si Mbah melihat Rana, pasti dia akan mengajaknya pulang. Rana tak mau itu terjadi sebelum dia bisa mendapatkan mantranya kembali. Tak ada pilihan lain. Rana segera membalikkan badannya dan berlari secepat mungkin. Dari jauh si Mbah menerka-nerka. Batinnya berkata bahwa yang dilihat tadi adalah cucunya. Tapi kini sekelibat si Mbah tak melihat siapa pun lagi. Rasa rindu merongrong jiwanya. Baru tiga hari serasa tiga tahun lamanya. Jauh dari Rana adalah musibah bagi si Mbah. “Mungkin aku salah lihat,” kata si Mbah. Si Mbah ke