Part 45 – Bertapa

1780 Kata

    Penolakan  kembali Rana rasakan. Cinta kini telah melukai hatinya. Mengiris seluruh jiwa raganya. Seolah kehidupan ini pun tak ada artinya. Memandang wajahnya di cermin. Ditamparnya begitu sangat keras. Dia merasa menyesal, dilahirkan buruk rupa dengan mata julingnya itu. Tak ada cinta tulus yang dapat diraihnya. Banyak laki-laki yang mencemooh bahkan tak segan untuk bersikap kasar padanya. Termasuk hari itu saat dia pulang dari rumah sakit. Sekelompok laki-laki kampung kembali mencerca kondisi wajahnya. Cedera mata itu pun menjadi topik utama untuk membuat dirinya merasa rendah diri.     Pikiran Rana sedang tidak stabil. Dilihatnya si Mbah sudah semakin membaik kondisinya. Rana merencanakan sesuatu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Mendekat ke arah si Mbah yang tengah duduk m

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN