Assalamualaikum teman ?
Jangan lupa follow akun penulis dan subscribe cerita-ceritanya ya. Biar nggak ketinggalan cerita selanjutnya. Tap ❤️ dan komenya trimakasih banyak ya teman. Yuk lanjut baca. ☺️
****
"Mba! Mba Lisna! Buruan udah siang."
Danar, Lisna dan bulek Tati menoleh ke arah sumber suara.
"Assalamualaikum!" Lisna merebut tasnya dari tangan Danar dan berlari ke sumber suara yang ternyata adalah Rahmah.
"Santai mba jangan lari-lari!" Rahmah tertawa.
"Cepet mah." Lisna menepuk pundak Rahmah dan langsung naik ke atas boncengan motor Rahmah.
"Ada apa mba?" Rahmah menstarter motornya dan melakukannya dengan cepat.
"Nanti aja dikantor tanyanya. Sekarang ngebut." Lisna berkata ditelinga Rahmah dan memegang erat pinggang Rahmah.
"Jangan mesra-mesra geh mba. Hihihi" Rahmah menggoda Lisna.
"Ish urgent malah becanda!" Lisna menjitak Kepala Rahmah.
"Hahahaa, habisnya mesra banget peganganya pinggang lho." Rahmah masih fokus dengan motornya
"Kamu baik-baik saja mba?"
"Aku masih waras mah. Belum gila."
"Itu tadi kenapa pake ada acara kejar-kejaran begitu. Mba Lisna lagi main sama mas Danar." Rahmah menyandarkan tubuhnya ke Lisna.
"Ish, fokus itu jalan. Awas ada joglangan." Lisna mencubit pinggang Rahmah.
"Ihihihi, udah tua juga masih kejar-kejaran."
"Apa si mah. Nggak lucu tau!" Lisna mentoyor kepala Rahmah.
"Mampir nasi uduk ya mah. Aku belum sarapan." Lisna menunjuk warung nasi uduk yg ada didepan gang.
"Nggak masak lagi mba?" Rahmah membelokan motornya ke warung nasi uduk. Menyetandarkan motornya. Membiarkan Lisna turun untuk membeli nasi uduk.
"Kamu mau nggak mah?" Lisna menatap Rahmah dan menunjuk pada tempe goreng yang sedang digoreng eh mba bakulnya.
"Maulah, tahu bakwan jangan ditinggal. Nanti buat ngemil. Itu yang dietalase jangan lupa." Rahmah menunjuk bungkusan lanting dan keripik singkong yang ada dietalase warung.
"Ish boros. Semuanya aja sekalian. Mba bakul sekalian bawa ya." Lisna tertawa sambil tangannya memasukan tahu, tempe dan bakwan ke dalam kantong plastik yang disediakan mba bakul.
"Nggak ada combro ya mba?" Lisna bertanya pada mba bakul nasi uduk.
"Nggak bikin mba, singkongnya susah carinya. Sekali ada harganya mahal. Bingung mau jual berapa. Dibuat kecil, nggak pantes dijual. Hehe." Mba bakul nasi uduk dengan cekatan memasukan bungkusan nasi uduk ke dalam kantong plastik.
"Berapa mba semuanya?" Lisna bertanya dan mengambil bungkusan yang telah selesai dibungkus tadi.
"Gorenganya berapa mba?" Mba bakul bertanya lagi sambil menghitung jumlah gorengan yang dimasukan Lisna ke kantong plastik.
"Delapan belas biji itu semua tadi mba." Lisna memastikan jumlahnya.
"Gorenganya lima belas ribu aja, nasi uduknya sepuluh ribu. Jadi total dua puluh lima ribu mba."
"Nih mba." Lisna menyerahkan uang pas kepada penjual nasi uduk.
"Trimakasih mba?" Mba bakul menerima uang dari Lisna."
"Iya mba sama-sama."
"Yuk." Lisna naik ke atas motor Rahmah. Dan memangku bungkusan nasi uduk beserta gorenganya.
"Mba nanti kita ke kantor pusat lho. Jadi pulang male. Kayaknya." Rahmah melajukan motornya.
"Bagus deh. Nginep aja kita Dikantor pusat mah. apa minta mutasi yuk. Kita kerja dipusat aja." Lisna menatap jalanan yang mulai rame.
"Kenapa mba? Mba Lisna udah nggak betah dikantor cabang? Apa gajinya kurang ya mba dikantor cabang?" Rahmah bingung dengan sikap Lisna yang tiba-tiba ingin pindah kantor itu.
"Bukan sih, bukan itu masalahnya. Biar jauh aja. Biar ada yang ngangenin gitu." Lisna menerawang awan yang tidak hitam diatas langit.
"Pagi ini mba, nggak akan nemu bintang dilangit." Rahmah menggoda Lisna yang sepertinya sedang memiliki masalah berat.
"Nyari bintang di seragam polisi sama TNI aja lah yang jelas bisa dipegang mah." Lisna menyubit pinggang Rahmah.
"Iyyakah?? Nanti kita telfon ya yang punya bintang dipundak itu." Lisna menggoyang-goyangkan badanya. Membuat motor yang ditumpangi mereka sedikit goyang-goyang juga.
"Hahaha lagi kerja bintangnya girls." Lisna menepuk pundak Rahmah.
"Nyesel ya mba nggak Nerima yang punya bintang aja?"Rahmah memelankan suaranya. Sedikit melirik Lisna yang tiba-tiba terdiam.
"Apaan sih mah." Lisna menatap awan yang seakan mengejar mereka berjalan.
'andika, mungkin kalau saja aku memilih dia' bathin Lisna terasa pedih.
"Jangan nglamun mba, nanti jatuh itu nasi uduk. Nggak jadi sarapan deh. Hahaha!" Rahmah membuyarkan lamunan Lisna yang belum jadi melamun.
"Berhenti!" Tintintin
Ada yang mengklakson motor Rahmah dan mencoba menyalip motor Rahmah. Lalu berhenti didepan motor Rahmah. Membuat Rahmah mengerem mendadak. Dan, gabruk!!
"Allohu Akbar!"
**Apa yang terjadi? Dan siapa yang meneriaki mereka untuk berhenti?
Jangan lupa tap ❤️ komen n subscribe ya teman-teman. Terimakasih sudah membaca cerita saya. ❤️??