Mengenal Keluarga Pasangan
Bab 1
Mengenal keaslian sosok suami dan keluarganya.
"Lisna kita pergi lebih pagi saja ya, biar enggak macet" kata sosok tinggi tegap yang baru sepekan lalu mengesahkan Lisna sebagai istrinya di depan penghulu.
"iya mas, sebentar lagi Lisna siap. Kita sarapan dulu ya." jawab Lisna sambil merapikan kerudungnya. Setelah rapi Lisna menyiapkan sarapan di atas balai. Mereka menikmati makanan mereka dengan tenang.
Setelah selesai mereka pergi ke kantor Danar yang berada di kabupaten. Perjalanan mereka sekitar dua jam dengan menggunakan kendaraan roda dua. karna hari ini tanggal gajian, Danar membawa serta Lisna sekalian mengenalkan kepada rekan-rekannya dikantor.
Semua proses tanda tangan dan lain-lain selesai. Dan mereka pun pulang. Hati Lisna begitu gembira karena membayangkan akan memegang uang dari suami tercinta untuk pertama kali setelah status lajangnya berubah menjadi seorang istri. Sambil memikirkan apa saja yang akan Lisna lakukan dengan uang-uang itu. Bagaimana cara mengolahnya nanti. Ah.. Lisna berkhayal sendiri dalam hati. Biarlah nanti mengalir sendiri, ia hanya ingin menjadi istri Sholehah. Itu yang tersemat di dalam hati dan otaknya saat ini.
Setelah hampir sembilan puluh menit berkendara akhirnya sampai juga mereka. Saking sibuknya dengan angan dan khayalan, Lisna tak menyadari kalau rumah yang dituju bukan gubuk tempat mereka tinggal. Tapi rumah mertuanya Lisna atau rumah orang tua Danar.
"Kok ke rumah mamak mas?" Tanya Lisna pada Danar suaminya.
"Iya, kan duitnya dibagi dulu." Jawab pak suami enteng.
"Hah?" Lisna terbengong. Maksudnya apa. Kok dibagi. Belum jadi Lisna bertanya, suaminya sudah masuk saja ke dalam rumah ibunya itu. Lisna pun mengekor di belakang Danar, mengikuti ke mana suaminya melangkah.
"Assalamualaikum." Lisna masuk dengan salam dan senyuman.
"Waalaikumussalam." mama mertua datang dari kantin belakang dan menyalami Lisna. Sebagai menantu yang baik Lisna pun mencium punggung tangan mertuanya takdim. Ia memilih duduk di kursi, dekat suaminya.
Beberapa menit kemudian semua berkumpul. Ada adik bungsu dari pak suami namanya Ruli dia masih SMA kelas 12. Semester genap. Sebentar lagi akan ujian kelulusan. Papa mertua tak hadir. Karna beliau bekerja sebagai sopir angkot, jadi jarang sekali berada di rumah.
Setelah obrolan kosong beberapa menit. Akhirnya mas Danar membuka kalimatnya sambil mengeluarkan uang sebanyak tujuh juta lima ratus ribu rupiah dari tasnya.
"Ma, ini uangnya di hitung dulu, silakan di bagi." Sambil menyerahkan semua gajinya itu ke ibunya.
Lisna terbengong, dengan apa yang ia lihat di depan matanya itu. Peraturan macam apa ini? Kenapa justru ibunya yang mendapat gaji suaminya, sementara kini status mereka jelas sudah menikah. Batin Lisna berkecamuk, berbagai macam pertanyaan muncul dalam benaknya. Beginilah pernikahan? Mengapa tak seperti yang ia pelajari dan ia paham selama ini.
Ia hanya mengira-kira, apa ini kenyataan yang belum ia tahu, atau mereka yang belum paham hakikat nafkah itu apa. Dalam kebingungannya ia terus mengikuti alur yang sedang ia tonton. Mencari fakta yang ingin ia jabarkan satu persatu.
Ibunya tersenyum lalu mengambil uang tersebut dalam genggamannya. Dan mulai menghitung dan membagi sesuai keinginannya. Tak masuk akal bagi Lisna, namun benar bagi mereka.
"Satu juta lima ratus mama yang pegang. Ini yang tiga juta buat persiapan adikmu kuliah, yang satu juta lima ratus lagi buat pegangan adikmu. Nah ini sisanya buat persiapan kandang lagi.” sambil menyerahkan sisa uang sebesar satu juta lima ratus lagi ke suami Lisna si Danar.
Danar pun menerima uang tersebut dan menyerahkan pada Lisna.
Masih dengan terbengong-bengong Lisna menatap uang yang kini ada di pangkuannya. Ia tak menyentuh sama sekali lembaran-lembaran berwarna biru yang berserakan itu. Ia hanya menatap penuh kebingungan.
'Subhanallah' batin Lisna perih, menatap sekeliling yang tersenyum bahagia. Hanya perasaannya yang di hujani berjuta tanya tanpa jawab.
"Ambil Lisna, jangan cuman di lihat begitu." Kata Danar menarik tangan Lisna dan meletakan uang itu di tangan Lisna.
Lisna yang masih bingung itu hanya menatap nanar penuh tanya pada wajah suaminya.
Belum juga memasukkan uang itu. Tiba-tiba adik perempuan Danar si Aini yang ternyata tertidur dikamar masuk dan berkata.
"Bagian aku mana mas?” katanya singkat, dan tangannya mengayun langsung merebut lembaran-lembaran yang tergenggam tangan Lisna.
???
★★bersambung