Bastian tertawa terbahak-bahak hingga suaranya memenuhi ruangan penthouse hotel itu.
“Kau sepertinya terlalu percaya diri jika usahamu akan berhasil?” Tatap Bastian dengan senyum sinis.
“Kita tidak akan pernah tau, sebelum mencobanya, Tuanku…” goda Shania lagi
“ Kalau usahamu malam ini berhasil, dan kau mampu membuatku satu jam saja melupakan wanita iblis itu, maka aku akan membayarmu dua kali lipat….” Jawabnya dengan suara dingin dan nada tegas, sorot matanya menghujam hingga ke jantung.
“Tapi, jiika kau gagal. Maka, aku hanya akan membayar senilai yang kau sebutkan tadi malam. Anggap saja kau membayar denda padaku, bagaimana?” Tantang Bastian dengan senyum senang. Dia merasa malam ini benar-benar bisa bermain-main setelah sekian lama malam nya terlalu datar dengan malam-malam membosankan dan teringat akan kekasih yang telah menyakitinya.
“Tidak masalah, Tuanku. Bayaran yang aku butuhkan hanyalah empat ratus juta rupiah, cash. Dan aku sudah mendapatkannya. Jadi, tidak masalah bagiku jika kau berniat mengambil sisanya. Dan kau juga tak perlu memberikan tambahan uang padaku, hanya karena aku mampu membuatmu terlena saat bersamaku…” senyum manis wanita cantik itu sedikit mampu membuat Bastian tertarik.
“Kau terlihat begitu percaya diri, sepertinya?” Bastian terkekeh mengejek.
“Bagaimana jika kita malam ini memulai dengan bermain-main air, tuanku akan menyukainya…” sekilas Shania seperti wanita panggilan profesional. Dia mengulurkan tangannya dengan penuh pesona, mungkin karena mabuk berat, Bastian yang biasanya kasar pada wanita selain Rissa, kini melunak dan menurut ajakan Shania.
Shania mengajak pria muda bau kencur itu menuju kolam mini di dalam penthouse hotel yang merupakan fasilitas khusus untuk keluarga Livingston yang ingin menikmati waktu istirahat di hotel mewah kota Jakarta.
Shania dengan sigap membuka pakaian milik sang bocah ingusan itu. Tapi dengan sigap pria itu meskipun mabuk, dia mencekal tangan Shania.
“Beraninya kau menyentuhku!!” Hardiknya membuat Shania kehilangan akal menghadapi ria di hadapannya.
‘Astaga…aku harus bagaimana? Ternyata menjadi pelacvrpun sulit…’
“Tidak bermaksud lancang, Tuanku. Tapi, ini adalah malam special. Izinkan saya untuk menjadi b***k anda malam ini, Tuanku…” suara manis penuh bujuk rayu milik Shania, akhirnya bisa meluluhkan kerasnya hati Bastian dan emosiya malam ini. Mereka bahkan menikmati malam itu di kolam renang.
“Kau ternyata memang sangat profesional. Tidak sia-sia aku menghabiskan uang untukmu malam ini…” bisiknya dan di sambut tawa cekikikan Shania. Rasa putus asa Shania membuatnya menjadi seperti ini.
Putus asa karena terus menerus di teror penagih hutang, membuatnya putus asa. Terlebih tenggat waktu yang di berikan sang lintah darat itu serta ancaman yang di lontarkan. Jika dirinya tidak berhasil membayar seluruh hutang ibunya, maka dirinya harus bersedia menjadi istri ke dua belas. Pria tua yang menjijikkan dan tersiar kabar bahwa, sang lintah darat adalah pelaku KDRT.
“Apapun akan aku lakukan demi uang, malam ini, Tuanku…” bisik Shania dengan tawa terkekeh.
“Aww! Tangan nakalmu ternyata tidak sabar untuk meremas bokongku…” kalimat-kalimat nakal membuat Bastian tak lagi kuasa menahan dirinya. Hingga dengan segera dia mengangkat tubvh indah milik Andara Shania Maheswari ke atas ranjang.
Suasana semakin memanas, manakala desahan demi desahan saling bersahut.
“Kau…benar-benar membuatku mabuk kepayang karenamu…” bisik bocah ingusan itu lagi.
“Walau Tuanku mabuk kepayang, tolong jangan lupakan tugas tuanku untuk bermain-main ke sini…” bisiknya dengan nakal, sembari menuntut tangan sang pria muda itu ke atas pegunungan kembar nan indah.
“Ohhhh! Kau nakal!” Kekeh Bastian lagi.
Dan karena rasa tak sabar, akhirnya mereka berpacu menikmati panasnya malam ini. “Heii…kenapa sulit sekali aku masuk? Apakah karena aku sedang mabuk?” Gumam Bastian ketika mencoba menembus benteng pertahanan wanita bayarannya. Tapi, karena kesulitan itu, justu membuatnya terpacu.
“Apakah kau masih Virgin?” Tanyanya, dan dengan anggukan wanita itu menjawab.
“Benar sekali, Tuan. Anda adalah pria istimewa, dan menikmati malam bersama anda sangat membuat saya bangga…” bisik Shania denagn tangan yang terus berselancar, hingga membuat Bastian semaki tak terkontrol.
“s**t! Apakah ini mimpi? Aku bahkan mendapatkan gadis perawan…” ucapnya sembari terus berjuang menembus benteng pertahanan lawan. Hingga lenguhan panjang yang terucap dari bibirnya. “Ohh! May God! Its amazing taste! s**t!”
“Ahh!! Yessss!!” Bastian semakin brutal manakala dia berhasil merohkan benteng pertahanan lawan, sedangkan Shania terlihat tersenyum dengan tetesan air mata.
‘Aku tahu, aku salah, Tuhan. Tapi, hanya ini keajaiban yang bisa membantuku dari kubangan lumpur yang akan aku lewati. Maafkan aku, Tuhan…’
Bisiknya, sembari menggigit bibir bawahnya karena menahan sakit yang luar biasa, bahkan sampai ke ulu hati, dan rasanya dia ingin menjerit sekuat-kuatnya keringat dingin membanjiri keduanya. Nafasnya mulai tersengal-sengal, dunianya mulai gelap, hingga dia tersadar, suara desahan pria muda itu.
“Ahhh! Yess…aku berhasil…aku sampai…”
Seiring dengan teriakannya, pria muda itu terbaring di samping wanita itu, dan menoleh sejenak. “Good Girl! Aku akan memberikan mu bonus. Katakan saja apa yang kau inginkan, maka malam ini aku akan mengabulkannya…” ucapnya di sela-sela nafasnya yang mulai naik turun tak karuan.
“Tidak, Tuan. Aku sudah cukup…” jawab Shania lagi dengan cepat.
“Katakan saja, aku sepertinya tidak sanggup untuk membuka mata. Yang baru saja terjadi adalah hal yang luar biasa. Dan kau bisa mengatakan permintaanmu esok pagi. Aku akan mengabulkan semua permintaanmu, seperti janjiku…” bisiknya lalu dia terkapar hingga hanya suara dengkuran yang terdengar.
Ya, pria muda itu tertidur dengan terlentang. Shania menoleh sejenak dan memperhatikan wajah tampan yang tengah tertidur pulas.
“Akhirnya aku melepas mahkotaku, untuk p****************g sepertimu. Semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi selamanya. Tapi, aku harus menyimpan foromu, agar aku tahu dan bisa menghindarimu semampuku…” bisiknya lagi, lalu dia meraih ponsel pada tas yang ada di samping nakas tempat tidur.
Dia mengambil beberapa pose gambar keduanya dengan mengusap air mata. “Bahkan wanita hina sepertiku masih memiliki rasa malu, tidak seharusnya aku melakukan ini…” Shania menelan ludahnya sejenak, lalu menyimpan kembali ponselnya setelah mengambil beberapa gambar dirinya dan Bastian.
Shania menarik nafasnya perlahan, lalu melirik jam pada dinding kamar mewah itu. Matanya terbelalak, lalu dia bangkit berdiri dan menuju kamar mandi. Dia membasuh tubuhnya, lalu mengeringkannya.
“Jam cepet banget, udah subuh aja. Segila itukah kami?”
Setelah mengganti pakaiannya, dia mendekat ke arah papper bag berisi tumpukan uang. Shania menghitung gepokan uang itu dan mengambil sepertlunya seperti permintaannya di awal yaitu senilai empat ratus juta rupiah.
Dia menaruh uang sisa di atas meja dan kemudian dia melangkah menuju pintu. Sejenak dia menoleh dan kemudian dia meraih tissue dan pena yang ada di atas meja.
“Tuanku, semoga saya tidak mengecewakan anda. Dan malam ini anda merasa puas dengan pelayanan saya. Sesuai perjanjian di awal, saya mengambil senilai yang saya butuhkan saja. Semoga Tuanku sehat selalu, dan menghasilkan uang yang banyak. Terimakasih.