Tawaran Ranjang
“Tidur denganku malam ini, aku akan mengabulkan semua permintaanmu.”
***
Malam itu, di sebuah night club milik Livingston Group, terlihat seorang wanita menari dengan sangat atraktif di dance floor, sesekali dia menepis halus tangan pria yang mencoba merengkuhnya, dia mengabaikan pria-pria yang tertarik dengan tariannya malam itu.
“Siapa wanita itu? Aku baru melihatnya malam ini?” Pria muda itu mengalihkan pandangannya dari wanita yang sedang berjoget, kepada pria bertubuh tinggi besar yang berdiri di sampingnya.
“Apakah tuan menginginkan-nya?”
“Sepertinya akan menarik jika aku menghabiskan malam ini dengannya…” pria muda itu menyunggingkan senyum misterius. “Malam ini sangat membosankan bagiku, dan aku ingin bersenang-senang dengannya…”
“Jika memang tuan menginginkan, kami akan membuatnya menjadi milik anda, Tuan.” Tegas pria berbadan tinggi besar dengan tato memenuhi lengannya.
“No-no. Itu tidak akan seru. Meski aku ingin bermain-main malam ini dan memuaskan seluruh hasratku, bukan berarti aku selalu melibatkan kalian…” dia bangkit setelah meraih alat pemantik api dari saku celananya, lalu menyelipkan rokok di sela bibir tipisnya, dengan seulas senyum.
“Bukankah itu akan membuang waktumu, Tuan?”
“No-no. Malam ini berbeda. Lihat dan perhatikan saja…” pria muda dengan jaket kulit hitam yang melekat di tubuhnya dengan balutan kacamata senada, menjadikannya terlihat sangat maskulin malam ini. Dia bangkit dan mendekat ke arah dance floor.
Setelah berada di jarak dekat, dia menghentikan langkahnya dengan wajah menegang sejenak, lalu melanjutkan aksinya.
“Kau sendirian?” Sapanya di sela hingar bingar music dengan sorot lampu disko remang-remang. Pria muda itu menggerakkan tubuhnya dengan berjoget menikmati irama music yang semakin memanas, sayangnya wanita itu tak menjawab dan hanya tersenyum sinis.
“Wajahmu mengingatkanku pada seseorang yang sangat aku benci. Dan malam ini, aku ingin kau menemaniku…” kalimat pria muda itu membuat wanita cantik itu menoleh masih memasang wajah sinis. “Hei…aku serius. Berapa harga yang harus aku bayar?” Imbuhnya lagi, dengan sigap merengkuh pinggang ramping wanita yang mengenakan mini dress ketat dengan sepatu booth yang membalut kakinya.
Mendengar pria itu menyebutkan tawaran, Andara menatap pria itu beberapa detik, lalu melepaskan tangannya dan melangkah kearah meja, meraih alkohol dan meneguknya.
“Berikan aku malam ini, Empat Ratus Juta, cash! Jika kau ingin bermalam denganku.” tegas suara Andara sembari menikmati sisa alkohol di tangannya.
“Empat Ratus Juta?” Ulang pria itu menatap dengan wajah puas, karena terlalu mudah untuk menahlukan wanita itu.
Sebuah anggukan tegas. “Ya.” Lalu dia menoleh dengan senyum mengejek. “Kalau kau tak memiliki uang sebanyak itu, jangan bermimpi untuk bersamaku…”
Dan jawaban wanita itu membuat pria berwajah ketat tadi, tertawa terkekeh.
“Kau hanya butuh uang empat ratus juta agar aku bisa menikmati malam bersamamu?” Sorot mata tajam pria itu menatap wanita yang kembali meneguk gelas alkohol yang baru dia tuang.
“Ya.”
“Why not! Aku akan berikan kau satu miliar. Asal kau bisa berpenampilan seperti wanita yang aku inginkan!”
Andara bangkit dari duduknya, lalu tertawa mendengar jawaban pria muda itu. Dia menatap pria itu sejenak lalu mengelus pipinya dengan gaya sensual.
“Nak, belajar dulu dengan benar, baru kau bermain-main denganku. Aku kawatir guru akan membuatmu berdiri di depan kelas, karena kau tak mengerjakan PR…” ejek Andara lagi dengan wajah mengejek, lalu dia melirik jam di pergelangan tangannya. “Bukankah ini sudah jam sebelas malam? Saatnya kau pulang. Nanti ibumu akan memukulmu…” dia tertawa cekikikan, seolah yang dia lontarkan barusan adalah hal yang lucu.
“Ada yang lucu?” Tatap pria itu tajam, bak tatapan ingin membunuh.
Karena dia mengetahui jika pria muda itu sedang mabuk berat, sehingga dia memilih mengabaikan kalimat yang di lontarkan oleh pria muda itu. Andara yakin pria muda itu tidak mungkin serius dengan ucapannya.
“Baiklah, aku tidak ingin buang-buang waktuku. Silahkan bersenang-senang, sebelum ibumu mencarimu dengan kayu di tangannya…” Andara beranjak pergi tapi lengannya di tahan oleh jemari kokoh milik pria berjaket kulit hitam. Pria itu terlihat kesal melihat kesombongan wanita yang sangat mirip dengan wanita yang sangat dia benci.
“Kau tak percaya padaku, jika aku bisa membayarmu?” Sorot tajam bak pedang yang siap menghunus ke jantung.
Wanita itu menoleh dengan senyum mengejek.
Seketika pria muda itu menepuk tangannya dua kali.
Beberapa detik kemudian dua pria berbadan tinggi tegap mendekat dengan tas sandang.
“Iya, Tuan…” bisiknya di telinga pria muda itu.
“Wanita ini tak percaya aku mampu membayarnya bahkan berkali lipat. Kalian urus itu!”
Siap, Tuan!” Seiring jawabannya, pria bertubuh tinggi tegap itu mendekat ke arah wanita muda dengan balutan pakaian seksi itu dan membuka resleting tas miliknya.
“Lihat ini, Nona. Ini hanya sebagian saja. Untuk lengkap semua ada di mobil…” jawab tegas pria bertubuh kekar yang tengah mengenakan pakaian hitam.
Meski terlihat malas, tapi wanita itu akhirnya mengalihkan pandangan matanya dan melirik tas di tangan pria itu.
“Baiklah, jika kalian memang sanggup membayarnya. Tapi, ingat…aku memilik beberapa syarat…” jawabnya angkuh.
“Tidak masalah, katakan saja. Selagi keinginan tuan kami terpenuhi.” Tegas pria berbadan tinggi tegap dengan tatto menghias di lengannya.
“Dia boleh tidur denganku malam ini, dan memiliki aku seutuhnya. Tapi, begitu pagi menjelang, dia tak memiliki hak apapun atasku. Dan ketika dia melihatku, maka dia tak boleh menyapaku. Aku mau kita tetap menjadi orang asing yang tak pernah berkomuniksi, bagaimana?”
“Oke, setuju.”
“Dan satu lagi. Sebelum aku pergi bersama tuanmu, menghabiskan malam bersama, aku harus membawa uang itu lengkap bersamaku di hotel.”
“Tidak masalah. Selama keinginan tuan kami terpenuhi.”
“Ohh, ya, satu lagi.”
Kedua pria bertubuh tinggi tegap itu kembali menoleh.
“Ada lagi, Nona?”
“Ya, aku tidak mau tidur di hotel murah. Hotel bintang lima adalah syarat lainnya…”
“Tidak masalah. Tuan kami tinggal di penthouse Livingston hotel…”
“Ahh…good.”
“Aku juga tidak mau ada pengawalan ketika kami bersama…”
“Kami harus memastikan keselamatan tuan kami…” kedua pria berbadan tegap itu maju dan keberatan.
“Hei-hei-hei…tidak masalah, jika dia memang hanya menginginkan berdua denganku. Aku menyukai itu. Aku menyukai semua tantangan malam ini. Dan aku ingin menikmatinya perlahan demi perlahan…” sahut pria muda itu mengulas senyum misterius.
“Baiklah. Sebutkan nama hotelnya, aku akan kesana setelah melihat uangnya…”
“No-no-no…kita akan kesana bersama-sama, Honey.”
Wanita itu menelan ludahnya, lalu mengepal kedua tangannya, kemudian tersenyum ke arah pria muda itu. “Tidak masalah. Yang terpenting tidak ada kecurangan di sini. Aku benci sebuah penghianatan…”
“‘No-no-no…kamu sedang berhadapan dengan Bastian. Pria yang selalu memegang teguh janji….”
“Baiklah.” Wanita seksi itu melangkah di iringi oleh Bastian dan dua pengawal pribadinya meninggalkan hingar-bingar night club, menuju parkiran mobil.
“Heii…jangan lewatt situ. Itu jalan umum…”
Bastian membawa wanita cantik itu menuju sebuah dinding partisi yang ternyata bisa geser menjadi pintu, sehingga pria berbadan tinggi tegap itu langsung membukanya dan membiarkan Bastian bersama yang lain masuk ke dalamnya, lalu mereka menutup dengan cepat. Siapa sangka di balik dinding tempat berdirinya penjaga night club itu ada lorong menuju private lift yang menghubungkan ke parkiran.