“Aku hanya ingin tidur sebentar. Salah sendiri kau datang di saat aku baru selesai minum obat. Jadi, ya terima resiko…” Bastian tidak terima di juluki bocah tukang tidur. Sontak Shania menoleh dengan wajah pucat, tak menyangka bocah tengil itu mendengar kalimatnya. “Kau yang menentukan jadwal sepulang sekolah, itu sebabnya aku juga datang pulang sekolah.” “Berisik. Aku mau tidur sebentar…” Bastian memperbaiki posisi rebahanna. “Pijit kepalaku sampai aku tertidur lagi. Sepertinya tangan jelekmu itu cukup membuat mataku takut, sehingga aku jadi semakin cepat terpejam…” “Apa, kau bilang? Tangan jelek?” Bola mata indah itu membulat sempurna. “Kalau tangan jelek, ya jangan sentuh-sentuh lah! Ngapain coba. Cari tangan bagus sana!” Shania tak terima bocah SMA itu mengatakan tangan jelek pada