Bab 4. Harus Ikut

1302 Kata
"Mel, lebih baik lu tunggu di luar dulu. Nanti Ken pasti temuin lu. Silakan," ujar Leona, tak dapat menahan diri. Ia tidak suka melihat Kenzie dan Melisa saling memandang satu sama lain. Leona juga tidak mau kalau orang lain berpikiran buruk tentang mereka. Kenzie menoleh, menatap lekat gadis yang kini telah sah menjadi pendamping hidupnya. Jasmine menghampiri, menarik lengan Melisa agar menjauh dari anaknya dan juga Leona. "Tante, Tante mau bawa saya kemana? Saya ingin bicara sama Ken, Tante," ujar Melisa. Suaranya terdengar memohon. Leona dan Kenzie hanya memerhatikan Jasmine yang membawa Melisa menjauh mereka. "Kamu jangan merusak acara pernikahan anakku!" Sangat tegas, Jasmine berkata. Tidak berselang lama, Kevin pun datang menemui Jasmine dan Melisa. "A-aku gak merusak. Justru Leona yang telah merusak hubunganku dengan Ken." Jasmine mencebik tak suka. Menggelengkan kepala berkali-kali karena tak habis pikir, masih berani Melisa membela dirinya, merasa dirinya benar dan menyalahkan Leona. "Jaga bicaramu! Kamu dengar aku, Mel. Leona bukan orang yang merusak hubunganmu dengan Ken. Tapi, kamu sendiri yang merusaknya. Sekarang aku tanya, kamu kemana saja selama tiga tahun ini? Pergi ninggalin Kenzie tanpa kabar sedikit pun?" Sorot mata Jasmine begitu tajam. Kevin yang berdiri di sampingnya, merangkul pudak Jasmine agar tetap tenang. "Tan, aku bisa jelasin semuanya. Aku bisa ceritain semuanya." "Oh, gak perlu. Sekarang gak perlu kamu jelasin. Gak perlu kamu ceritain. Sekarang yang perlu kamu lakuin, pergi jauh-jauh dari kehidupan anakku, Kenzie Ivander Khaled. Satu jengkal saja kamu mendekatinya, aku akan menghalangimu." Jasmine tak ingin pernikahan anaknya dengan Leona berakhir hanya karena kedatangan Melisa. Kevin hanya terdiam, membiarkan Jasmine yang memperingatkan wanita itu. Melisa menelan saliva, ia tampak salah tingkah. "Tante, sampai saat ini aku masih mencintai Ken. Aku kembali lagi karena masih sayang dia. Tadi sebelum aku ke sini, aku ke rumah dulu, Tan. Kata security, Ken hari ini menikah dengan Leona. Makanya aku langsung ke sini. Tolong, Tante ... beri aku kesempatan berbicara pada Ken. Aku yakin kok, kalau Ken masih mencintaiku. Dia pasti terpaksa menikah dengan Leo atau, atau mungkin Leo yang gatel dan godain Ken." Plak! Spontan, Jasmine menampar pipi Melisa. Wanita itu dan Kevin terkejut melihat reaksi Jasmine yang tiba-tiba. "Jaga mulutmu, Melisa! Leona bukan perempuan seperti itu. Kamu mesti ingat, mulai hari ini, Leona adalah menantu keluarga Benjamin Khaled satu-satunya. Ingat itu!" Setelah puas memberi penegasan pada Melisa, Jasmine mengajak suaminya pergi. Meninggalkan Melisa seorang diri di ruangan samping ballroom. Kenzie dan Leona sudah pergi dari pelaminan. Begitu pula Tiara serta Jimmy. Pelaminan telah kosong. Beruntung, tamu undangan tinggal sedikit. "Pah, mereka kemana?" tanya Jasmine bingung, mencari keberadaan keluarga Jimmy dan juga anak semata wayangnya. "Tante, Om, mereka semua ke kamar hotel." Tiba-tiba Yusuf Abdullah datang. Memberitahu Kevin dan Jasmine tentang keberadaan orang-orang yang dicarinya. "Oh begitu. Terima kasih, Yusuf." "Iya sama-sama." *** Di dalam kamar hotel, Leona sudah berganti pakaian. Tiara dengan telaten membantu anak gadisnya menghapus make-up dan juga menyisir rambut Leona. Kenzie mengganti pakaian di dalam toilet karena di dalam kamar itu ada Jimmy, Tiara dan juga Leona. "Ken, kemarilah!" Jimmy memanggil ketika Kenzie sudah selesai mengganti pakaian. Leona dan Tiara menoleh pada sosok lelaki yang duduk di sofa sudut ruangan. Kenzie duduk di sebelahnya. Raut wajahnya tampak bingung. Jimmy mengerti akan perasaan lelaki yang kini telah menjadi menantunya. Tetapi, ia pun tak boleh egois. Kenzie harus berbicara dengan Melisa. Biar bagaimana pun, kisah cinta mereka dahulu belum dikatakan usai. "Ada apa, Pah?" Demi menghormati Jimmy yang sekarang telah menjadi mertua, Kenzie memanggilnya dengan sebutan Papa. "Papa tau. Kamu ingin minta penjelasan pada Melisa 'kan?" Kenzie tersentak. Tak dapat dipungkiri jika dugaan Jimmy memang benar adanya. Kenzie perlahan menganggukkan kepala. Leona memalingkan muka, kesal terhadap jawaban Kenzie. "Apa yang mesti dibicarakan lagi? Sudah jelas-jelas Melisa pergi tanpa pesan. Dasar peak," gerutu Leona dalam hati. Meskipun sekarang Melisa telah datang kembali, Leona tidak akan pernah melepaskan Kenzie untuk wanita itu. Sekarang posisi Leona sudah sah menjadi istri Kenzie, maka berhak baginya menahan Kenzie agar tidak kembali lagi pada Melisa. "Kamu ingin menemuinya?" tanya Jimmy. "Pah, aku ingin menemui Melisa, cuma pengen tanya. Apa alasan dia ninggalin aku dulu? Cuma itu, Pah." "Terus ... Kalau lu udah tau alasannya, lu mau nikahin dia? Terus cerein gue. Terus bikin gue jadi janda? Iya?" Leona menyela. Intonasi suara Leona penuh emosi. Sorot matanya tajam menatap lelaki yang kini duduk di sisi papanya. "Ona sayang ... kamu gak boleh bilang gitu," tegur Tiara membelai lembut rambut anaknya yang sudah rapi. Leona mendongak, menatap Tiara yang berdiri di belakangnya. "Lah terus aku mau bilang apa, Mah? Sekarang aku tanya, tujuan dia nemuin mantan pacarnya itu apa? Apa penting, sekarang dia mesti tau alasan si Melisa yang pergi tanpa pesan? Lagian, kenapa sih Melisa tiba-tiba datang di saat aku udah memutuskan mau dinikahi si Ken, Mah? Apa?" Rentetan pertanyaan yang disampaikan Leona tak ada yang menjawab. Mereka semua terdiam, begitu pula Kenzie yang saat ini perasaannya tak menentu. Tak dapat dipungkiri kalau perasaan Kenzie masih ada cinta untuk Melisa. Namun, ia juga tidak mungkin menceraikan Leona yang baru satu hari menjadi istrinya. Suara pintu hotel terbuka, semua mata menoleh. Rupanya Jasmine dan Kevin. Pasangan suami istri itu masuk, langsung menghampiri Kenzie. Jimmy beranjak, membiarkan Kevin dan Jasmine duduk bersama putra tunggalnya. "Ken, dengarkan papa. Kamu gak boleh gegabah. Papa tau, kedatangan Melisa membuat perasaanmu kacau tapi papa harap, tidak dengan rumah tanggamu. Papa dan Mama berharap, rumah tanggamu yang baru saja dimulai dengan Leona, tetap baik-baik saja. Meskipun Melisa telah datang kembali. Kamu harus pikirkan perasaan Opa Ben. Sekarang Opa belum tau masalah ini, kalau sudah tau?" Kevin tidak boleh berdiam diri. Dia harus menasehati anaknya agar tidak bertindak gegabah dan salah mengambil keputusan. Begitu pula Jasmine, tidak mungkin ia membiarkan Kenzie menceraikan Leona. "Papamu benar, Ken. Kamu gak boleh gegabah. Melisa itu bukan wanita yang baik. Kalau dia wanita baik-baik, gak mungkin ia pergi meninggalkanmu begitu saja tanpa memberi kabar sedikit pun." Lagi, Jasmine mengingatkan Kenzie tentang siapa Melisa. Kenzie tetap diam merunduk. Ia bingung, sisi lain dirinya tidak mau kalau rumah tangganya berakhir. Namun, sisi lain, Kenzie sangat penasaran, ingin tahu alasan Melisa pergi meninggalkannya tanpa pesan padahal sebelum kepergiannya, hubungan Kenzie dan Melisa sedang baik-baik saja. "Mama Jasmine, Papa Kevin, aku rasa Kenzie tetap ingin menemui Melisa. Kita semua kan tau, kalau pernikahanku dengan Ken hanya demi Opa Ben. Bukan dilandaskan rasa cinta. Perasaan sayang kami hanya sebatas sahabat, gak lebih dari itu." Sebulir air mata Tiara mengalir tanpa bisa dicegah. Hatinya sangat pilu dan bersedih mendengar ucapan anak gadisnya. Begitu pula Jasmine. Hatinya begitu miris mendengar ucapan Leona. "Leona, kamu jangan bicara begitu, Nak. Mama yakin, kalian bisa saling jatuh cinta. Mama sangat yakin," tandas Jasmine merasakan kepedihan yang dialami Leona. Dulu, dia pernah merasakan jatuh cinta seorang diri. Apa mungkin, Leona akan merasakannya juga? "Tidak, Leona tidak boleh merasakan apa yang aku rasakan dulu," ucap Jasmine dalam hati. Kenzie dan Leona tak menimpali. Mereka berdua seolah bergelut dalam pikiran masing-masing. Leona berpikir, jika Kenzie tidak diizinkan bertemu dengan Melisa, maka lelaki itu akan terus memikirkannya. Leona tidak mau suaminya memikirkan wanita lain. Lebih baik, ia izinkan saja Kenzie menemui Melisa. "Ken?" panggil Leona. Namun, Kenzie bergeming. "Kenzie?" sentak Leona kesal. Kenzie mengangkat kepala, memberanikan diri menatap istrinya yang kini telah mengenakan pakaian sehari-hari. "Apa?" "Kalau lu mau temuin si Melisa. Silakan pergi sekarang!" "Leona!" panggil kedua orang tua mereka serempak. Leona menghela napas berat. "Serius, gue boleh nemuin Melisa?" Kenzie berdiri, menghampiri Leona yang masih duduk di kursi meja rias. Kedua orang tua itu mendesah berat terutama Jasmine dan Kevin. Mereka sangat tak enak hati pada Jimmy dan Tiara akan perilaku Kenzie yang tidak menghargai perasaan Leona. "Serius. Tapi ...." jawab Leona menggantung kalimat. Semua mata yang berada di situ mengarah pada sepasang pengantin baru yang tengah berdiri saling berhadapan. "Tapi, apa?" tanya Kenzie, keningnya melipat. "Lu boleh temuin Melisa. Tapi gue, gue harus ikut."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN