Gadis Tomboy Kesayangan CEO

Gadis Tomboy Kesayangan CEO

book_age18+
366
IKUTI
3.3K
BACA
HE
arranged marriage
bxg
lighthearted
campus
city
childhood crush
assistant
like
intro-logo
Uraian

Novel ini sekuel GADIS MILIK OM DUDA.

Leona Hernandes, gadis tomboy yang terpaksa menikah dengan sahabat masa kecilnya bernama Kenzie Ivander Khaled karena permintaan seseorang yang telah banyak berjasa pada keluarganya. Kasih sayang yang dahulu hanya sebatas sahabat, apakah mungkin bisa berubah menjadi kasih sayang selayaknya pasangan suami istri? Bisakah Leona dan Kenzie saling jatuh cinta atau justru rumah tangga mereka tanpa ada cinta?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Diajak Nikah
"Semalam opa bilang lagi ke Mamah, katanya dia ingin kamu cepet nikah, Ken." Seorang wanita bernama Jasmine Antonio berbicara pada anak semata wayangnya yang sudah beranjak dewasa pada saat mereka selesai menyantap sarapan. "Jangan terlalu kamu dengerin, Ken. Dari dulu opamu emang begitu. Waktu Papah belum nikah disuruh cepat nikah. Sekarang cucunya disuruh cepat nikah juga. Usiamu masih 25 tahun, nikmati saja masa mudamu," timpal seorang pria yang rambutnya sudah memutih, dipenuhi uban Kevin Khaled. "Iya, Pah." Kenzie Ivander Khaled berusia 25 tahun, putra tunggal dari pasangan Kevin Khaled dan Jasmine Antonio. Berperawakan tinggi tegap, berwajah tampan, hidung mancung, berkulit putih tetapi ada satu kekurangannya yaitu malas mandi. "Papah, jangan bicara kayak gitu dong. Papah Ben ingin Kenzie menikah cepat karena memang usianya yang semakin tua dan papa bilang, ingin sekali melihat pernikahan Kenzie sebelum ... pergi meninggalkan kita." Kalimat akhir Jasmine dipelankan. Kenzie garuk-garuk kepala, tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Bukan baru kali ini Jasmine menyampaikan keinginan kakeknya itu, terhitung sudah lima kali sejak satu bulan belakangan. Kenzie dan Benjamin hubungannya cukup dekat dibandingkan dengan Papanya, Kevin. Sewaktu Kenzie masih kecil, Benjamin-lah yang menemani hari-harinya. "Ken, memangnya kamu udah punya pacar lagi?" selidik Kevin menatap lekat lelaki pemuda yang duduk di samping kirinya. Sebelumnya Kevin sudah tahu kalau anak tunggalnya itu memiliki kekasih bernama Melisa. Tetapi, sejak kekasihnya pergi tanpa kabar tiga tahun silam, tampaknya Kenzie tidak dekat dengan wanita manapun kecuali dengan gadis tomboy bernama Leona. "Sekarang sih belum, Pah." "Kalau Mamah jodohin mau gak? Mamah juga dulu dijodohin sama Papahmu lho." Kenzie tak langsung menjawab. Ia tampak berpikir. Andai saja Melisa tidak pergi meninggalkannya begitu saja, mungkin sekarang Kenzie tidak kebingungan mencari calon istri. "Ken, bagaimana? Mau gak?" "Gak usah, Mah. Nanti aku cari sendiri. Aku berangkat dulu. Assalamualaikum." "Waalaikumsalam. Jangan lupa, Mamah titip salam buat tante Tiara, Ken." "Oke, Mah.” Kenzie mencium tangan kedua orang tuanya kemudian berangkat ke kantor, meneruskan perusahaan Ben Khaled Corporation 2 yang berlokasi di Jakarta Selatan. Ben Khaled Corp 2 merupakan perusahaan anak cabang Ben Khaled Corp yang dulunya berlokasi di kota kembang Bandung. Kini, perusahaan itu dipindahkan ke daerah Jakarta Selatan karena Jimmy dan Tiara memutuskan menempati rumah peninggalan mendiang Prasetya. *** "Pagi, Tante," sapa Kenzie saat tiba di rumah keluarga Hernandes. "Pagi, Ken. Masuk yuk! Udah sarapan belum?" timpal Tiara, ibu kandung Leona Hernandes. "Udah, Tante. Seperti biasa, Mamah tadi titipin salam buat Tante." "Waalaikumsalam. Nanti salam balik, ya? Oh ya, Ken. Kayaknya Ona masih mandi deh. Sampe sekarang belum keluar kamar. Kamu langsung ke kamarnya aja, ya?" "Jam segini Leo masih mandi?" tanya Kenzie melirik arloji di pergelangan. "Iya. Soalnya tadi dia baru bangun. Habis Subuh, Ona suka tidur lagi. Gih, kamu samperin aja ke kamarnya." "Oke deh, Tan." Kenzie menaiki anak tangga yang menghubungkan ke kamar sahabatnya sejak kecil. Membuka pintu kamar, tidak dikunci. Kenzie menghela napas berat mendengar suara cempreng sedang bernyanyi di dalam toilet. Dengan kesal, lelaki itu pun membuka pintu toilet. "Le---" Suara Kenzie tercekat melihat tubuh Leona tanpa sehelai benang sedang membelangkanginya. "Whua ...!" Leona berteriak histeris, menutup bagian penting tubuhnya. "Keluar lu! Keluar! Gue lagi mandi, Peak," sentak Leona kedua matanya membulat terkejut melihat Kenzie membuka pintu toilet tanpa mengetuk lebih dulu. "Ya elah, body kayak papan aja segala ditutupin. Gue gak nafsu. Cepetan mandinya! Udah telat nih." "Bodo amat. Keluar lu! Keluar! Tutup pintunya!" teriak Leona makin histeris. "Iya, iya." Setelah menutup pintu, Kenzie mengusap wajah. Ia mengatur napas, berusaha menetralisir perasaannya. Aliran darah Kenzie tiba-tiba memanas. Sesuatu yang berada di balik celana mulai menegang. "Ck, kenapa celana gue jadi sempit gini?" Kenzie duduk di sofa depan televisi kamar Leona. Ia berusaha menenangkan perasaan dan sikapnya. Berulang kali, Kenzie menarik napas, mengembuskan perlahan. Tanpa disadari, Kenzie menelan saliva, menggigit bibirnya mengingat tubuh Leona yang terekspos jelas. Biar bagaimana pun, Kenzie lelaki normal. Walau tubuh Leona jauh dari kata bohay, tapi kalau lihat tanpa pakaian begitu, tetap saja deg-deg-an. Jauh dari dalam hatinya, Kenzie merasa bersalah karena membuka pintu toilet tanpa mengetuknya lebih dulu. Dia pikir Leona sudah mengenakan handuk, ternyata "Aduh makin sesak aja nih celana. Enggak bisa dibiarin. Gue harus apa, ya?" Lelaki berwajah tampan itu berpikir, mengusap wajah kasar. Satu menit, dua menit, ia berpikir. Lalu, kedua matanya berbinar. "Push-up. Gue harus push-up. Pasti kalau push-up, si titut bakalan kempes." Kenzie mulai melalukan gerakan push-up sambil berkata, "Kempes lu, Tut! kempes ... Tut! Please kempes, kempes, kempes ...." Pintu toilet terdengar dibuka. Kenzie tak berani menoleh, ia meneruskan kegiatannya sambil terus bergumam, "Kempes, kempes ...." "Eh, apanya yang kempes? Ban mobil lu kempes lagi?" tanya Leona ketus. Kenzie menyudahi aktivitasnya. Berdiri tegak, keringat membasahi tubuh. Namun, kedua matanya membulat melihat tubuh Leona yang dililitkan handuk sebatas d**a. Ia kembali menelan saliva. "Bukan. Bu-bukan ban mobil yang kempes. Ya udah cepetan lu make baju! Gue tunggu di mobil." Kenzie berjalan cepat keluar kamar Leona. Tidak ingin Leona melihat celana bagian tengahnya mengembung. *** "Peak, lain kali kalau masuk kamar gue ketuk pintu dulu apalagi masuk toilet." Leona sangat kesal jika mengingat kelakuan Kenzie yang masuk kamarnya tanpa mengetuk pintu. Mereka kini sudah berada di tengah perjalanan menuju perusahaan keluarga Benjamin Khaled. "Ya sorry, tadi gue kesel. Lagian jadi perawan, jam segini baru mandi. Gara-gara lu mandi lama banget, kita telat meeting sama klien." "Bodo amat. Mending lama mandi. Dari pada lu, males mandi. Sekarang gue tanya, pagi ini lu mandi kagak?" "Kagak. Gue mandinya nanti malem. Dirapel," jawab Kenzie santai. Leona menggelengkan kepala mengingat kebiasaan Kenzie sejak dulu yang malas mandi. Waktu masih kecil, Kenzie masih bisa mandi sehari dua kali, itu pun harus dipaksa. Tapi sejak SMP, dia sudah terbiasa mandi hanya sore saja. Kalau pagi beralasan dingin atau takut terkenan demam. "Dih najis, mandi dirapel. Kalau lu males mandi begini, gue yakin gak bakal ada cewek yang mau lu nikahin." "Apa hubungannya? Gue mandi gak mandi, tetep aja cakep." "Ck, cakep juga ogah, kalau jarang mandi," seloroh Leona memalingkan wajah ke luar jendela. "Udah jangan dibahas. Eh Leo, tadi mama nyuruh gue cepet nikah lagi. Opa Ben yang minta. Ah, gue jadi bingung, harus nikah sama siapa? Lu tau sendiri kan, cewek sekarang tuh jarang yang tulus, kebanyakan modus. Gimana dong? Bingung gue," keluh Kenzie merasa putus asa. Di matanya, wanita yang tulus hanya Melisa. Wanita itu tidak pernah minta macam-macam. "Ken, gue punya betina yang tulus, yang masih perawan, cakep, manja, ah pokoknya gemesin deh. Mau gak lu?" Kedua mata Kenzie berbinar terang. Bibirnya menyunggingkan senyum menawan. Leona yang bersandar miring menghadap Kenzie tersenyum pula. "Serius lu? Lu kenal deket sama dia? Tapi beneran bakal tulus terima gue? Gak modus? Masih perawan juga?" Kenzie langsung mengajukan beberapa pertanyaan pada Leona. "Seriuslah. Kenal deket, bakal tulus, masih perawan." "Siapa namanya?" Leona senyam-senyum sebelum menjawab, berharap kalau Kenzie semakin penasaran. "Leona, siapa nama betinanya?" "Si Mpus. Betina yang suka temenin gue tidur." "Buset. Maksudnya nikah sama kucing genit lu?" "Hooh. Ya kan lu sama Mpus sama-sama males mandi, cocok." Leona tertawa lepas. Tapi tidak Kenzie, lelaki itu justru tampak berpikir. Membiarkan Leona menertawakannya hingga tercetus sebuah ide di kepala Kenzi. "Leo?" Panggil Kenzie sambil menepikan kendaraannya sejenak. "Apa?" Leona menghentikkan gelak tawa, menatap lelaki yang duduk di sampingnya. "Dari pada gue bingung cari cewek lain. Dari pada gue nikahin si mpus genit. Mendingan gue nikahin lu. Gimana? Lu mau gak jadi istri gue, jadi ibu dari anak-anak kita nanti?"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
160.7K
bc

Tentang Cinta Kita

read
210.3K
bc

Papa, Tolong Bawa Mama Pulang ke Rumah!

read
3.9K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
151.0K
bc

My husband (Ex) bad boy (BAHASA INDONESIA)

read
289.2K
bc

TERNODA

read
192.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
224.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook