Follow sebelum membaca guy!
Pagi harinya Larisa bangun dari tidurnya dan membuka pakaiannya. Berdiri di depan cermin sambil menatapi tubuhnya yang semalam dilahap oleh Jonathan. Larisa sadar diri bahwa statusnya adalah sebagai seorang istri. Tapi bagaimanapun juga dirinya sangat terkejut karena perbuatan Jonathan yang membuatnya sangat malu.
Larisa melihat ke arah dadanya begitu banyak tanda yang dibuat oleh Jonathan di sana. Bahkan ia merasa sangat berbeda dengan dirinya sekarang. Ada rasa geli, dan rasa ingin melanjutkan apa yang telah terjadi tadi.
Larisa pergi ke kamarnya meninggalkan Angel sendirian di kamar lainnya. Selama ini dirinya sadar bahwa Jonathan menyimpan jalang pribadi. Yaitu Astrid, saat itu perasaannya benar-benar tidak peduli. Yang ada hanyalah tentang kekhawatirannya terhadap Angel yang sudah terlanjur menganggap dirinya sebagai mama dari anak itu.
Kali ini ia benar-benar bingung harus bereaksi seperti apa. Mengingat dirinya yang semalam hampir ditelanjangi oleh Jonathan di samping anak tirinya.
Semenjak kejadian semalam. Larisa tidak mungkin melupakan itu dengan mudah. Ciuman pertama, dan bahkan merasakan sensasi yang sangat berbeda dari apa yang dia rasakan selama ini dan itu benar-benar nikmat bagi Larisa. Ingin mengulangi, akan tetapi jika dilanjutkan, dirinyalah yang akan menanggung sakit itu.
Tok tok tok
Larisa selesai mandi dan baru saja mengeringkan rambutnya. Saat ini dirinya hanya mengenakan kimono dan beranjak dari tempat duduknya. Barangkali saat itu Angel sudah bangun dan dirinya dipanggil oleh asisten untuk menemani Angel.
Ceklek
Larisa membuka pintu. Ia menemukan Jonathan yang sudah bersiap mengenakan setelan kerjanya berdiri di depan pintu. Raut wajah yang ditampilkan Larisa pun tak bisa digambarkan dengan kata-kata lagi. Merasa malu tentunya karena kejadian semalam membuatnya ingin menjauhi Jonathan.
"Saya tidak dipersilakan untuk masuk?"
Takut jika tuannya marah. Larisa pun memberikan jalan agar suaminya itu masuk. Bagaimanapun status mereka, Larisa tetap menganggap bahwa Jonathan adalah majikannya sendiri.
Jonathan masuk begitu saja mengunci pintu.
"Ke-kenapa dikunci?"
"Terserah saya,"
"Angel, sudah bangun?"
"Dia ke rumah, Mama. Rumah ini hanya ada kita berdua,"
Berada di rumah berdua? Di kamar berdua? Tubuh Larisa mulai menegang saat itu juga. Apakah Jonathan akan memperkosanya nanti? Semua pikiran itu berkecamuk menyerang dirinya.
"Sa-saya permisi ganti baju dulu, Pak,"
Larisa meraih pakaian yang ada di atas ranjang tempat Jonathan duduk. Kamar itu jarang di tempati oleh Larisa karena ada kamar khusus di mana dia dan Angel tidur bersama. Kamar itu juga diberikan oleh Jonathan untuknya, akan tetapi siapa saja boleh menggunakannya antara Jonathan dan Larisa.
"Tunggu!"
Baru saja Larisa ingin pergi, tetapi tangannya ditahan oleh Jonathan. "Ganti di sini, Cha!" Larisa membulatkan matanya, terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Jonathan. Jadi benar apa yang ada dalam pikirannya itu.
"Cha, kamu tahu kan dosanya istri yang menolak perintah suami?"
Larisa mengangguk, "Ta-tapi, Pak?"
"Panggil nama aku, Cha! Nggak ada panggilan tuan atau Bapak lagi, Larisa!"
Larisa memejamkan matanya dan hendak lari, tetapi tangannya ditarik oleh Jonathan hingga dirinya terlempar ke ranjang.
"Apa-apaan, ini pak?"
"Saya tahu kamu bohong perihal datang bulan,"
"Ba-bapak saya, saya beneran datang bulan,"
"Satu-satunya cara membuktikan adalah melanjutkan aktivitas kemarin,"
"Ta-tapi,"
"Apanya yang tapi? Kamu sendiri tahu kalau dosa nolak suami, kan?"
Larisa mengangguk pelan. "Saya pulang larut malam itu karena menghindari kamu, Astrid sudah saya tinggalkan demi kamu, Cha,"
Larisa tahu bahwa suaminya selama ini menggunakan jasa Astrid untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
"Ini masih pagi?"
"Saya tahu," Suara lembut itu membuat Larisa hanya pasrah saat Jonathan mengelus pipinya dan membisikkannya tentang keinginannya saat itu juga. "Saya akan pelan, Cha,"
Larisa mengangguk. "Saya mencintai kamu, semenjak kamu hadir di rumah ini, tidak peduli seberapa hebatnya saya menghindari kamu, kamu tetap merasuki pikiran saya. Bahkan seringkali saya pergi melampiaskan nafsu saya pada wanita lain saat membayangkan kamu. Saya selalu berpikir, bahwa kamu akan menolak ajakan pria b***t seperti saya,"
"Miliki aku, Jonathan!"
Tanpa disadari Larisa berkata demikian saat Jonathan mengelus paha mulusnya berkali-kali.
"Ayo di kamar saya! Apa kamu yakin akan melakukan ini?"
"Yakin," jawabnya mantap.
Jonathan mengangkat tubuhnya untuk keluar dari kamar itu. Setibanya di kamar Jonathan, pria itu meletakkannya diatas ranjang sengan begitu hati-hati.
"Sekali lagi, Cha. Yakin kamu menyerahkan diri kamu?"
Larisa mengangguk. Adalah waktunya untuk berbakti kepada suaminya. Pernikahan tanpa cinta saat itu, Larisa menyerahkan dirinya karena yakin dengan apa dikatakan oleh Jonathan tadi tentang perasaan itu.
Jangankan untuk berhubungan badan, Jonathan yang setiap hari selalu mengabaikannya kini sangat berbeda.
Larisa kini duduk di atas ranjang besar dan untuk pertama kalinya masuk ke kamar pria itu. Di sana terpampang foto pernikahannya dengan Jonathan yang bahkan Larisa sendiri tidak memiliki itu sama sekali.
Jonathan mulai melancarkan aktivitasnya, dimulai dengan ciuman yang membuat Larisa memejamkan matanya karena menikmati setiap sentuhan bibir suaminya. Larisa adalah gadis yang bahkan tidak pernah melakukan hal itu sebelumnya, saat dirinya takut membuka mulut, Jonathan menggigit bibir bawahnya hingga dirinya mau mrmbuka mulut dan suaminya mencecapi setiap inci mulutnya.
Tak lupa juga dengan kedua tangan suaminya tengah bermain di dadanya. Menikah dengan perbedaan usia yang terlalu jauh tak seburuk yang dibayangkan oleh Larisa sebelumnya. Suaminya yang terkenal dingin memiliki sisi lembut seperti sekarang ini.
Larisa tak sadar bahwa Jonathan telah berhasil membuka jubah mandinya.
"Buka, Cha!"
"Apanya?"
"Tangan kamu minggir! Aku mau itu!" Larisa yang tadinya menutup dadanya saat Jonathan menelanjanginya. Bahkan tubuh bawahnya hanya ditutupi bawahan jubah itu.
"Buka kemeja aku, Cha!"
Larisa mengangguk dan membuka satu persatu kancing kemeja Jonathan. Hingga terbuka sempurna, kini terpampang jelas tubuh Jonathan di depannya. Wajah Larisa kembali merona.
"Naik!"
Jonathan duduk selonjoran. Sungguh Larisa benaar-benar malu dengan hal ini. Akan tetapi sebisa mungkin menutupi tubuh bagian bawahnya dan menurut duduk diatas pangkuan suaminya.
Larisa menggeliat dan menyangga tubuhnya saat Jonathan mulai melahap buah dadanya.
"Mmpphhh, geli,"
"Teriak, mendesah sesuka hati kamu, sayang,"
Larisa merasakan ada sesuatu yang begitu keras dibawahnya. Dan seolah ingin keluar. Larisa beberapa kali mengeluarkan suara desahannya saat Jonathan mulai memainkan lidahnya diputing p******a Larisa.
Jonathan menariknya hingga kini posisinya adalah Larisa berada di atas tubuh suaminya.
"Lakukan seperti yang aku lakukan tadi, Cha. Mainkan ini pakai lidah kamu!"
Larisa yang kini berbeda dari sebelumnya benar-benar terlihat seperti orang berpengalaman. Menuruti apa yang dikatakan oleh Jonathan yaitu memainkan p****g Jonathan dengan lidahnya dan menggigitnya pelan seperti yang dilakukan oleh Jonathan kepadanya.
"Kamu pintar juga gadis kecil,"
Larisa tak menanggapi. "Aku tanya sekali lagi, kamu datang bulan?"
Larisa menggeleng. Tubuhnya langsung diserang oleh Jonathan hingga kini dirinya berada dibawah. Perlahan jubah itu terbuka sempurna. Jonathan juga melepaskan celana panjangnya dan menyisakkan boxer hitam tersebut.
Jonathan membuka pahanya perlahan. Namun Larisa menutupnya, sama sekali tak ada satu helai benangpun yang tersisa kini.
Jonathan tanpa ragu mulai mengarahkan kepalanya ke arah s**********n mulai memainkan klirotis Larisa dengan lidahnya. Sungguh pengalaman pertama yang membuat Larisa tak ingin berhenti. Sakit, saat Jonathan memasuki vaginanya dengan jari. Tetapi hal itu ditahan oleh Larisa tak ingin mengecewakan Jonathan dengan aksinya yang memberontak.
Seprei yang ada di kamar Jonathan sudah berantakan karena perbuatan Larisa yang memaju mundurkan kakinya karena Jonathan tak berhenti membuatnya mengerang. Tangannya pun tak berhenti meremas d**a milik Larisa.
Larisa menggigit bantalnya saat Jonathan memasukkan jari ke dalam kemaluan Larisa.
"Aaah, Jo, sakit,"
"Aku tahu,"
Larisa menarik napas dengan tarikan yang terengah-engah. Ada sedikit jeda baginya untuk istirahat. Jonathan menindihnya dan menangkup kedua pipinya begitu saja.
"Cha, siap?"
Larisa menggeleng belum siap dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Nggak ada yang perlu kamu khawatirkan, kita sudah menikah. Lalu apa salahnya aku melakukan ini?"
"Gimana kalau aku hamil?"
"Kamu hamil punya suami itu wajar, Cha,"
"Gimana sama, Angel?"
"Bisa diurus nanti. Kita carikan pengasuh. Jadi kapan pun aku mau kamu harus bersedia melakukan ini, Larisa!"
Larisa mengangguk pelan. Ia memegang kedua tangan Jonathan yang ada memegangi kepalanya. Perlahan Larisa menutup mata karena Jonathan menciumnya begitu lembut. Namun ada yang membuat Larisa merasa tidak nyaman. Yaitu miliknya terasa digesek-gesekkan dengan benda yang membuat Larisa bergidik ngeri.
"Aku tahu kamu perawan, aku akan lembut,"
"Aaah," belum sempat Jonathan memasukinya. Larisa sudah merasa kesakitan karena Jonathan berusaha menerobosnya.
"Kamu mau teriak, silakan, Cha! Itulah gunanya aku suruh mereka ke rumah, Mama. Dan terbukti, kamu nggak datang bulan, Cha,"
Larisa membekap mulutnya saat Jonathan berusaha menembusnya. Hal itu sangat sakit, Jonathan mengerang beberapa kali. Larisa sendiri tidak bisa membayangkan bagaimana kelanjutannya rasa sakit yang dia rasakan.
"Oh, sialan. Kamu sempit sekali, Larisa,"
Larisa memang lengan Jonathan yang begitu gagah disampingnya sambil terus berusaha menerobos.
Malam pertama yang harus dilakukan kini menjadi pagi pertama bagi Larisa.
"Aaarrrrggh,"
Jonathan mengerang saat benar-benar memasuki Larisa sepenuhnya. Larisa hanya bisa menangis karena mehan sakit.
"Sudah selesai?"
"Belum, begini saja dulu, Cha,"
Air matanya dihapus oleh Jonathan dan bibirnya di cium berkali-kali. k*********a sangat sakit namun Jonathan berusaha menghilangkan itu dengan ciuman-ciuman yang Larisa nikmati.
Baru beberapa kali Jonathan menciumnya ada rasa sakit yang dirasakan oleh Larisa hingga membuatnya melepas ciuman itu. Di daerah k*********a, Jonathan mulai menggerakkan miliknya baju mundur. Larisa membuang wajah ke arah kanan dan Jonathan menciumi lehernya terus menerus. Dadanya juga tak lepas dari remasan Jonathan.
'Inikah yang dibilang oleh teman-temanku tentang kenikmatan seks?' Bathin Larisa.
"Aaah, aah Jonathan!"
"Terus panggil namaku sayang!"
"Jo,"
"Iya sayang?"
"Pelan-pelan!"
Larisa mulai menikmati permainan itu.
"Ah ah ah, aaawhhh aku pengin pipis,"
"Lakukan sayang!"
Namun bukannya selesai, Jonathan menarik penisnya dan memasukkannya lagi. Kali ini pergerakan itu semakin dipercepat. Sudah lebih dari sepuluh menit Jonathan menyetubuhinya. Sesekali Larisa menangis saat Jonathan memperdalam penisnya karena merasa sakit.
Jonathan memegangi kedua pinggangnya dan terus menghujam yang kali ini dengan tempo yang lebih cepat lagi. Larisa merasa tak bisa mengimbangi Jonathan saat ini.
"Aku pengin pipis lagi,"
"Barengan!"
"Ah, ah ah,"
Larisa menikmatinya dan saat itu juga Jonathan menyemburkan benihnya di dalam rahim Larisa.
Larisa terkulai lemas dan Jonathan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa saat kemudian Jonathan keluar dan membersihkan sisa percintaan mereka tadi tubuh Larisa.
"Jangan tinggalkan aku! Aku takut hamil,"
"Justru aku yang mengatakan itu, Cha. Jangan pernah pergi dari sisi aku!"
Larisa memejamkan matanya saat Jonathan menciumnya.
"Tumbuh di rahim, Mama sayang!"
Larisa tersenyum.
"Cha, mulai sekarang kita seranjang ya!"
"Angel?"
"Nanti cari pengasuh, aku mau kamu tetap di sini. Tadi kamu keluar banyak waktu o*****e,"
"Keluar banyak?"
"Iya kamu keluar banyak. Aku tahu kamu ngerasain sakitnya cuman bentar, setelah itu kamu menikmatinya kan?"
Larisa menggeleng malu. "Aku suka, Cha. Mulai sekarang kamu istri aku,"
"Kemarin-kemarin aku apa?"
"Istri. Cuman ya gimana gitu,"
"Aku juga canggung sebenarnya,"
"Setelah tadi. Masih mau canggung sama akh?"
Larisa menggeleng.
Jonathan menindihnya dan menciumnya. Kali ini berbeda, jonathan lebih banyak melakukannya menggunakan lidah. Larisa ikut memainkan lidahnya dan justru menyedot lidah Jonathan.
"Udah pintar kan sekarang ciumannya doang?"
Larisa menarik selimut dan menutupi wajahnya.
"Aku suka saat kamu kesakitan barusan, cha! Apalagi saat kamu memejamkan mata, saat kamu mendesah. Selama ini aku bodoh sia-siain istri di rumah kalau tahu ini yang paling nikmat. Bahkan pertama kalinya aku sebahagia ini berhubungan badan,"
"Selama kamu melakukan seks, apa nggak ada yang buat kamu bahagia?"
"Cha, jangan sebut yang tadi seks. Aku nggak suka, yang tadi itu sebut saja bahwa kita belajar saling jatuh cinta,"
Larisa mengangguk pelan dan Jonathan mengelus puncak kepalanya.
"Kita seringkali ditanya Icha kapan hamil, kalau ditanya sama Mama jawab lagi proses ya!"
"Alasan kamu mau nikah apa?" Larisa mengalihkan pembicaraan.
"Aku lihat ketulusan kamu sama, Angel. Walaupun kamu anak-anak bahkan tadi itu rasanya aku perkosa kamu, Cha. Tapi aku sadar kamu itu istri aku,"
"Kenapa harus pagi ngelakuinnya?"
"Malamnya, hmm semalam kamu ngeles. Sekarang udah jebol,"
"Hmmm, sakit banget,"
"Namanya juga pertama. Nanti siang pasti nggak kerasa sakitnya,"
"Siang?"
"Kita main lagi, tapi di pinggir kolam ya!"
"Nggak,"
"Kenapa?"
"Malu,"
"Kolamnya di dalam rumah kok,"
"Orang rumah?"
"Pulangnya besok,"
"Tega kamu sama anak kamu sendiri,"
"Di sini lagi buat anak juga, kok,"
"Minggir sana!"
"Tidur ya! Nanti aku bangunin, mau buatin kamu sarapan."
Larisa tidak pernah tahu sisi keleembutan Jonathan. Yang dia ketahui Jonathan sering membentaknya dan memarahinya ketika gagal menenangkan Angel. Seringkali ia menangis karena bentakan itu. Tetapi kali ini justru merasa sangat bahagia karena tingkah Jonathan yang sangat berbeda.